Mongabay.co.id

Cerita Codet, Jalan Tol Pekanbaru dan Tergerusnya Habitat Gajah

 

 

Hujan turun sangat deras pada malam 14 Februari itu. Pada pagi keesokan harinya, satu gajah terpantau melintasi Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Permai). Ia terekam kamera pengawas pengelola tol, PT Hutama Karya (Persero) yang tersebar lalu viral di dunia maya.

Dalam video terlihat gajah merobohkan satu pagar beton bagian atas lalu melangkah masuk dan menyeberangi Tol Permai. Beberapa pengendara juga terlihat berhati-hati dan memberi jalan satwa bongsor ini.

Dalam keterangan tertulis, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyebutkan, gajah melintasi Tol Permai dari arah Suaka Margasatwa (SM) Giam Siak Kecil menuju SM Balai Raja. Sebenarnya, Tol Permai sudah dilengkapi underpass atau terowongan gajah. Saat ini, sebut BBKSDA, ini satu-satunya tol di Indonesia yang menyediakan perlintasan satwa.

“Terowongan gajah dibanjiri air dari sungai kecil di sekitar underpass. Pagi hari, gajah tidak bisa melintasi terowongan karena tertutup air,” kata M. Mahfud, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau.

Gajah itu bernama Codet. Ia gajah jantan dewasa tanpa gading. Gading Codet patah karena berkelahi dengan Getar, gajah muda pada 2015. Codet sudah dipasang global positioning system(GPS) collar pada Oktober 2020. Ia berbentuk seperti kalung, persis di lehernya.

 

Baca juga: Gajah di Riau dalam Rimba Konsesi

Setelah ada gajah melintas jalan tol, BBKSDA bersama pengelola jalan tol lakukan penanaman pisang, antara lain untuk pengayaan pakan. Foto: BBKSDA Riau

 

Pemasangan GPS collar untuk memudahkan penanganan konflik, dan giat paling standar untuk mendeteksi dini peluang kejadian itu. Alat ini merupakan pelacak bebasis sistem navigasi satelit yang dapat memantau pergerakan gajah. Ia biasa dipasangkan pada induk gajah betina pemimpin kelompok, gajah jantan dewasa dan gajah translokasi akibat konflik atau menyimpang jalur.

Fifin Arfiana Jogasara, Plt. Kepala BBKSDA Riau menyampaikan telah melakukan pertemuan bersama para pihak. Dalam rapat itu disepakati akan ditingkatkan komunikasi antar pihak dan melakukan langkah-langkah pencegahan. Juga membahas lebih lanjut dengan perencana pembangunan jalan tol pusat, antara lain keefektifan underpass dan pagar pembatas ruas jalan Tol Permai pada jalur lintasan gajah.

Pada 21 Februari lalu, BBKSDA Riau melakukan penanaman bersama PT Hutama Karya dan PT Citra Persada Infrastruktur KSO HKA tepat pada KM 72, di lokasi Codet menyebrang Tol Permai. Penanaman ini antisipasi gajah liar kembali menyebrang ke dalam tol.

Yang mereka tanam pisang, sekaligus upaya pengkayaan tanaman pakan gajah pada mulut underpass 72. Ada juga  jeruk nipis dan lemon ditanam di sepanjang pinggir tol radius 4 km di bagian kanan dan kiri agar gajah tak kembali mendekat ke posisi tol.

Jeruk nipis dan lemon adalah tanaman yang tak disukai gajah. Sekitar 600 tanaman telah ditanam, diikuti penanaman di empat lokasi underpass lain.

 

Baca juga: Menyoal Kematian Gajah pada Konsesi Perkebunan Kayu di Riau

Codet, gajah dari SM balai Raja, yang lebih banyak tinggal di SM Giak Siak. Foto BBKSDA

 

Gajah SM Balai Raja–Giam Siak Kecil

Zulhusni Syukri, Direktur Rimba Satwa Foundation (RSF) mengatakan, awal mula mereka bergiat di Balai Raja, gajah terpantau lebih 20, kini hanya satu saja, yakni Codet.

Codet sering kali berada di sekitar kebun dan pemukiman warga Desa Pinggir, Kelurahan Pematang Pudu dan Desa Petani. Kelompok gajah Balai Raja lainnya, yaitu Seruni dan Rimba, anak dan induk, cenderung menjauh dari kantong populasi Balai Raja dan migrasi ke Giam Siak kecil.

Gajah merupakan hewan poligini, selain karena memang wilayah jelajah, di kesempatan itu gajah jantan yang soliter bertemu dengan kelompok gajah betina untuk kawin. Musim kawin itu sering terjadi pada puncak musim hujan. Begitu pula yang dialami Codet, kerap kali bolak-balik dari Balai Raja menuju Giam Siak Kecil.

Balai Raja dan Giam Siak Kecil adalah dua kantong gajah yang dulu saling terhubung. Dampak alih fungsi hutan sampai pembangunan Tol Permai, belakangan gajah-gajah Balai Raja enggan kembali.

 

Baca juga: Habitat Tergerus, Gajah di Sumsel Hidup dama Konsesi dan Kebun Warga

Tanaman yang berupa pisang, sekaligus upaya pengkayaan tanaman pakan gajah pada mulut underpass 72. Sedangkan tanaman jeruk nipis dan lemon ditanam di sepanjang pinggir tol radius 4 km di bagian kanan dan kiri agar gajah tak kembali mendekat ke posisi tol. Foto: BBKSDA Riau

 

Husni mengatakan, pembangunan Tol Permai bukanlah satu-satunya alasan gajah Balai Raja sulit pulang. Penyebab lain karena terhalang barrier atau dikenal dengan parit gajah perusahaan sawit, PT ADEI.

