- Keberadaan berbagai macam tumpukan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, selain bisa mengganggu kehidupan satwa liar, juga berbahaya bagi satwa domestik atau peliharaan seperti kambing, sapi dan ayam.
- Satwa-satwa itu tidak bisa menyelamatkan tubuhnya sendiri, sehingga banyak peristiwa satwa mati lantaran memakan sampah plastik. Tidak hanya dijadikan makanan, keberadaan sampah-sampah itu juga bisa menjeratnya.
- Studi terbaru menunjukkan kemasan plastik juga bisa mengontaminasi pakan baik itu yang kemasan kaleng ataupun plastik. Pakan kaleng banyak mengandung senyawa BPA (pemlatis) yang terkandung didalamnya.
- Untuk itu, diperlukan solusi pengurangan sampah plastik sekali pakai, dengan membuat atau membeli pakan alami bagi hewan peliharaan di rumah. Selain itu, produsen perlu redesign kemasan pakan hewan menjadi ramah lingkungan.
Salah satu kebiasaan buruk yang dilakukan oleh warga baik itu di perkampungan kota atau di daerah pesisir adalah membuang sampah tidak pada tempatnya.
Selain bisa mengganggu kesehatan masyarakat, keberadaan berbagai macam tumpukan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga itu juga berbahaya bagi satwa domestik atau peliharaan seperti kambing (Capra aegagrus hircus), ayam (Gallus gallus domesticus), kucing (Felis catus) maupun burung merpati (Columbidae) yang memakan kotoran tersebut.
Selain itu, sampah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang berpotensial bersifat sebagai racun tersebut juga bisa mengganggu kehidupan satwa liar. Tidak hanya dijadikan makanan, keberadaan sampah-sampah itu juga bisa menjeratnya.
Karena mereka tidak bisa menyelamatkan tubuhnya sendiri, sehingga banyak peristiwa satwa mati lantaran memakan sampah plastik. Peneliti dari Hopkins Marine Station di Standford University, Matthew Sayoca menjelaskan bahaya yang ditimbulkan tidak langsung kelihatan. Sampah terlebih dulu mengendap, sebelum kemudian menciptakan bahaya kronis seperti kelaparan.
baca : Cerita Adaptasi Ekstrim Kambing Pulau Bungin
Kekurangan makanan ini, papar pria yang juga seorang National Geographic Explorer akan membuat hewan tersebut kehilangan energi untuk melakukan hal yang dibutuhkan oleh mereka, seperti berkembang biak, mencari mangsa dan juga bermigrasi.
Kotoran tersebut juga tersebar sampai ke ruang hidup mereka, sehingga mereka salah mengartikannya sebagai makanan.
Sumber Penyakit
Keberadaan sampah jika tidak ditangani dengan baik memang kerap mendatangkan masalah. Tidak hanya di lautan yang dalam, keberadaan benda-benda yang dianggap kotor itu juga bisa dijumpai diantara hutan produksi maupun hutan lindung.
Akibatnya, kawasan-kawasan berharga yang jauh dari aktivitas manusia itu menjadi kotor, Eka Chlara Budiarti, Peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation atau disingkat Ecoton menjelaskan, jika tidak ditangani dengan baik adanya sampah yang mencemari hutan dan lautan itu akan hancur menjadi mikroplastik.
Ukuran mikroplastik yang bentuknya hampir sama dengan pakan alami sebagian satwa liar, sehingga banyak dari mereka yang tidak sengaja menelannya. Akibat mengkonsumsi mikroplastik itu dampak yang ditimbulkan yaitu satwa liar bisa mengalami malnutrisi, gangguan pencernaan, liver, dll.
baca juga : Sapi Doyan Makan Sampah, Apa Risiko bagi Pengkonsumsi?
Efek jangka panjangnya bisa berujung kematian dan kepunahan pada satwa jenis tertentu. Selain berdampak buruk terhadap satwa liar, sampah juga membawa sumber penyakit bagi hewan ternak baik itu kambing atau sapi (Bos taurus) yang digembala di kawasan pembuangan sampah.
Tidak hanya mikroplastik saja yang bertahan di daging hewan tersebut, tetapi ada juga kandungan senyawa kimia yang ada di sampah plastik yang bisa menjalar ke tubuh manusia.
“Transfer senyawa juga ada diantara hewan ke manusia,” jelas perempuan berkacamata jebolan Kimia Murni Universitas Diponegoro (Undip), Jum’at (11/03/2022). Senyawa kimia itu diantaranya yaitu BPA, dioksin, senyawa retardant, POPs, UV Stabilizers, dll.
