Mongabay.co.id

Hama Tikus Serang Tanaman Pangan di Sikka. Apa Penyebabnya?

 

Hama tikus menyerang tanaman pangan baik padi maupun jagung di beberapa lahan pertanian warga di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga minggu kedua Februari 2022, dari 21 kecamatan hanya 3 kecamatan tanaman padi dan jagungnya dimakan tikus.

Puluhan hektar lahan padi dan jagung yang terdapat di Dusun Kampung Baru, Desa Talibura, Kecamatan Talibura, serangan hama tikus terjadi secara sporadis.

Tikus memakan tanaman jagung yang berada di pematang sawah serta padi di beberapa petak sawah. Ada lahan sawah yang mengalami kerusakan ringan, sedang hingga berat dan ada yang tidak terserang sama sekali.

Siprianus Raja warga Dusun Kampung Baru, Desa Talibura, ditemui Jumat (18/2/2022), mengatakan sejak Desember 2021 sudah ada padi dan jagung yang rusak dimakan tikus. Biasanya tikus memakannya terutama tanaman padi saat malam hari.

“Sejak tahun lalu sudah diserang hama tikus. Kami hanya pasrah saja dan hanya bisa berdoa saja sebab kami juga bingung mau mengatasinya bagaimana,” ucapnya.

Siprianus mengaku dari 16 are atau 0,16 ha luas lahannya, tahun 2021 hanya panen 15 karung  padi atau sekitar 750 kg. Biasanya ia memanen hingga mencapai 30 karung lebih.

Martinus Dasi petani lainnya mengaku memiliki lahan 47 are dan biasa panen hingga 47 karung atau sekitar 2,3 ton. Tahun 2021 hanya panen 20 karung atau sekitar 1 ton saja karena serangan tikus.

Dia mengaku padinya sudah mulai menguning namun belum diserang tikus. Dia menunjuk satu bedeng tanaman padi merah di lokasi tersebut yang habis terserang tikus.

“Padi merah ini milik teman saya yang tanam bulan November 2021 dan seharusnya sudah panen bulan Februari 2022,” ungkapnya.

baca : Hama Tikus Serang Lahan Pertanian di Sumenep, Penyebabnya?

 

Martinus Dasi, petani di Dusun Kampung Baru, Desa Talibura, Kabupaten Sikka,NTT menunjukkan padi yang terserang hama tikus. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Ritual adat sudah dilakukan untuk mengatasi hama tikus, namun tidak semua petani bersatu dan melaksanakannya. Ia katakan petani menanam padi juga tidak serempak. Pihaknya pun sudah melaporkan ke penyuluh pertanian namun belum ada bantuan apapun.

“Kami hanya pasrah dan sudah capek kerja. Silahkan makan tapi kalau sudah kenyang pulang dan sisakan juga buat kami untuk makan,” ucapnya.

  

Hanya Pasrah

Kecamatan Kangae yang terdiri atas 9 desa terkenal sebagai sentra produksi jagung. Luas lahan jagung sebanyak 19 ribu hektar dengan produksi per tahun rata-rata 5 ribu ton.

Petrus Don Bosco, petani Desa Tanaduen mengatakan, saat jagung sudah mulai berbuah tikus sudah mulai menyerang. Petani kaget dan pasrah sebab tidak tahu mengatasinya.

Petrus sebutkan,tahun sebelumnya pun ada serangan tikus namun tidak separah tahun 2022. Semua petani di desanya, menanam jagung untuk dikonsumsi sendiri selama setahun dan sisanya dijual.

“Petani di desa kami hanya menanam jagung, singkong dan kacang tanah. Kalau sudah terserang semua maka kami bisa kekurangan bahan pangan sebab kami tanam jagung untuk makan sehari-hari,” ucapnya.

Senada, Romaldus Emilianus mengatakan tikus menyerang tanaman jagung sejak awal Februari 2022. Pemberantasan tikus tidak bisa dilakukan dengan menyemprotkan pestisida atau bahan kimia lainnya. Petani hanya pasrah dan segera memanen jagung yang sudah tua atau kering. Ia berharap pemerintah bisa membantu memberantas hama tikus

Menurutnya petani tahut apabila tikus dibunuh maka mereka akan semakin ganas menyerang tanaman jagung. Diakuinya, serangan hama tikus memang selalu terjadi tapi tahun 2022 ini intensitasnya lebih tinggi.

“Banyak yang sudah panen apalagi yang menanam di bulan November 2021. Ada beberapa jagung yang sudah tua juga dimakan. Memang belum banyak namun kami kuatir serangan tikus meluas,” ucapnya.

baca juga : Kisah Petani Sorgum, Tiga Musim Gagal Panen Karena Serangan Tikus

 

Jagung di lahan pertanian Dusun Kampung Baru, Desa Talibura, Kabupaten Sikka, NTT yang terserang hama tikus. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Sanitasi dan Kebersihan

Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Sikka menyebutkan serangan hama tikus terdapat di 3 kecamatan yakni Palue, Talibura dan Kangae.

