Mongabay.co.id

BNPB: Puncak Bencana Alam pada Maret, Perbaiki Daerah Resapan Air

 

Indonesia mengalami perubahan cuaca karena bulan Maret ini masih ada daerah dengan intensitas hujan tinggi. Bahkan mengalami longsor dan banjir.

Selama tiga bulan pertama tahun ini ada 1137 kejadian bencana alam. Abdul Muhari, Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan volume bencana alam ini dinilai cukup luar biasa.

Jenis bencana yang dominan adalah hidrometerologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem, dan longsor. Peristiwa terbanyak adalah banjir 452 kejadian. Jenis bencana lain tahun ini adalah gempa bumi 8, dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 56 kejadian.

Puncak bencana ini terjadi pada Maret. Dibandingan tahun lalu, pada Maret 2022 kejadian bencana lebih sedikit dibanding tahun lalu. Pada Maret 2021 saja, ada 537 kejadian bencana, sedangkan pada Maret 2022 ada 358 kejadian. “Tapi dari korban meninggal dan hilang naik 70%, dari 17 jadi 29 orang,” jelas Abdul pada jumpa pers dalam jaringan (online) pada Jumat (01/04/2022).

Distribusi lokasi dengan peristiwa bencana tertinggi sama dengan tahun lalu yakni Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan. Abdul berharap pimpinan daerah di lokasi melihat dan memperbaiki kondisi ekologis yang mendorong terjadinya bencana longsor dan banjir. “Daerah resapan air, sepanjang aliran sungai karena penyempitan pendangkalan harus dibenahi,” lanjutnya.

Tahun lalu di Indonesia ada 5.402 kejadian, didominasi hidrometerologi basah. Di antaranya banjir 1.794, cuaca ekstrem 1.577, tanah longsor 1.321, karhutla 579, gelombang tinggi/abrasi 91, dan lainnya. Gempa bumi sebanyak 24 kali dan erupsi 1 kali.

baca : Cuaca Ekstrem Kembali Datangkan Bencana, Dampak Perubahan Iklim?

 

Rumah warga di Nagari Kajai, Sumbar, hancur karena gempabumi, 26 Februari 2022. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

BNPB juga menyampaikan informasi terakhir tentang pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) pasca erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. Per 30 Maret 2022, pemerintah sudah membangun lebih dari 300 unit dari target 1.951 unit. Realisasinya 152 dan dalam proses pembangunan sebanyak 279 ukuran 4,8 x 6 meter berlokasi di Dusun Banjarejo, Desa Sumbermujur.

“Diharapkan warga bisa pindah sebelum lebaran. Instalasi listrik sudah ada. Perlu seminggu pendataan pelanggan untuk masuk ke pemukiman,” kata Abdul.

Berikutnya penanganan gempa bumi di Pasaman, Sumatera Barat yang menimbulkan 27 orang meninggal. Gempa yang berpusat di dengan darat kedalaman 10 km, magnitude 6,2 pada 25 Februari lalu menimbulkan kerusakan signifikan. Sebanyak 6.627 rumah rusak, dan warga yang mengungsi lebih dari 19 ribu jiwa.

Terkait gempa ini, Abdul mengklarifikasi isu soal kepanikan warga yang menghuni di daerah aliran sungai kawasan karena potensi banjir dan longsor disebut mengarah ke pemukiman. Diakui memang ada potensi longsor dari lereng curam atau material bisa menyumbat beberapa saluran air. Namun bisa dimitigasi dengan memantau hujan intensitas tinggi. “Jika hujan intensitas tinggi lebih satu jam, coba lihat keluar saat malam atau siang, jika jarak pandang kurang 100 meter bisa disebut intensitas tinggi,” jelasnya.

baca juga : Ribuan Rumah Rusak, 18 Orang Tewas Dampak Gempabumi Sumatera Barat

 

Retakan tanah di Pasaman Barat, dampak gempabumi 26 Februari lalu. Foto: Jaka HB/Mongabay Indonesia

 

Jika hujan intensitas tinggi terus menerus lebih 1 jam, masyarakat sepanjang daerah aliran sungai diminta melakukan evakuasi mandiri tanpa disuruh dan menjauh sampai jeda waktu 1-2 jam setelah hujan. Untuk mengantisipasi situasi berbeda, bisa saja hujan deras di hilir berhenti, tapi di hulu masih ada.

Saat ini, tempat evakuasi sementara, yakni tenda-tenda dibangun tak jauh dari rumah warga sebelumnya. Beberapa organisasi masyarakat juga sudah bangun huntara bagi korban bencana gempa.

Pada Maret tahun ini, terjadi 163 banjir di 27 provinsi, dengan korban 16 meninggal, 507 ribu jiwa terdampak dan mengungsi. Sejak 2015, pada 3 bulan pertama kejadian banjir terjadi antara Januari-Februari. Tapi pada Maret tahun ini, kejadiannya malah lebih banyak dari sebelumnya. Pada Maret 2021, ada 156 kejadian banjir pada 2021 padahal masih terdampak La Nina.

