Mongabay.co.id

Senduduk, Tumbuhan Bermahkota yang Bermanfaat Sebagai Obat

 

 

Di sejumlah desa di Pulau Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan, ada tumbuhan liar yang bunganya bermahkota ungu. Bentuknya bundar telur, buah dan bijinya seperti kapsul yang mendaging, panjangnya sekitar 6,5 – 11,5 mm dengan lebar 5 – 10,5 mm. Ketika matang, buahnya pecah.

Namanya senduduk [Melastoma malabathricum]. Orang Sunda meyebutnya harendong, di Jawa namanya kluruk atau senggani, dan di Sumatera dikenal senduduk.

Mengutip situs krcibodas.brin.go.id, tanaman khas perkampungan ini memiliki khasiat sebagai obat luka. Caranya, daun dikunyah, ditumbuk, dan dioleskan pada luka sebagai pasta, atau dicincang halus dan diperas. Air perasan dioleskan pada luka untuk menghentikan pendarahan.

Tak hanya itu, air rebusan daunnya dapat digunakan untuk mengobati luka bekas cacar dengan cara membasuh luka tersebut. Senduduk juga bermanfaat sebagai obat disentri dan sakit perut.

“Daun muda dibersihkan kemudian dikonsumsi secara mentah,” tulis artikel itu.

Tanaman ini juga digunakan sebagai obat sakit gigi, penyembuhan dan penguatan rahim bagi wanita yang baru melahirkan dengan meminum air rebusan akarnya, hingga obat pendarahan rahim.

Baca: Bioprospeksi dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Kita

 

Bunga tanaman senduduk ini berwarna ungu. Tanaman ini dikenal juga dengan nama harendong. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Kaya manfaat

Berdasarkan penelitian Marina Silalahi berjudul “Kajian Bioaktivitas Senduduk [Melastoma malabathricum] dan Pemanfaatanya” yang terbit di Best Journal [Biology Education, Sains and Techonology] Vol.3 No.2 Hal. 98 – 107, September 2020, diketahui sejumlah masyarakat di Indonesia sejak lama menggunakan tumbuhan ini sebagai bahan sayuran dan obat-obatan tradisional.

Misalnya di Jawa Barat [Sunda], di beberapa pasar tradisionalnya masih ada yang menjual bunga senduduk, khususnya benang sari, digunakan sebagai bahan sayuran. Sedangkan pedagang tumbuhan obat di pasar tradisional Kabanjahe, Sumatera Utara, memanfaatkan daun senduduk untuk mengatasi diare, patah tulang, dan bahan sauna.

“Daun M. malabathricum oleh etnis Batak Simalungun di Sumatra Utara, dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan dan luka,” tulis Marina.

Sedangkan masyarakat Suku Dayak Pesaguan di Kalimantan Barat, memanfaatkan senduduk untuk mengatasi kejengkolan [keracunan karena makan jengkol], kejang, dan ayan. Dayak Iban memanfatkannya untuk mengatasi sakit perut dan sariawan, sedangkan Suku Anak Dalam di Jambi memanfaatkan untuk mengatasi diare.

Baca: Asam Jawa, Obat Tradisional Nusantara yang Berasal dari Afrika

 

Senduduk merupakan tanaman liar yang mudah dikenali karena memiliki mahkota. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Masyarakat lokal di Malaysia juga memanfaatkan M. malabathricum untuk penyembuhan luka karena memiliki aktivitas antibakteri.

Banyaknya khasiat sebagai obat tradisional ini tak lain karena ekstrak kloroform daun M. malabathricum memiliki bioaktivitas sebagai antinociceptive, antiinflamantori, dan antipiretik.

Pemanfaatan tumbuhan ini sebagai obat tradisional berhubungan dengan senyawa bioaktifnya. Sebagai contoh bioaktivitas sebagai antioksidan banyak dihubungkan dengan kandungan senyawa fenolik.

“Melastoma malabathricum merupakan spesies dalam Famili Melastomaceae yang telah lama digunakan masayarakat lokal Indonesia maupun negara lain sebagai bahan pangan, pewarna, dan juga sebagai bahan obat,” lanjut Marina.

Baca: Belimbing Wuluh, Buah Asam yang Berpotensi Menghasilkan Listrik

 

Tumbuhan ini dikenal memiliki banyak manfaat, mulai mengobati luka berdarah hingga diare. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Melastoma malabatrichum memiliki dua subspesies dan tiga varietas yang diklasifikasikan berdasarkan warna dari kelopak bunga yaitu magenta pink muda, ungu gelap magenta, dan putih.

Perawakan tumbuhan ini berupa semak atau pohon kecil, hingga 5 m tingginya. Kulit kayu berwarna cokelat. Batang yang masih muda berbentuk segi empat dan terutup sisik. Pangkal daun membundar hingga runcing dan meruncing pada ujungnya.

Jumlah bagian bunga umumnya 5, namun ditemukan juga dengan kelipatan 6, 7 atau 8. Tabung kelopak berbentuk seperti lonceng dan tertutup sisik yang merebah atau sedikit menyebar.

Baca juga: Jengkol, Tumbuhan Kaya Manfaat Asli Indonesia

 

Sejumlah masyarakat Indonesia sejak lama memanfaatkan senduduk sebagai bahan sayuran dan obat-obatan tradisional. Foto: Pixabay/Public Domain/Ramdlon

 

Marina juga menuliskan, pohon senduduk bermanfaat sebagai obat herbal pelengkap dan pengobatan alternatif untuk perawatan pasien kanker atau penyakit kronis lainnya. Obat antikanker karena menghasilkan senyawa yang mampu menginduksi sel mengalami apostosis, menghambat pertumbuhan sel, atau mengakibatkan kematian sel-sel kanker, namun tidak merusak sel normal.

Kemampuan daun senduduk sebagai antikanker sangat dipengaruhi jenis senyawa yang digunakan, untuk ekstraksi dan organ yang digunakan.

“Tak hanya itu, senduduk bisa meningkatkan fungsi hati.

Sebab senyawa hepaprotektif pada tumbunan ini mampu mengembalikan atau menjaga fungsi hati dari senyawa toksik.”

Sedangkan antimikroba ekstrak metanol dari senduduk menghasilkan respons yang signifikan pada kedua jenis luka yang diuji, yaitu luka eksisi dan luka sayatan.

“Hasilnya, khasiatnya sebanding dengan obat standar, nitrofurazone, terutama dalam hal kemampuan kontraksi luka, waktu penutupan luka, kekuatan tarik dan regenerasi jaringan di lokasi luka,” jelasnya.

 

Exit mobile version