Mongabay.co.id

Populasi Menyusut, Penguin Afrika Bisa Punah Beberapa Dekade Lagi

 

Populasi penguin Afrika (Spheniscus demersus) menurun drastis selama satu abad terakhir. Para ahli mengatakan mereka bisa punah dalam beberapa dekade mendatang, karena kini hanya 2% populasi yang tersisa dari 98% populasi di awal abad ke-20. Setali dengan itu kualitas lingkungan global menurun hingga tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga mengancam kehidupan.

Penguin Afrika adalah penguin tropis. Hewan ini bisa tumbuh mencapai 20 centimeter dengan berat antara 4,4 dan 11 pon. Penguin Afrika termasuk paling mungil di antara spesies penguin lainnya. Ciri khasnya yaitu memiliki kelenjar merah muda di atas mata mereka. Kelenjar itu membantu tubuh penguin untuk mengatasi suhu tinggi.

Dalam biologicaldiversity, disebutkan bahwa penguin ini memiliki garis hitam dan pola bintik-bintik hitam unik di dadanya. Titik-titik itu berbeda pada tiap penguin, seperti sidik jari pada manusia.

Ukuran penguin jantan lebih besar daripada betina. Begitu pula dengan paruh si jantan lebih besar sebagai senjata berburu sekaligus pemikat betina saat masa kawin tiba.

Di musim berbiak, penguin Afrika biasanya ditemukan dalam jarak 40 kilometer dari pantai. Mereka bergerombol datang ke darat lalu berpencar ke berbagai pesisir untuk beristirahat. Jika selepas mencari makan, bulu mereka terlihat dilapisi lapisan lilin yang membuatnya tidak basah kuyup.

Meski lihai dalam berburu, tapi mereka adalah hewan setia. Sebab penguin Afrika merupakan hewan monogami, hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya.

baca : Setan Ini Memusnahkan Populasi Penguin di Sebuah Pulau di Australia

 

Kawanan penguin Africa. Foto : animaldiversity

 

Penguin berkembang bertelur di antara daratan Hollams Bird Island, Namibia ke Bird Island, hingga Algoa Bay, Afrika Selatan. Di alam liar, umur mereka rata-rata 20 tahun.

Nasib mereka kini berada di tubir kepunahan. Populasi penguin Afrika mengalami penurunan paling cepat pada abad ke 21 terakhir ini. Direktur riset di The South African Coastal Birds Conservation Foundation (SANCCOB), Dr. Katta (Katrin) Ludynia, membenarkan, hal itu. Menurutnya, kali ini penguin Afrika telah turun signifikan di sepanjang wilayah pantai. Dalam catatan, International Union for Conservation of Nature’s (IUCN) mereka terdaftar sebagai hewan terancam punah.

“(Dulu) ada jutaan penguin di wilayah Pantai Afrika Selatan pada awal abad ke-20. Namun, data 2021 menunjukkan bahwa kita hanya memiliki 10 ribu pasangan penguin yang tersisa,” ujarnya seperti ditulis africanews, 31 Maret 2022 lalu.

Padahal, menurut Dr. Ludynia, ada sekitar 20.000 pasangan penguin pada 20 tahun lalu. Kini, populasi mereka terus menciut. Diduga penyebab utama penurunan populasi penguin Afrika adalah kurangnya ikan di laut. Kata Ludynia, situasi ini disebabkan oleh penangkapan ikan sarden dan ikan teri yang berlebihan. Kehilangan pakan utama berarti awal kematian.

Di sisi lain, ikan sarden dan teri jadi industri perikanan yang tengah dikembangkan di Afrika Selatan. Dan penguin Afrika seolah berada diantara dilema antara ekonomi dan konservasi.

Ludynia juga mengungkapkan bahwa perubahan iklim, kebocoran bahan bakar, polusi suara bawah laut yang disebabkan padatnya lalu lintas laut menjadi faktor kepunahan lebih cepat bagi penguin tropis itu.

baca juga : Hiu, Penyu dan Penguin Sering Berenang Membentuk Lingkaran. Apa Sebabnya?