Tikus memangsa tanaman jagung dan padi baik jagung yang baru berbulir maupun yang sudah siap panen, serta lahan padi gogo di sawah tadah hujan.

Untuk Kecamatan Talibura serangan hama tikus terjadi di Desa Talibura. Luas hamparan sawah tadah hujan yang terdampak berada di Wairlaka seluas  11,94 ha. Lahan sawah padi gogo yang rusak berat 8,2 ha dan sedang 3,74 ha.

Hamparan lahan pertanian di Pedang, total lahan padi dan jagung seluas 21,75 ha. Lahan padi gogo 16,31 ha, sebanyak 12,23 ha tingkat kerusakannya sedang sementara rusak ringan hanya 4,08 ha. Lahan jagung seluas 5,44 ha, yang mengalami rusak berat 3,26 ha dan sedang 2,18 ha.

Desa Kringa, luas hamparan 21 ha. Lahan padi gogo seluas 15,7 ha, rusak berat 6 ha, sedang 6,3 ha dan ringan 3,4 ha. Luas lahan jagung  5,25 ha, serangan yang masuk kategori rusak berat 2,1 ha dan sedang 3,15 ha.

Wilayah Kecamatan Kangae luas lahan jagung 220 ha. Di Desa Tanaduen serangannya hanya ringan dengan total kerusakan 1,25 ha. Sementara di Kecamatan Palue,petugas sedang melakukan pendataan di lapangan.

perlu dibaca : Gelombang Suara Gantikan Pestisida untuk Berantas Hama, Seperti Apa?

 

Siprianus Raja, petani di Dusun Kampung Baru, Desa Talibura, Kabupaten Sikka,NTT menunjukan tanaman jagung yang terserang hama tikus. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan mengatakan, karakter tikus suka berada di tempat yang gelap dan akan menyerang lahan pertanian yang tidak terawat dan rumputnya tinggi.

Jemi sapaannya menambahkan, apabila sanitasi di lahan pertanian tidak bersih maka mudah terserang tikus. Ia meminta agar rumput yang disiangi di kebun jangan diletakan di pematang atau di pinggir kebun.

Dia pun mengharapkan agar para petani menerapkan pola penanaman serempak baik itu tanaman padi maupun jagung di dalam satu hamparan lahan pertanian.

“Apabila intensitas serangan hama tikus sudah masuk kategori berat maka pengendaliannya selain menggunakan cara kimia mekanik juga perlu menerapkan kearifan lokal seperti menggelar ritual adat,” ungkapnya.

 

Melepas Musuh Alami

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Hendrikus Darwin Beja, Selasa (22/22/2022) menjelaskan, mengatasi hama tikus harus dilakukan secara berkelanjutan karena terkait dengan tempat tinggal, tempat berkembang biak dan sumber makanan.

Menurutnya, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengendalian hama tikus baik secara manual,mekanis dan melepas musuh alami atau predator.

“Secara manual, pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan membersihkan saluran air serta membersihkan jerami pada lahan sawah dan tumpukan rumput di pinggir kebun,” sarannya.

Darwin sebutkan, secara mekanis, pengendaliannya dilakukan pada sasaran lubang tikus, jalur yang dilalui tikus dan tempat berkumpulnya tikus. Caranya dengan memasang jerat atau perangkap tikus dan dilakukan bersama-sama oleh semua petani.

baca juga : Kembali Ke Alam, Petani Bali Gunakan Burung Ini Atasi Hama Tikus

 

Petani di Dusun Pagi, Tabanan, Bali menggunakan burung hantu sebagai predator alami untuk mengatasi hama tikus di sawahnya. Foto : Luh De Suriyani

 

Selain itu, pengendalian lainnya hanya secara alami dengan membiarkan predator seperti burung hantu untuk memangsa tikus. Ia menyarankan agar keberadaan populasi burung hantu perlu dijaga. Pola tanam sebaiknya dilakukan secara serentak.

“Keberadaan ular di sawah misalnya, itu juga merupakan sesuatu hal yang baik untuk  memangsa tikus, Hanya para petani kita tentu tidak bisa melakukan dan menjaga seperti yang kita harapkan,” ucapnya.

Darwin mengingatkan, keberadaan burung hantu dan ular yang biasa memangsa tikus itu berkaitan dengan menjaga ekosistem biotik pada rantai makanan, sehingga keseimbangannya terjaga.

 

Exit mobile version