Mongabay.co.id

Ajak Warga Malang Kurangi Sampah Plastik

 

 

 

 

Puluhan mahasiswa, pelajar, pemuda dan masyarakat umum masuk berjajar dalam lorong botol bekas minuman di halaman kampus 2 Universitas Widyagama Malang penghujung Maret lalu. Sebagian memilih berpose dan berswafoto di dalam lorong sepanjang tiga meter dengan ketinggian dua meter. Lorong botol plastik tersebut merupakan seni instalasi yang dibangun Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).

Instalasi seni botol plastik tersusun dari 3.285 botol bekas minuman beragam jenis dan merek.

Azis, Koordinator pameran “Brantas Xoxo: Selamatkan Brantas dari Sampah Plastik” juga koordinator hukum Ecoton, mengatakan, botol minuman merefleksikan atas penggunaan minuman dalam kemasan botol plastik.

“Jumlah botol instalasi ini dihasilkan satu orang yang mengonsumi tiga botol minuman sehari selama tiga tahun,” katanya.

Jadi, volume sampah botol plastik akan menggunung kalau terakumulasi dalam lingkungan keluarga. Untuk itu, Azis mengajak warga Malang mengurangi sampah botol plastik. Caranya, dengan menggunakan botol minuman isi ulang.

Usai melintas di dalam lorong plastik, pengunjung berkesempatan menguji kualitas air. Meliputi Chemical Oxygen Deman (COD), Biological Oxygen Demand (BOD, Total Dissolved Solids (TDS) dan kandungan mikroplastik. Kandungan mikroplastik yang dilihat di mikroskop dipindai dalam layar televisi. Pengunjung bisa melihat jelas, apakah air yang dibawa bebas mikroplastik atau ditemukan kandungan mikroplastik.

Sebagian pengunjung membawa air dalam botol dari sumur, sumber mata air, sungai, dan air dari layanan perusahaan daerah air minum. Hasilnya, air sumur, sumber air, sungai dan PDAM tercemar mikroplastik. Mikroplastik, katanya, merupakan remahan plastik yang hancur dalam ukuran kurang dari lima milimeter.

“Sifatnya tes cepat, airnya positif mengandung mikroplastik. Perlu kanjian mendalam dengan metode yang proper,” katanya.

Ecoton sengaja membawa peralatan laboratorium untuk menunjukkan fenomena mikroplastik dan penurunan kualitas air bahan baku air minum. Sedangkan mikroplastik bersifat mengikat polutan air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen. Sifatnya karsinogen yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Ecoton juga menyediakan refill store sabun cair, sampo, pembersih lantai, cairan antiseptik dan produk personal care lainnya. Pengunjung wajib membawa wadah sendiri. Sehingga pengunjung bisa mengurangi penggunaan beragam kemasan plastik termasuk kemasan sachet yang banyak mencemari sungai. “Tersedia juga popok kain yang bisa digunakan berulangkali,” kata Azis.

Juga ada aneka kerajinan dan cinderamata terbuat dari kemasan dan sachet plastik. Pengunjung juga bisa melihat galeri foto kegiatan Ecoton meliputi susur sungai Brantas, Bengawan Solo, “membebaskan” pohon dan bambu dari jeratan sampah plastik, brand audit dan advokasi atas pencemaran dari limbah perusahaan.

“Memberikan gambaran nyata kondisi sungai-sungai di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang tercemar,” katanya.

Diana Antasari merasa menjadi tahu bahaya sampah plastik setelah datang ke pameran ini. Serta dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

“Plastik sulit diurai, dibandingkan sampah lain. Membahayakan kesehatan. Saya akan mengurangi tas kresek, kalau belanja membawa tas sendiri.”

Pengunjung juga diminta menuliskan masalah dan harapan di pohon harapan. Tujuannya, untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi warga Malang. Hasilnya, akan ditindaklanjuti disampaikan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang.

“Masalah sampah plastik banyak dikeluhkan warga Malang,” katanya.

Juga sampah yang tak dikelola dengan baik hingga menyebabkan polusi udara dan pencemaran lingkungan. Untuk itu, Ecoton mendorong Pemerintah Kota Malang menyediakan sarana dan prasarana pengolahan sampah.

 

Beragam produk olahan bekas kemasan sachet minuman yang diproduksi mitra Ecoton. Foto: Eko Wiidanto/ Mongabay Indonesia

 

Tanggungjawab pemerintah dan produsen

Ecoton menuntut tangungjawab produsen mengambil kembali sampah kemasan yang dihasilkan. Selain itu, meredesain kemasan untuk meminimalisisasi sampah plastik.

“Produsen sering menyalahkan konsumen. Padahal jika produsen tak memproduksi kemasan plastik, tak ada sampah plastik yang dibuang ke sungai,” ujar Azis.

Perusahaan, katanya, harus pemulihan lingkungan, salah satu dengan menganggarkan dana pemulihan yang bisa berasal dari dana tanggungjawab sosial perusahaan (CSR).

Ecoton menyelenggarakan pameran secara maraton, di kawasan Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Sebelumnya, pameran di Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan Surabaya.

Di sela-sela pameran, ada diskusi dan pemutaran film tentang masalah lingkungan.

Purnawan Dwikora Negara, Dekan Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang mengatakan, dalam pameran ini pengunjung diajak membawa contoh air dalam botol. Hasilnya, mayoritas air dari sumur, sumber, sungai dan PDAM mengandung mikroplastik.

“Malang tidak bebas mikroplastik. Ini peringatan, berbahaya bagi kesehatan. Dampaknya puluhan tahun, bisa menyebabkan kanker,” kata pria yang juga aktivis Walhi Jawa Timur ini.

Dalam definisi hukum lingkungan adalah manusia dan perilakunya. Sehingga masalah lingkungan juga menjadi ranah hukum yang menyangkut banyak aspek, meliputi kebijakan dan penegakan hukum. Seperti bikin peraturan dalam produk hukum yang menjadi pedoman perilaku.

“Agar mahasiswa tak hanya lihat teks pasal dalam hukum, juga perilaku. Perilaku yang baik merupakan hukum yang baik,” katanya.

 

 

Produk olahan bekas kemasan sachet minuman yang diproduksi mitra Ecoton. Foto: Eko Wiidanto/ Mongabay Indonesia

 

Berawal dari hulu

Wahyu Eka Setyawan, Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur mengatakan, hulu Sungai Brantas di Kota Batu mengkhawatirkan. Dampak eksploitasi ruang, dan hutan yang menjadi kawasan tangkapan air secara berlebihan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke Sungai Brantas.

“Di Batu, hutan berkurang. Kawasan tangkapan dan resapan berkurang. Akibatnya terjadi banjir dan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air Brantas,” katanya.

Catatan WALHI Jawa Timur, sumber mata air di hulu Brantas terus menyusut. Semula 111 sumber mata air kini tersisa 53 sumber.

Air, katanya, merupakan hak dasar masyarakat hingga harus dipenuhi. Pemerintah harus membuat produk kebijakan untuk menjaga mata air lestari. Menetapkan manajemen, tata kelola dan tata guna air secara berkelanjutan.

 

Pengunjung pameran Brantas Xoxo: Selamatkan Brantas dari Sampah Plastik melintasi lorong botol plastik. Foto: Eko Wiidanto/ Mongabay Indonesia

********

Exit mobile version