 

Penguin africa bersama anaknya. Foto : The Conversation

 

Jalan tengah

Ditengah kekhawatiran akan kepunah penguin Afrika, tumbuh gerakan sosial. Diinisiasi Southern African Foundation for the Conservation of Coastal Birds (SANCCOB), yayasan yang berdikasi pada penyelamatan satwa itu menghimpun banyak orang untuk menjadi relawan. Mereka dibina dan diedukasi ragam informasi tentang penguin.

Di bidang konservasi, Yayan SANCCOB juga punya tempat rehabilitasi penguin. Punya tugas menyelamatkan penguin sedianya jika terjerat jaring atau tertangkap perahu nelayan. Lalu mereka akan melepasliarkan kembali ke alam.

Manajer rehabilitasi SANCCOB, Romy Klusener mengatakan kegiatan yang mereka kerjakan sudah berlangsung selama beberapa tahun. Sekalipun berat, melalui kegiatan itu mereka punya secuil keyakinan bahwa laju kepunahan bisa diperlambat.

Apalagi , Klusener miris melihat telur-telur penguin bersarang di tempat tidak aman. Padahal butuh lubang untuk menyimpan telur. Lubang itu melindungi penguin dari pemangsa dan sinar Matahari.

Setelah menetas, anak penguin tetap tinggal di lubang itu sampai usia 3 minggu. Kemudian, anak penguin belajar mencari makan keluar tetapi kembali lagi ke sarang tempatnya ditetaskan.

baca juga : Mengenal 10 Burung Terbesar, Tertinggi, dan Sayap Terlebar di Dunia

 

Penguin Afrika. Foto : Jen Dries/Unsplash

 

Bulan Mei hingga Agustus adalah waktu untuk menaruh telur. Biasanya, mereka memilih pasir yang mengandung guano atau pasir yang terakumulasi dengan kotoran burung laut itu digunakan penguin Afrika untuk membangun sarang, bertelur hingga membesarkan anak mereka.

Akan tetapi, keberadaan guano dibutuhkan sebagai bahan dasar pupuk sehingga acapkali diambil berskala industri. Akibatnya, penguin dipaksa untuk membangun sarang di tempat terbuka, yang lebih rentan berdampak cuaca dan predator.

SANCCOB merekomendasikan, salah satu cara untuk melindungi penguin adalah dengan menempatkan sarang buatan untuk koloni mereka. Sarang ini diberi tutup untuk memberikan perlindungan dari predator dan cuaca ekstrem.

Ide serupa juga mendorong Pemerintah Afrika Selatan, sebagai bagian dari Rencana Pengelolaan Keanekaragaman Hayati penguin Afrika, menyoroti perlunya pengembangan desain sarang yang paling cocok untuk pilihan habitat. Sejauh ini belum ada tindaklanjut pembuatan habitat baru untuk penguin.

Peneliti Penguin Afrika, Lauren Waller, tengah merancang sarang buatan dalam berbagai bentuk dan bahan konstruksi di Namibia. Katanya, sarang yang dibuat mesti meniru lubang alami. Beberapa bahan, seperti fiberglass, dinilai cocok menciptakan lingkungan yang kering dan hangat di dalam sarang.

baca juga : Dari Luar Angkasa, 1,5 Juta Penguin Adélie Terpantau di Antartika

 

Penguin Afrika di pantai di sarangnya. Foto : animaldiversity

 

Sarang buatan dapat meningkatkan keberhasilan pengembangbiakan penguin Afrika. Tetapi harus ditimbang dampak kerugiannya yaitu pertumbuhan ektoparasit yang bisa jadi penyakit bagi penguin. Agaknya, penguin memilih bersarang di atas guano, adalah untuk membunuh parasit secara alami.

“Oleh karena itu penting untuk mengetahui jenis dan karakteristik sarang mana yang memiliki ektoparasit paling rentan,” tulis Lauren dalam The Conversation.

Sementara laporan 2019 dirilis panel ahli Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) di bawah koordinasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini memperingatkan, laju kepunahan ragam hayati telah berdampak terhadap keberlangsungan hidup seluruh makhluk di Bumi, termasuk manusia. Setidaknya, 15.000 hasil kajian ilmiah menjadi dasar laporan ini. Dan barangkali penguin Afrika, salah satunya.

 

Sumber : africanews.com, dailysabah.com, biologicaldiversity.org dan theconversation.com

 

Exit mobile version