Mongabay.co.id

Google Bisa Tampilkan Data Emisi Wilayah, NTB Pertama di ASEAN

 

 

 

 

 

Perubahan iklim sudah berdampak, termasuk di Indonesia. Berbagai negara, termasuk Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca untuk menekan pemanasan global karena ancaman kenaikan suhu 1,5 pada 2030. Ikut menunjang tekan emisi, Google meluncurkan platform environmental insight explorer (EIE). Alat ini bisa menampilkan data emisi satu wilayah yang bersumber dari bangunan, sarana transportasi dan potensi panel surya atap. Alat ini bertujuan membantu para pembuat kebijakan di seluruh dunia menekan emisi karbon.

Nusa Tenggara Barat (NTB) pertama di ASEAN yang menggunakan platform environmental insight explorer (EIE). Ada 91  wilayah di  NTB yang sudah menyediakan data emisi di platform EIE agar bisa dilihat masyarakat umum.

Teknologi ini mendorong upaya mendorong perencanaan dan pengambil kebijakan kota yang berwawasan lingkungan dengan pembangunan yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

Platform ini dikembangkan dengan menganalisa data secara komprehensif dengan standar untuk emisi gas rumah kaca.

Putri Alam, Direktur Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik Google Indonesia mengatakan, kawasan perkotaan diperkirakan menyumbang 75% emisi gas rumah kaca, dimana transportasi dan bangunan jadi sumber emisi signifikan.

EIE, katanya, bisa membantu pemerintah lokal mengetahui emisi GRK dan penanganan kebijakan selanjutnya.

“Kita memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan ambisi untuk menekan gas rumah kaca. Ini dekade yang menentukan, harus mengutamakan sustainability untuk kegiatan sehari-hari,” katanya dalam diskusi peluncuran platform EIE oleh Google, di Lombok, Kamis (21/4/22).

Peluncuran platform ini dalam rangkaian peringatan Hari Bumi pada 22 April 2022. EIE memanfaatkan sumber data unik dan kapabilitas pemodelan artificial intelligence (AI) Google untuk menghasilkan perkiraan tentang aktivitas, emisi dan penurunan GRK. Data ini disediakan secara gratis dan pemerintah daerah memiliki kebebasan secara bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan publikasi data.

 

Tampilan EIE Google. FotoL Lusia Arumingtyas/ Mongabay Indonesia

 

Tomomi Matsuoka, Regional Lead Google Earth Outreach untuk Jepang dan Asia Pacific, mengatakan, banyak wilayah dan kota mengalami kesulitan untuk memiliki data emisi karena keterbatasan sumber daya, waktu dan masalah teknis.

Untuk itu, EIE jadi solusi penting sebagai landasan bagi setiap kota dalam membuat kebijakan nyata guna penurunan emisi gas rumah kaca.

“Dengan EIE, pemangku kebijakan dapat mengukur emisi karbon, menganalisis dan menemukan solusi untuk daerah masing-masing,” kata Tomomi.

 

Google baru saja meluncurkan platform Environmental Insight Explorer (EIE). Sebuah platform yang memuat informasi terkait emisi karbon dari bangunan, transportasi dan potensi solar panel pada sebuah wilayah. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi provinsi pertama di ASEAN yang akan menggunakan Environmental Insights Explorer (EIE). Data EIE bisa menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan yang tepat untuk menjaga lingkungan di Indonesia. Foto: Lusia Arumingtyas/ Mongabay Indonesia

 

Transparan dan akuntabel

Zulkieflimansyah, Gubernur NTB menyambut baik platform pemantauan emisi gas rumah kaca di NTB yang bisa terakses publik. “Tools ini memungkinkan kami melihat detail terkait emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dalam satu wilayah,” katanya.

Di Nusa Tenggara Barat, emisi dari transportasi turun dalam tiga tahun terakhir berdasarkan angka ton metrik karbon dioksida ekuivalen atau tCO2. Pada 2018, mencapai 3.480.000 tCO2e per tahun, dan 2019 lebih rendah 21% dengan 2.740.000 tCO2e per tahun. Lalu, 2020, turun hingga 51% dengan total 1.330.000 tCO2e per tahun.

Adapun emisi kendaraan bermotor 76%, dengan mobil 23,55% dan pejalan kaki hanya 0,14%.