Studi terbaru menunjukkan kemasan plastik juga bisa mengontaminasi pakan baik itu yang kemasan kaleng ataupun plastik. Pakan kaleng banyak mengandung senyawa BPA (pemlatis) yang terkandung didalamnya, sehingga ini yang menyebabkan makanan kaleng tidak bisa bocor. Meski banyak yang menganggap makanan ini terjaga, namun sebenarnya juga berbahaya bagi hewan peliharaan seperti kucing, anjing, ikan hias, kura-kura, dll.
Untuk itu, diperlukan solusi pengurangan sampah plastik sekali pakai, dengan membuat atau membeli pakan alami bagi hewan peliharaan di rumah. Selain itu, produsen perlu redesign kemasan pakan hewan menjadi ramah lingkungan.
baca juga : Warga Pilah Sampah TPA Angsanah untuk Pakan Ternak dan Bahan Daur Ulang
Pencegahan sampah plastik disetiap wilayah baik di perairan hingga daratan seperti peningkatan fasilitas persampahan dan penguatan regulasi untuk melarang plastik sekali pakai juga dibutuhkan.
“Kalau hewan ternak konsumsi juga perlu pengawasan oleh dinas terkait, dan kalau bisa ada sertifikat kelayakan bagi peternak untuk bisa di tracking bagaimana cara mereka dalam berternak,” terang Chlara, yang sudah 3 tahun meneliti dilembaga tersebut.
Selain itu juga perlu adanya penetapan area zona tangkap yang bebas dari sampah maupun mikroplastik untuk satwa konsumsi yang di lautan lepas.
Lemahnya Pengawasan
Terpisah, saat dihubungi, Ahmad Wahyudi, Dosen Prodi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan, hewan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing maupun domba boleh saja memakan limbah, asalkan jenis limbahnya organik, memenuhi syarat standar mutu pakan seperti limbah pertanian.
Seperti jerami padi, dedak, rendeng kedelai, rendeng kacang-kacang hijau, atau limbah-limbah tanaman perkebunan dan industri misalnya bungkit sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, kulit kopi, dll.
Hal ini dikarenakan ternak ruminansia tersebut mempunyai anatomi saluran pencernaan, proses fisiologi, dan metabolisme yang sama, yang dibutuhkan oleh mereka adalah makanan yang berserat. Sedangkan limbah di tempat sampah itu bentuknya bermacam-macam, berupa campuran antara bahan organik dan anorganik, ada limbah makanan sayuran, plastik, logam, kaca, dan bahan-bahan kimia berbahaya seperti limbah baterai, tinta, cat, dll. Sehingga pakan di dalam sampah ini berpotensi mengandung logam berat dan bahan-bahan beracun lainnya.
baca juga : Penyu Hijau Mati Mulut Penuh Sampah Plastik di Sumbawa
Jika itu dikonsumsi oleh ternak, sangat mungkin akan terjadinya akumulasi residu di dalam jaringan tubuh ternak. Ketika hewan-hewan tersebut sudah mengkonsumsi pakan ditempat pembuangan akhir sampah, maka kemudian daging ternak akan terkontaminasi oleh residu bahan-bahan kimia berbahaya yang sulit dikeluarkan.
Residu ini akan berada di dalam hati, dan pada daging ternak dalam jangka panjang akan merangsang pembentukan sel-sel tumor, kanker, dan gangguan-gangguan metabolisme lainnya. Bagi konsumen daging yang mengandung residu bahan-bahan berbahaya, sel-sel tumor dan kanker akan terbentuk sebagai akibat beban metabolisme.
“Dalam jangka pendek sel-sel kanker mungkin belum terlihat dan biasanya akan muncul dengan cepat setelah jangka waktu antara 5-10 tahun mendatang,” kata pria yang memiliki keahilan riset dibidang teknologi pakan ini, Minggu (14/03/2022).
baca juga : Begini Ancaman Polusi Suara dan Sampah bagi Mamalia Laut
Di Indonesia, lanjut Wahyudi, untuk recording atau pengawasan daging juga masih lemah, hal ini tentu merugikan konsumen itu memilih daging yang harganya murah, padahal bisa jadi untuk jangka panjang ini berbahaya bagi kesehatan.
Untuk itu, sebelum dikonsumsi, riwayat daging perlu dicek terlebih dulu, apakah berasal dari ternak yang menggunakan pakan yang baik atau tidak. Agar konsumen sehat ternaknya juga harus sehat, ternak perlu diberi probiotiks.
“Kalau di Indonesia ini pakan fungsional belum sepopuler pangan fungsional, sedangkan di negara yang sudah memperhatikan produk berkualitas,” jelas pria lulusan program pendidikan doktor Universitas Gadjah Mada ini. Pakan untuk ternak itu harus yang menyehatkan, sehingga tidak boleh sembarangan memberi makan ternak.