Mongabay.co.id

KIA Vietnam Makin Berani di Natuna, Nelayan: Kami Mau Makan Apa?

 

Sejumlah kapal asing kembali dilaporkan nelayan melakukan pencurian ikan (illegal fishing) di Laut Natuna Utara, April 2022. Jarak kapal Vietnam itu mencuri ikan semakin dekat ke Pesisir Laut Natuna. Nelayan minta Menteri Kelautan dan Perikanan segera mundur kalau tidak bisa mengatasi masalah yang terus terjadi.

Keberadaan kapal asing Vietnam di tengah laut Natuna itu ditemukan oleh nelayan lokal. Nelayan merekam aksi pencurian ikan serta memperlihatkan titik koordinat dan waktu kejadian melalui radar yang ada di atas kapal mereka.

Nelayan yang menemukan keberadaan kapal asing tersebut adalah Dedi. Ia salah seorang nelayan Natuna yang berani sampai melaut hingga daerah perbatasan. Dedi sudah beberapa kali merekam aktivitas illegal fishing tersebut. Termasuk temuannya pada 19 April 2022 lalu, dalam video Dedi berpapasan setidaknya 6 kapal asing pencuri ikan.

Video itu didapatkan Mongabay Indonesia, Selasa (26/4/2022), terlihat kapal asing mengeliling kapal Dedi yang sedang melaut bersama beberapa anak buah kapalnya. “Itu (kapal Vietnam) di belakang, dan itu di depan,” kata Dedi dalam potongan video sambil mengarahkan kamerannya ke kapal-kapal asing tersebut.

Dedi mengatakan, semakin hancur laut Natuna karena kapal asing Vietnam yang melaut menggunakan alat tangkap merusak yaktu pair trawl atau pukat harimau.  Salain itu, nelayan semakin terpuruk karena di pesisir harus berhadapan dengan kapal cantrang dan di laut lepas Natuna Utara berhadapan dengan kapal asing pencuri ikan.

Ia melanjutkan, tidak hanya darat Indonesia yang dikeruk, tetapi juga laut. “Kalau macam ini, kami mau makan apa lagi,” kata Dedi nelayan yang sudah melaut di Natuna sejak puluhan tahun lalu.

baca : Tiga Kapal Vietnam Ditangkap di Natuna, Ini Permintaan Nelayan

 

Tangkapan layar video nelayan Natuna berpapasan dengan kapal asing Vietnam yang sedang menjarah laut Natuna Utara. Sumber : Dedi

 

Setiap rekaman video, Dedi memperlihatkan titik koordinat beserta tanggal hingga jam kejadian. Dalam video pertama dua kapal asing terlihat pada koordinat 04 48 466 N 108 05 433 E.

Di radar yang ditampilkan Dedi, kejadian tersebut terjadi pada tanggal 19 April 2022 pukul 13.24 WIB. Kemudian pada video lain kapal asing Vietnam tepat berada pada titik koordinat 05 27 402 N 108 25 291 E pada hari yang sama.

Dedi juga menunjukan peta jarak keberadaan kapal asing Vietnam dengan Pulau Laut Natuna yang terdapat di radarnya. “Lihat ini, jaraknya hanya 43 mil dari Pulau Laut,” ujar Dedi.

Dedi mengatakan, kalau Vietnam sudah membajak hampir semua kawasan laut di titik koordinat 58. Dedi juga memvideokan beberapa kapal Vietnam bergandeng menangkap ikan di Laut Natuna Utara.

Melaut dengan sistem gandeng ini merupakan ciri-ciri penangkapan ikan dengan pukat harimau atau pair trawl. Alat tangkap tersebut sangat berbahaya dan merusak biota dasar laut, selain itu juga menangkap ikan-ikan kecil.

“58 (titik koordinat) dibajak sama Vietnam, Natuna sudah hancur, lihat itu tiga pasang kapal (Vietnam), artinya enam kapal melaut, hancur negara, hancurlah kita kalau macam ini,” katanya.

Dedi menegaskan, sebagai putra daerah Natuna ia mengkritik cara pemerintah Indonesia menghadapi masalah illegal fishing di Natuna Utara. “Saya Dedi, nelayan Natuna putra daerah Natuna, mengkritik ilegal fishing,” katanya.

Bahkan Dedi, meminta mundur pejabat yang bertanggung jawab terhadap Laut Natuna Utara, karena tidak bisa mengatasi masalah kapal asing tersebut. “Kalau tidak bisa mengatur Natuna Utara mundur sendiri,” katanya dalam video tersebut.

baca juga : Catatan Akhir Tahun: Masa Depan Laut Natuna Utara

 

Seorang ABK kapal asing Vietnam yang melakukan pencurian ikan di Natuna. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Ketua Aliansi Nelayan Natuna Hendri menegaskan, permintaan Dedi merupakan perwakilan permintaan nelayan lokal Natuna. Pejabat yang dimaksud kata Hendri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. “Ya seperti itu kondisi nelayan, kalau memang tidak bisa mengurus (masalah illegal fishing) lebih baik mundur, mari kita cari figur seperti Bu Susi, ini menteri sekarang sibuk road show pencitraan,” kata Hendri, Rabu (26/4/2022).

Hendri melanjutkan, keberadaan kapal asing Vietnam tidak hanya sekarang ini. Dua tahun belakangan kapal pencuri ikan tersebut marak di Natuna. Namun, kalau dilaporkan nelayan baru viral. “Kalau sudah viral, petugas turun dari Jakarta, setelah itu hilang, sebentar muncul lagi mereka, seperti itu terus, jadi nelayan bosan juga melapor,” kata Hendri.