Kabar baiknya, kata Husni, angka kelahiran gajah dari Balai Raja di Giam Siak Kecil meningkat. Karena anak gajah tak mampu melewati barrier itulah, induk gajah memilih menetap di Giam Siak Kecil.

Masalah terbesar gajah Sumatera, termasuk di Riau adalah alih fungsi lahan dan hutan yang jadi habitat gajah. Rumah gajah, katanya, berubah jadi kebun sawit, tambang, perkebunan kayu, sarana infrastruktur maupun pemukiman dan lain-lain.

Di banyak tempat di Sumatera, populasi gajah menyusut karena habitat hilang hingga muncul konflik. Gajah pun diburu atau relokasi.

Tahun 1980-an, kantong atau wilayah jelajah gajah Sumatera ada 44 kantong. Ia tersebar dari Aceh sampai Lampung. Data 2011, hanya tersisa 23 kantong.

Di Riau, ada delpan kantong gajah antara lain, Tesso Nilo Tenggara, Tesso Nilo Selatan, Serangge, Petapahan, Mahato, Koto Tengah, Giam Siak Kecil dan Balai Raja.

Di dalam dokumen Analisis Konservasi Kantong Gajah Balai Raja menyebutkan, kantong gajah Balai Raja teridentifikasi sejak lama, terutama pada catatan populasi Balai Raja oleh para peneliti tahun 1985.

Uryu, et al. (2008) menyatakan, tahun 1985 populasi gajah di Riau 1.342 individu, menurun tajam pada 2007 tertinggal 210 saja.

Catatan ini juga termasuk di wilayah Balai Raja. Pada 1986, Balai Raja ditetapkan sebagai suaka margasatwa, bersama‐sama suaka margasatwa lain di Riau seperti Bukit Rimbang Baling, Giam Siak Kecil, Tasik Besar–Tasik metas dan Tasik Serkap–Tasik Sarang Burung.

 

Codet, gajah SM Balai Raja, yang tinggal di Giam Siak, menyeberang lewat jalan tol. Habitat gajah makin menyusut sete;ah alih fungsi lahan dan hutan untuk berbagai peruntukan seperti kebun sawit sampai pembangunan jalan tol. Foto::Rimba Satwa Foundation (RSF)

 

Tol Permai

Jalan Tol Trans Sumatera (JTSS) salah satu proyek prioritas mulai bangun sejak 2015. JTTS sepanjang 2.812 km terbentang dari Aceh hingga Lampung. Proyek ini dibangun untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, dengan membuka sentra-sentra ekonomi baru yang terbangun dari kawasan industri.

Tol ini juga akses utama menghubungkan berbagai provinsi di Sumatera yang diperkirakan rampung pada 2024.

Di Riau, Tol Permai bagian dari JTSS. Pemerintah berharap ruas tol sepanjang 131 kilometer ini akan meningkatkan konektivitas Kota Pekanbaru dengan Kota Dumai, sebagai kota pelabuhan dengan industri perminyakan dan agribisnis.

Presiden Joko Widodo pada kunjungan tahun 2020 mengatakan, kehadiran tol ini akan mempercepat mobilitas orang dan logistik hingga meningkatkan daya saing sekaligus stok infrastruktur nasional.

Tol Permai mampu memangkas dua sampai tiga jam perjalanan. Dulu, lewat ruas jalan nasional jarak tempuh Pekanbaru–Dumai empat sampai lima jam, dengan ada Tol Permai perlu sekitar 1,5 hingga dua jam saja.

Dalam mendukung upaya konservasi, sejumlah ruas Tol Permai yang menyikut habitat flora dan fauna dibangun terowongan gajah. Tujuannya, jalur jelajah gajah tak terputus dan menjaga eksistensi habitat satwa ini di wilayah itu.

 

Codet, gajah jantan tak bergading asal SM Balai Raja, juga menjelajah ke SM Giam Siak. Saat di Giam Siak, Codet susah menyeberang ke Balai Raja, karena terowongan sambung terendam air. Ia pun menerobos jalan tol untuk menyeberang. Foto::Rimba Satwa Foundation (RSF)

 

Menurut Husni, desain underpass gajah sudah memenuhi kebutuhan mereka untuk menyeberang tetapi ketinggian lajur jalan tol masih sejajar dengan area di sekitar hingga gajah masih mudah memasuki jalan tol.

Husni merekomendasikan, pengelola tol mesti membuat barrier di pinggir jalur Tol Permai untuk menghambat gajah tidak memasuki jalan tol, serta pengkayaan pakan di area terowongan gajah.

Indra dari PT Hutama Karya mengatakan, dalam pembangunan underpass, mereka sebagai pengelola tol berkoordinasi dengan BBKSDA Riau. Dengan begitu, sudah sesuai ketentuan berlaku dan disetujui BBKSDA Riau. Jumlah underpass gajah pada Jalan Tol Permai ada lima terletak di beberapa titik.

Saat ini, Hutama Karya juga memantau dan melacak pergerakan gajah dengan GPS collar . Apabila gajah terpantau keluar dari underpass dan mulai mendekati area main road, pertugas lapangan segera mengarahkan kembali ke jalur gajah.

“Hutama Karya akan terus berkoordinasi dengan BKSDA di daerah masing-masing, memastikan pagar pembatas jalan lebih tinggi di area yang berpotensi dilewati oleh hewan liar di daerah sekitar JTTS. Serta memastikan terowongan perlintasan gajah terhindar dari genangan dan aman dilintasi oleh gajah sekitar.”

Indra mengimbau, kalau kondisi seperti ini terjadi lagi, pengguna jalan tetap tenang, tak membunyikan klakson serta membiarkan gajah melintas terlebih dahulu. Dia minta pengguna jalan tak berhenti sengaja atau mendekati gajah.

 

Exit mobile version