“Data yang dihasilkan dari EIE ini sangatlah penting dalam membantu kami dalam pengambilan kebijakan dalam merealisasikan pembangunan rendah karbon,” katanya.

Data ini juga penting dalam merealisasikan kebijakan pengembangan transportasi umum, peningkatan taraf hidup masyarakat dan pengembangan kendaraan listrik.

Dia mengatakan, transparansi data emisi adalah hal penting. Input ini, katanya, akan sangat berguna untuk tujuan perencanaan dan jadian NTB terdepan dalam mendorong aksi pengurangan emisi karbon.

Madani Mukarom, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB mengatakan, data emisi sejauh ini manual dan belum jadi acuan dalam penentuan kebijakan secara signifikan. Ke depan, EIE ini akan memberikan kemudahan kepada pemerintah daerah dalam tata kelola data yang lebih akurat hingga membantu pembuatan kebijakan dan perencanaan lebih baik.

“Dengan data yang bagus dan akurat dan sangat mudah kita peroleh bisa memberikan kemudahan dalam perencanaan kebijakan dengan data yang ter-update daripada data manual yang out of date.”

Zulkieflimansyah berharap, kesuksesan peluncuran ini bisa mendorong pemerintah daerah/kota dan pemerintah pusat untuk mengadopsi penyediaan data terintegrasi hingga tercipta kebijakan transparan, akurat dan inklusi.

 

Energi panel surya, antara lain yang emisi yang sudah bisa dihitung dari EIE Google. Foto : shutterstock

 

Platform EIE

Sejak 2018, EIE menggunakan data pemetaan dan teknologi pemodelan Google untuk menghitung perkiraan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan bangunan dan sarana transportasi. Juga proyeksi pengurangan gas rumah kaca dengan energi tenaga surya.

Melalui informasi lingkungan di EIE, Google mendukung para pembuat keputusan dan penyedia solusi serta mendorong penelitian baru tentang masalah iklim yang terjadi di kota-kota.

Selain itu, juga memicu penelitian baru tentang isu terkait dan solusi pembangunan kota rendah karbon.

Platform ini, akan menghitung tiga bagian, yakni emisi dari bangunan, sarana transportasi dan potensi panel surya atap.

Pertama, terkait emisi dari bangunan, data Google maps akan menentukan ukuran dan jenis bangunan serta menghitung perkiraan emisi GRK dari konsumsi listrik fasilitas komersial dan perumahan.

Kedua, dari sarana transportasi dilihat dari data agregat riwayat lokasi yang anonim dilihat dari perkiraan jarak tempuh dan konsumsi bahan bakar untuk setiap sarana transportasi di dalam kota.

Ketiga, panel surya atap dilihat dari perkiraan proyeksi listrik yang dihasilkan tenaga surya di seluruh bangunan dalam suatu wilayah berdasarkan model keteduhan, pola cuaca dan ukuran atap.

“Hingga saat ini, emisi transportasi baru tersedia di beberapa kota di Asia,” kata Tomomi.

Pada kota-kota di dunia, katanya, EIE untuk melihat potensi transportasi, mengembangkan potensi energi terbarukan guna menekan emisi dan menginstalasi infrastruktur energi terbarukan.

Platform ini juga sebagai sarana pendidikan untuk meningkatkan pemahaman soal pemanasan global.

Ke depan, katanya, platform ini akan mengembangkan data emisi tak hanya dari transportasi, bangunan dan potensi surya panel juga menyediakan informasi kualitas udara dan tutupan pohon.

Dalam satu dekade, Google berupaya ambisius dalam hal aksi iklim, mereka berkomitmen membantu lebih dari 500 kota dan pemerintah lokal untuk mengurangi total satu gigaton (atau satu miliar ton) emisi karbon per tahun hingga 2030 dan seterusnya.

Saat ini, EIE dapat diakses para perencana kota di lebih dari 4.000 kota dan daerah di Indonesia. Untuk memanfaatkan EIE untuk kota, di insights.sustainability.google/#request.

 

NTB, salah satu provinsi di ASEAN, yang pertama ada data emisi di EIE Google. Foto: Sapariah Saturi/ Mongabay Indonesia

********

Exit mobile version