Mongabay.co.id

Perairan Selat Madura Tercemar Mikroplastik, Prioritaskan Penanganan Sampah

 

 

 

 

Empat mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Agil Silva Asmarani, Gita Indah Antoni, Siti Nurhidayah dan Tahta Alfina, meneliti kondisi perairan Selat Madura, pada Januari 2022. Hasilnya, perairan Selat Madura terkontaminasi mikroplastik.

Mereka ambil sampel sedimen maupun air pada 13 Januari dan menelitinya 14-27 Januari 2022. Mereka ambil sampel di Sukolilo Timur dan Sukolilo Barat, di perairan yang banyak sampah plastik, didominasi sampah domestik seperti botol, sachet, dan kresek.

“Dari semua sampel titik I (Pantai Goa Petapa) hingga titik VI (Pelabuhan Timur Kamal) dapat dikatakan positif mengandung mikroplastik. Artinya, perairan itu tercemar mikroplastik,” kata Agil Silva Asmarani, tim peneliti, Februari lalu.

Hasil penelitian menunjukkan, kelimpahan mikroplastik tertinggi di stasiun III dan V merupakan dermaga dan pemukiman padat penduduk di Jalan Baturubuh.

Penelitian itu juga menunjukkan ragam jenis mikroplastik. Mikroplastik pada sedimen dan air paling banyak jenis fragmen, dan paling sedikit foam. Mikroplastik fragmen diduga berasal dari botol, bungkus plastik, dan potongan pipa paralon.

Untuk mikroplastik jenis fiber diduga dari kain sintesis, jaring ikan dan tali pancing. Sumber mikroplastik bertipe filamen dari kemasan makanan dan foam sumber dari styrofoam.

“Dari penelitian ini, menunjukkan bahwa sampah–sampah domestik yang dibuang di pesisir perairan maupun yang terdampar akan menyebabkan timbulnya mikroplastik. Kondisi ini berkorelasi dengan tak ada tempat sampah dan pengangkutan sampah.”

Kondisi juga diperparah dengan aktivitas nelayan maupun kapal penyeberangan yang hasilkan sampah seperti jaring, tali pancing rusak langsung dibuang ke dalam perairan. Limbah rumah tangga yang dibuang sembarang menyebabkan pencemaran pada lingkungan pesisir.

Dampak buruk mikroplastik pada lingkungan dan biota laut, katanya, bisa mengancam ekosistem laut dan timbul berbagai penyakit.

 

Baca juga: Bahaya Mikroplastik! Bukan Hanya Ikan, Manusia Juga Terpapar

Para mahasiswa melakukan penelitian setelah ambil sampel di perairan Selat Madura. Foto: tim peneliti/Ecoton

 

Agil bilang, mikroplastik ini pecahan plastik ukuran kurang lima mm. Mikroplastik dalam air dapat dikonsumsi biota air yang berpotensi menyebabkan gangguan metabolisme.

Pencemaran mikroplastik dalam tubuh, katanya, juga dapat mengganggu sebagian fungsi organ, seperti saluran pencernaan, mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat produksi enzim, menurunkan hormon steroid, serta mempengaruhi reproduksi dan memiliki sifat toksisitas lebih tinggi.

Dia bilang, perairan tercemar sangat berbahaya. Sampah yang menumpuk di sekitar perairan akan terdegradasi jadi mikroplastik berujung perairan tercemar.

 

 Baca juga: Sungai Brantas di Malang dan Batu Terkontaminasi Mikroplastik, Langkah Lanjutan?

Satu bagian di tepian pantai Madura yang penuh sampah. Foto: tim peneliti/Ecoton

 

Dampak yang paling berpengaruh yaitu pada biota laut, karena ukuran mikroplastik hingga mudah tertelan. Hal ini, katanya, dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, pernapasan, rantai makanan serta reproduksi.

Tim peneliti mendesak Pemerintah Bangkalan meningkatkan fasilitas publik seperti penyediaan tempat pembuangan sampah (TPS) dan pengangkutan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup. Pemerintah daerah juga diminta ikut gerakan clean up. Pemerintah dan mahasiswa, katanya, bisa melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk gerakan kurangi pakai plastik.

Eka Chlara Budiarti, peneliti senior Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mengatakan, penelitian-penelitian ini penting sebagai database di wilayah itu.

Dia bilang, sampah plastik merupakan sumber utama yang mengkontaminasi perairan, seperti sampah plastik di Perairan Sukolilo.

Menurut Chlara, harus ada kebijakan khusus yang fokus penanganan sumbernya.Dengan menekan sampah dari sumbernya, secara perlahan, sampah plastik dapat terkendali.

Prigi Arisandi, pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Ecoton mengatakan, Pemerintah Bangkalan harus memprioritaskan penanganan masalah sampah ini. Persoalan sampah, katanya, tidak bisa dianggap sepele.

“Tingginya polusi plastik jadi ancaman tersendiri bagi sektor perikanan. Perlu ada peraturan larangan plastik sekali pakai dan gerakan memilah sampah dari rumah,” katanya.

Selain itu, Pemerintah Bangkalan perlu menyediakan sarana tempat sampah dan tempat pengolahan sampah terpadu ( TPST) pada tiap desa.

 

Exit mobile version