Mongabay.co.id

Cerita Ermi Mauke, Penjaga Hutan Suwawa

 

 

 

 

Ermi Mauke, masih kuat mendaki gunung di kawasan hutan yang tak jauh dari Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Gunung dengan kemiringan sekitar 20 derajat itu, begitu mudah dia daki meski sudah berumur 73 tahun.

“Walaupun sudah tua begini, saya masih kuat mendaki gunung,” katanya. Dia mengajak saya melihat hutan yang dia rawat puluhan tahun di Pegunungan Suwawa tak jauh dari desanya, 20 April lalu.

Dia mulai rawat hutan sejak 1982. Awalnya, hutan itu sudah rusak karena pembalakan liar dan perambahan pertambangan emas tanpa izin.

Ermi memulihkan hutan itu secara mandiri bersama keluarganya dengan menanam berbagai pepohonan, seperti

kopi, kecapi, kemiri, limau, jambu mete, alpukat, durian dan lain-lain. Pepohonan ini tak hanya memperbaiki kondisi hutan juga membantu keperluan Ermi dan keluarga.

 

Ermi Muake, di kebun beragamnya. Foto: Sarjan Lahay/ Mongabay Indonesia

 

Dia adalah warga transmigrasi lokal asal Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, yang dikirim pemerintah pusat pada 1982 ke Desa Tulabolo Timur, desa terdalam di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Jarak desa itu sekitar 36 kilometer dari Pusat Kota Gorontalo, atau harus sekitar dua dengan kendaraan roda dua.

Hutan di dekat rumah Ermi itu, awalnya rusak karena marak pembalakan liar dan pertambangan emas ilegal. Pepohonan ditebang.

Banyak warga menggatasnamakan lahan di kawasan hutan. Dia khawatir, karena akan makin banyak penebangan atau hutan hilang. Dia pun ikut mengatasnamakan lahan di kawasan hutan itu sekitar empat hektar. Tujuannya, agar penambang dan pelaku pembalakan liar tak membabat hutan yang dia lindungi.

Ermi pun mulai menanam pohon-pohon yang sekaligus bisa bermanfaat bagi keperluan sehari-hari. Sejak itulah, dia dan keluarga merawat hutan itu.

Dia juga kerap mengelilingi hutan memantau kemungkinan ada yang beraksi menebangi pohon. Dia juga mengajak masyarakat bersama-sama tanam pohon, diawali dari kebun-kebun mereka.

Ermi tak pelit berbagi benih maupun bibit, seperti kopi kepada warga lain. Dia mengajak warga tanam beragam, tak hanya satu tanaman. Di Gorontalo, banyak kembangkan jagung.

Hutan itu, katanya, rumah dan sumber pangan, yang harus dijaga. Perlahan-lahan, penebangan hutan berkurang, bahkan tak lagi ada.

 

Pohon raksasa ini ditebang pembalak liar. Foto: Sarjan Lahay/ Mongabay Indonesia

 

Daerah yang dia jaga dengan menanam berbagai peohonan itu merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBN),

TNBNW, mencakup dua provinsi, di Kabupaten Bone Bolango (Gorontalo) seluas 110.000 hektar dan Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) seluas 282.008,757 hektar.

Dalam taman nasional ini, teridentifikasi ada 125 jenis burung, 24 jenis mamalia, 23 jenis amfibi dan reptil, serta ada 289 jenis pohon.

 

Ermi Mauke, penjaga hutan Sawawa/ Foto: Sarjan Lahay/ Mongabay Indonesia

 

Dekat desa Ermi, ada perusahaan tambang milik Bakrie Group bernama PT Gorontalo Minerals (GM) dengan konsesi 24.995 hektar di Bone Bolango, Gorontalo. Seluas 17.798 hektar merupakan kawasan hutan, dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap. Sisanya, 7.197 hektar area penggunaan lain [APL], berupa lahan perkebunan dan pertanian masyarakat.

Perusahaan itu konsesi pertambangan ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Pada Februari 2019, perusahaan ini mendapatkan izin operasi produksi, dan saat ini pembukaan jalan menuju lokasi utama operasi.

Ermi makin semangat menanam dan menjaga hutan dengan ada perusahaan tambang. Baginya, menanam adalah melawan sektor ekstraktif yang beraksi membersihkan hutan.

“Saya ini tidak sekolah, jadi yang saya lakukan hanya menjaga hutan.”

 

***

Apa yang Ermi lakukan juga amanah dari orangtua dan leluhurnya. Orangtuanya mengajarkan, hutan merupakan rumah bagi seluruh makhluk, termasuk manusia.

Dia pun berkomitmen jaga hutan. Selama hampir 40 tahun, dia lakukan mandiri tanpa bantuan pemerintah. Termasuk bibit pohon untuk dia tanam, hasil budidaya mandiri.

Bagi Ermi, hutan memiliki nilai spiritual erat dengan manusia. Upaya melindungi dan memulihkan hutan sebagai bentuk memulihkan diri dalam memperdalam hubungan spiritual dengan sang pencipta.

 

Ermi Mauke, di hutan yang dia pulihkan. Foto: Sarjan lahay/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version