Mongabay.co.id

Sampah jadi Tabungan Lebaran di Batam, Seperti Apa?

 

 

 

 

 

“Kepada warga yang memiliki sampah di rumah segera kumpulkan di fasilitas umum. Karena hari ini ada penimbangan bank sampah. Penimbangan sampah akan berlangsung dari pukul 09.00-11.00 WIB siang,” 

Pengumuman itu terdengar melalui pengeras suara Mesjid Thoriqul Jannah, Perumahan Batara Raya Batam, Kepulauan Riau, belum lama ini. Selang beberapa menit, warga berbondong-bondong mendatangi fasum perumahan itu.

Sebagian warga membawa sampah, mulai kardus bekas, karton wadah tempat telur, botol minum bekas, hingga buku tulis bekas. Sesampainya di sana, mereka lakukan pemilahan jenis sampah diikuti penimbangan.

Jumlah berat sampah yang dibawa masing-masing masuk dalam buku catatan ‘tabungan Lebaran’. “Sebelum ditimbang, kita juga bersihkan dan pilah dulu jenis-jenis sampah ini,” kata Anita Pengurus Bank Sampah Perumahan Batara Raya Kota Batam kepada Mongabay.

Aktivitas Anita dan beberapa warga Perumahan Batara Raya adalah proses panen sampah rumah tangga dengan sistem bank sampah. Kegiatan ini sudah berlangsung tiga tahun belakangan. Sampah yang biasa dibuang, bisa jadi penghasilan sendiri.

Program bank sampah di Kota Batam, sudah ada sejak lama karena pandemi COVID-19, warga yang mengumpulkan berkurang. “Tahun 2022, baru mulai kembali, jadi masih sedikit yang nimbang (sampah), karena sempat hilang waktu pandemi,” katanya.

Mereka kumpulkan sampah rumah tangga. Warga tak perlu mencari, tinggal mengumpulkan sampah di rumah setiap bulan dan ditimbang ke bank sampah.

“Kalau tutup botol berbeda harga dengan botol, jadi harus dipisah saat ditimbang,” katanya.

 

 

Bank sampah ini untuk membuat perumahan bersih dari sampah rumah tangga. “Kita berharap, masyarakat bisa memilah sampah dari rumah untuk dijual ke bank sampah ini.”

Setelah sampah sesuai jenis, kata Anita, semua akan masuk ke catatan bank sampah. Setelah itu, bank sampah pusat, Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, akan membayar sesuai sampah masuk. “Setelah ditimbang, pembayaran langsung masuk ke rekening masing-masing perumahan,” katanya.

Warga Batara Raya tak langsung membagikan uang yang mereka kumpulkan. Mereka mengumpulkan uang selama satu tahun.

Pada momen pertengahan puasa, uang hasil menjual sampah pengurus bagikan ke setiap warga sesuai catatan. “Lumayan untuk tambahan melengkapi kebutuhan Lebaran,” katanya.

Anita mengatakan, uang yang didapatkan warga Batara Raya setiap bulan puasa berbeda-beda, tergantung sampah yang mereka kumpulkan. Ada beberapa orang yang menjual sampah setiap bulan puasa sampai Rp1 juta lebih. “Saya saja sendiri sudah banyak numpuk ini di rekening, bisa sampai Rp500 lebih juga sekarang, kalau sudah setahun bisa Rp1 juta,” katanya.

Pengurus yang bertangungjawab mengelola bank sampah ini dipilih di setiap perangkat RW. “Nama pengurus kami Bank Sampah Batara Sejahtera.”

Untuk aturan penimbangan bisa setiap saat ketika sampah warga sudah menumpuk. “Pokoknya kita selalu sosialisasikan kalau ada sampah di rumah, silahkan dipilih dan diserahkan kepada bank sampah, daripada menumpuk dan merusak lingkungan hidup,” katanya.

 

Petugas bank sampah di Kota Batam. Foto: Yogi ES/ Mongabay Indonesia

 

Tidak hanya bank sampah, kata Anita, ke depan akan ada pengolahan sampah kompos di Perumahan Batara Raya Kota Batam. Alat pembuatan kompos sudah ada di Pemerintah Kota Batam.

M Munar Siregar, Satuan Tugas (Satgas) Bank Sampah Kota Batam mengatakan, program bank sampah ini mengurangi sampah rumah tangga masyarakat dan jadikan Kota Batam bersih.

Munar angkut sampah rumah tangga dari beberapa perumahan di Batam dalam satu hari mencapai satu ton. “Kita mengurangi sampah masyarakat dari rumah tangga, ibu-ibu bisa memilah, supaya Batam bebas sampah sesuai anjuran Wali Kota.”

Sampah-sampah organik, katanya, bisa diolah dalam program kompos Pemerintah Kota Batam. “Kita sudah anjurkan kepada masyarakat, bisa dari rumah memilah menjadi kompos.”

Kalau tidak bisa jadi kompos, sampah akan dikirim langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Telaga Punggur. “Bank sampah ini sudah ada sejak 2014, sampai sekarang masih eksis, cuman masa pandemi agak sedikit berkurang.”

Tak hanya di Kota Batam, penjemputan sampah oleh bank sampah juga ke kawasan interland seperti pulau-pulau di sekitaran Batam. Mereka jemput sampah dengan kapal. “Interland kita jemput (sampah), baru-baru ini ke Pulau Langkai,” katanya.

Di sekitar Batam, katanya, banyak pulau penuh sampah hanyut atau sampah dari kapal-kapal yang melintas di perairan Kota Batam. Nelayan mengeluh ikan di pulau tidak berkembang karena tercemar sampah.

Setiap sampah yang diangkut mobil bank sampah, akan dikirim ke perusahaan khusus mengolah sampah untuk daur ulang.

 

Memilah dan menimbang sampah di bank sampah di Kota Batam. Foto: Yogi ES/ Mongabay Indonesia

 

Kesadaran masyarakat

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam menunjukkan, 802 ton rata-rata sampah diangkut di Kota Batam setiap hari. Kemudian, 800 kilogram penimbangan bank sampah Kota Batam setiap hari.

Jumlah sampah masuk ke TPA setiap tahun berfluktuasi. Pada 2016, misal, 297.000 ton, 2017 sebanyak 283.000 ton, 2018 turun jadi 273.000 ton. Pada 2019, naik jadi 294.000 ton dan 2020 turun ke 289.000 ton.

Werton Panggabean, Ketua Komisi III DRPD Bidang Lingkungan Hidup mengatakan, masyarakat Kota Batam masih banyak kurang perhatian kepada pengelolaan sampah mandiri. “Padahal membuang sampah sembarangan sangat fatal bisa merusak lingkungan.”

Pemerintah Kota Batam, katanya, perlu sosialisasi agar masyarakat membuang sampah pada tempatnya. “Sampah berserakan menyebabkan bau busuk, banjir, dampak kepada kesehatan,” katanya.

Werton mengapresiasi pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah. Namun, masalah pengolahan sampah di TPA Telaga Punggur yang menggunung harus jadi perhatian kembali. “Terutama untuk pengolahan yang sampai sekarang belum ada cara yang tepat.”

 

Warga menimbang sampah di bank sampah di Kota Batam. Foto: Yogi ES/ Mongabay Indonesia

 

*********

Exit mobile version