Akibatnya, walau dari sisi korban terdampak lebih sedikit, tapi warga mengungsi jauh lebih banyak pada Maret ini. Sebanyak 24 ribu warga harus mengungsi, dibanding 2021 sebanyak 3.000-an orang atau 7 kali lipat lebih banyak. “Eskalasi bencana jauh lebih besar. Harusnya pada Maret sudah masuk pancaroba, karakteristik hujan intensitas tinggi durasi pendek,” heran Abdul.

Jumlah rumah rusak akibat banjir juga jauh lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu, seiring dengan banyaknya pengungsi.

Terakhir, banjir di Kabupaten Kutai Timur, ada 25.599 warga mengungsi. Kesiapsiagaan April ini mengikuti situasi karena beberapa tempat masuk pancaroba, angin kencang tanpa hujan sampai April. Hujan durasi pendek masih terjadi. Kewaspdaan di daerah dengan hujan durasi panjang. Ia mengajak warga membiasakan melihat prakiran cuaca, terutama jika berencana di luar ruang. Saat ekstrem, hindari papan reklame, tiang listrik besar, pohon besar karena ada potensi risiko fatalitas. Pastikan tak ada potensi gerakan tanah di lereng.

baca juga : Ketika Banjir Pesisir Makin Parah di Sulawesi Barat

 

Banjir yang terjadi di Ketapang, Kalimantan Barat, pada Februari 2022. Bencana ekologis, seperti banjir, longsor dan lain-lain datang bertubi di Indonesia menandakan krisis lingkungan makin parah. Foto: BNPB

 

Longsor Cilacap

Siaran Pers BNPB pada 1 April 2022 terkait bencana longsor di Cilacap menyebutkan sebanyak 18 hewan ternak, masing-masing 2 ekor sapi dan 16 ekor kambing hilang tertimbun tanah longsor yang terjadi di Desa Kutabima, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (31/3). Tidak ada korban jiwa atas peristiwa tersebut, namun sebanyak 215 jiwa dari 72 KK terdampak.

Peristiwa itu bermula ketika pada hari Kamis (31/3) terjadi hujan deras disertai petir di wilayah Desa Kutabima sejak pukul 15.00-20.00 WIB yang kemudian menyebabkan tanah gembur bercampur air menjadi lumpur dan longsor ke arah pemukiman penduduk.

Hasil kaji cepat tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap per Jumat (1/4), ditemukan sebanyak 17 titik lokasi tanah longsor di RT 06, RT 09 dan RT 04 Dusun Citulang yang material longsorannya menimpa rumah warga, jalan desa dan area pertanian.

BPBD Kabupaten Cilacap mencatat ada 3 unit rumah tertimbun, 2 unit rumah rusak berat, 3 unit rumah rusak ringan dan 49 unit rumah terancam longsor. Selain itu ada 1 unit jembatan ambruk, sawah seluas 2 hektar dan perkebunan seluas 2 hektar juga turut terdampak longsor.

Laporan visual langsung dari lapangan oleh Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Cilacap, Wijonardi menunjukkan material longsor dari bagian perbukitan telah menimbun areal persawahan dan permukiman warga yang berada di bawahnya. Adapun material longsor lainnya juga terbawa oleh aliran Sungai Cireueui dan berdampak ke areal persawahan di wilayah Desa Cileumeuh.

“Sungai Cireueui yang kemarin banjir dan berdampak ke Cileumeuh sekarang di atas sungai ini terjadi longsoran,” ungkap Wijonardi, Jumat (1/4).

Adapun kondisi mutakhir terkini jalan desa lumpuh total tidak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat, bahkan sulit untuk dilewati dengan jalan kaki. Jaringan listrik padam dan beberapa warga ada yang mengungsi di rumah kerabat terdekat.

baca juga : Kala Presiden Ingatkan Pembangunan Jangan Picu Bencana

 

Tim gabungan dari BPBD Kabupaten Cilacap, TNI, Polri, relawan Banser NU dan masyarakat berhasil membuka jalur yang tertimbun longsor di Desa Kutabima, Cimanggu, Cilacap, Jateng pada Kamis (31/3/2022). Foto : BNPB

 

Sebagai upaya percepatan penanganan bencana tanah longsor tersebut, BPBD Kabupaten Cilacap telah melakukan kaji cepat situasi dan dampak, monitoring, berkoordinasi dengan instansi terkait guna pendirian tenda darurat untuk pengungsian dan dapur umum serta pembersihan material. Mengingat luasnya cakupan longsoran dan banyaknya titik lokasi terdampak, tim gabungan membutuhkan bantuan alat berat guna melakukan pembersihan hingga proses pemulihan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca yang menyatakan bahwa hujan dengan intensitas ringan hingga lebat dan dapat disertai petir masih berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Cilacap hingga Minggu (3/4).

Sebagai antisipasi adanya bencana susulan yang dapat dipicu oleh faktor cuaca, maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada unsur pemangku kebijakan di daerah bersama masyarakat agar melakukan upaya seperti susur sungai, normalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan lingkungan di sepanjang aliran sungai, pemantauan tebing maupun perbukitan yang berpotensi longsor.

Apabila terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi selama lebih dari 1 jam, maka masyarakat di sekitar lereng perbukitan atau tebing dan di dekat sungai diminta untuk waspada dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman jika diperlukan.

 

Kondisi banjir di Desa Gebangsari, Kecamatan Tambak, Banyumas. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version