Menteri Kelauatan dan Perikanan kata Hendri, harus tegas menindak kapal ikan asing karena itu momok terbesar nelayan Natuna. Sumber daya ikan nelayan Natuna yang dikeruk menggunakan pukat harimau sangat mempengarui hasil tangkap. “Kapal asing itu mengganggu spot mancing nelayan Natuna, diperkirakan hasil tangkapan nelayan terus berkurang sekitar 50 persen,” katanya.

Hendri mengatakan, masalah illegal fishing seperti dibiarkan karena mereka sudah berani mencuri ikan yang sudah dekat sekali dengan daratan Natuna. “Itu kan namanya sudah dibiarkan, kalau mereka (kapal Vietnam) mencuri di daerah abu-abu sana, atau 100 mil ke atas masih kita maklumi, kalau ini kan hanya 38 mil lebih saja, ini suatu pembiaran, masak sudah masuk di halaman rumah kita tidak usir dan tidak ditindak,” katanya.

Hendri juga menduga, apakah kapal tersebut sudah termasuk program penangkapan terukur yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pasalnya, dalam aturan itu industri perikanan bebas menangkap ikan di 30 mil ke atas. “Kalau sudah sampai 30 mil masuk bisa jadi ini bagian investor dalam konsep penangkapan terukur,” katanya.

Bahkan, kata Hendri, sebelumnya hanya satu atau dua kapal asing saja yang berani mencuri ikan di 40 mil, itupun pada musim angin utara (cuaca buruk) karena laut sedang kosong dari nelayan lokal. Tetapi sekarang kapal asing semakin berani masuk di 40 mil, tidak hanya sendiri tetapi bergerombolan.

“Dulu paling hanya 1 kapal yang masuk di jarak 40 mil, sekarang sudah ramai, padahal perairan itu lokasi memancing nelayan lokal Pulau Laut Natuna sehari-harinya,” kata Hendri yang juga Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Natuna.

Hendri sudah melaporkan video nelayan tersebut kepada pihak KKP di Jakarta. Pejabat KKP menyebutkan akan segera mengirimkan kapal ke lokasi yang dilaporkan nelayan Natuna.

baca juga : Dedi, si ‘Marco Polo’ Penakluk Badai Laut Natuna

 

Grafis sebaran KIA Vietnam selama April 2022. Sumber : IOJI

 

Koordinator Satuan Pengawasan (Satwas) SDKP Natuna Maputra Prasetyo mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan laporan dari nelayan Natuna. Laporan itu diteruskannya ke pemerintah pusat. “Karena armada yang akan patroli dari sana, selanjutnya kami menunggu arahan,” katanya, Rabu, (27/4/2022).

Maputra juga mengucapkan terimakasih kepada nelayan yang sudah melaporkan kejadian tersebut. “Kami sangat senang dan selalu sampaikan kepada nelayan kalau ada kejadian laporkan saja,” katanya.

Direktur Pemantauan dan Operasi Armada PSDKP KKP Pung Nugroho Saksono mengatakan, telah menerima laporan keberadaan kapal asing pencuri ikan tersebut dari nelayan. Dari laporan tersebut pihaknya sudah memerintahkan kapal patroli Orca 3 ke titik koordinat kejadian. “Kejadian tanggal 19 April, tempo hari Orca 3 ke TKP sudah kosong,” kata Pung kepada Mongabay Indonesia, Selasa, 26 April 2022.

Namun, hari ini (26 April 2022) kata Pung, pihaknya kembali menurunkan kapal patroli ke lokasi tersebut. “Tapi hari ini kami gerakan lagi ke TKP,” ujar Pung melalui pesan singkat WhatsApp.

Peneliti IOJI Imam Prakoso membenarkan terjadinya intrusi kapal asing pencuri ikan pada bulan April. Berdasarkan hasil pendeteksian mereka ditemukan keberadaan kapal ikan asing Vietnam sesuai video yang diberikan nelayan berjumlah 42 kapal ikan asing Vietnam. “Pada bulan-bulan ini angka intrusi naik cukup signifikan,” katanya, Rabu, (27/4/2022).

baca juga : Nelayan Natuna Protes Jaring Tarik Berkantong mirip Cantrang

 

Kapal nelayan Natuna sedang melaut. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Direktur Eksekutif Pusat Studi Kemaritiman untuk Kemanusiaan Abdul Halim mengatakan, praktek illegal fishing ini akan terus terjadi di Indonesia karena memang rentan. Salah satunya solusi adalah mengarahkan kebijakan kepada masalah tersebut. “Tidak hanya kebijakan, tetapi juga anggaran dan sinergitas sangat diperlukan menghadapi masalah ini,” katanya.

Halim mengatakan, sejak awal kita sudah diingatkan ketika membangun rumah harus dijaga halaman rumahnya. “Kalau pemimpin bangsa tahu daerah ini kita rentan, seharusnya praktek ini tidak terjadi,” katanya.

Ia melanjutkan, illegal fishing terus terjadi karena tiga hal itu kebijakan, anggaran dan sinergitas tidak terlaksana dengan baik. “Level kebijakan tumpang tindih, kemudian di anggaran juga demikian, lembaga negara bergerak menurut indikator masing-masing, sinerginya belum ketemu, hasilnya vietnam masih leluasa menikmati sumberdaya yang kita miliki,” katanya.

Makanya tidak tertutup kemungkinan, kekhawatiran nelayan seperti dalam video “mau makan apa” itu terjadi. “Apalagi pada masa pandemi seperti sekarang, masalah itu jadi problem tersendiri bagi nelayan lokal,” tambahnya.

 

Exit mobile version