Mongabay.co.id

Program Pengelolaan Gurita ternyata juga Lindungi Spesies Terancam Punah di Perairan Makassar

Erwin terlihat sumringah dan bersemangat hari itu, ia bersama belasan nelayan lainnya dari Pulau Langkai dan Lanjukang datang ke Makassar untuk berdiskusi perihal program yang baru saja mereka jalankan. Dengan antusias ia menjelaskan bagaimana progres program dan menunggu beberapa minggu lagi untuk melihat hasilnya.

Insyaallah pertengahan Mei nanti kita mulai buka perairan yang baru saja ditutup, semoga bapak bisa berkunjung ke sana nanti,” ujarnya kepada Mongabay, Kamis (28/4/2022).

Hari itu, Erwin berkesempatan menghadiri kegiatan “pertemuan pelibatan para pihak” mengenai sistem buka tutup perikanan gurita skala kecil yang dilaksanakan oleh Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia di Hotel Aston Makassar.

Erwin adalah nelayan gurita di Pulau Langkai, yang secara administrasi berada di Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Makassar, Sulawesi Selatan.

Pertemuan hari itu adalah bagian dari program penguatan ekonomi dan konservasi gurita berbasis masyarakat yang kemudian disingkat menjadi Proteksi Gama di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang Kota Makassar.

Program yang dijalankan YKL Indonesia sebagai mitra Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia ini bertujuan untuk memperkuat pengelolaan perikanan gurita skala kecil berbasis masyarakat di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang.

baca : Gurita dan Tantangan Tata Kelola Perikanan Skala Kecil di Makassar

Erwin memperlihatkan alat pancing yang disebut pocong-pocong, berguna menarik perhatian gurita agar muncul di permukaan. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

Menurut Erwin, penerapan sistem buka-tutup sebagai bagian program ini ini sudah berlangsung selama 2 bulan lebih dengan wilayah tutupan mencakup 1 mil bujur sangkar, berada di wilayah perairan antara Pulau Langkai dan Lanjukang.

Sejauh ini berlangsung baik, nelayan juga menerima dengan baik dan bahkan sangat antusias. Kita belum tahu hasilnya seperti apa, namun semoga hasilnya bisa maksimal,” katanya.

Meski mendapat dukungan nelayan di kedua pulau, tantangan justru datang dari luar, yaitu nelayan-nelayan dari luar yang melakukan aktivitas penyelaman di lokasi tersebut.

Mungkin mereka tidak tahu kalau wilayah tersebut ditutup untuk sementara, namun kami datangi mereka dan bicara baik-baik. Mereka bisa mengerti dan menangkap ikan di wilayah lain,” jelas Erwin.

Tata Kelola Gurita dan Perlindungan Spesies Terancam Punah

Menurut Alief Fachrul Raazy, Program Manager YKL Indonesia, program Proteksi Gama adalah salah satu upaya untuk mengurangi ancaman kerusakan ekosistem terumbu karang dan tekanan terhadap kelestarian sumber daya perikanan dengan memberikan pilihan atau alternatif komoditas perikanan yang bernilai ekonomis, yang masih melimpah dan bisa ditangkap secara ramah lingkungan, agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan.

Di antara beberapa jenis komoditas sumber daya ikan yang relatif masih melimpah dan dapat ditangkap secara ramah lingkungan adalah gurita, yang masih melimpah di perairan laut Kepulauan Spermonde termasuk perairan Pulau Langkai dan Lanjukang.

Agar pemanfaatan gurita ini dapat terus dilakukan secara jangka panjang dan berkesinambungan, maka diperlukan upaya pengelolaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” katanya.

baca juga : Berani Sukses Kelola Gurita Seperti Nelayan Wakatobi

Masyarakat nelayan di Pulau Langkai mendapat pendampingan intensif dari fasilitator YKL Indonesia terkait tata kelola gurita. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

Menurut Fachrul, tujuan strategis dari program itu adalah meningkatkan nilai dan kualitas hasil tangkapan menjadi “insentif” yang dapat menggerakkan perubahan perilaku penangkapan ikan dan meminimalisir perilaku penangkapan ikan yang merusak.

Sedangkan tujuan yang akan dicapai adalah terbangunnya tata kelola perikanan gurita yang berkelanjutan dan terlindunginya ekosistem terumbu karang, termasuk terlindunginya biota laut penting lainnya di wilayah Kepulauan Spermonde khususnya di Pulau Langkai dan Lanjukang.

Dijelaskan Fachrul, sistem buka-tutup gurita ini pada dasarnya memberikan area untuk gurita dapat bertumbuh dan bertambah besar melalui penutupan wilayah dan dengan waktu tertentu (temporal) akses penangkapan pada area tersebut akan kembali dibuka.

Model bukatutupnya adalah sistem di mana terdapat kawasan yang dalam waktu tertentu ditutup dan dibuka, dalam hal ini untuk biota gurita. Kita berharap gurita dalam 3 bulan ditutup kualitasnya meningkat dan beratnya bisa lebih baik.”

Selama ini, lanjut Fachrul, gurita yang berada di sekitar dua pulau itu didominasi oleh gurita di bawah grade A dan B yang bernilai ekonomis tinggi.

Justru yang banyak ditangkap selama ini adalah kualitas rendah grade C, D dan bahkan di bawahnya lagi, kualitas lokal. Melalui penerapan sistem ini kita berharap penutupan itu bisa berdampak, memberi kesempatan gurita untuk tumbuh dengan baik, kalau besar maka nilainya bertambah, menambah ekonomi masyarakat, jelasnya.

menarik dibaca : Melihat Kesuksesan Sasi Gurita di Minahasa Utara

Gurita grade A adalah gurita dengan nilai ekonomis tinggi yang sudah sulit ditemukan nelayan. Melalui program Proteksi Gama diharapkan bisa membantu dalam mengembalikan kondisi laut menjadi lebih baik, yang bagus untuk perkembangan gurita. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

Dijelaskan Fachrul, program ini tidak semata untuk tata kelola gurita, namun juga menjadi pintu masuk untuk perlindungan spesies kunci terancam punah di kawasan tersebut, utamanya terhadap spesies kunci yang terancam punah, seperti hiu berkepala martil dan hiu putih.

Jadi dengan adanya pengelolaan gurita, penangkapan yang ramah lingkungan, kemudian pada akhirnya nelayan sadar bahwa wilayah yang dikelola lewat program ini adalah wilayah yang betul-betul terlindungi secara ekosistem dan biotanya.”

Selama ini, di kedua pulau tersebut terdapat situasi kritis di mana masih marak perilaku penangkapan merusak oleh nelayan, seperti bom dan bius. Padahal perairan sekitar dua pulau itu adalah salah satu spot dengan keanekaragaman yang tinggi dengan biota sumber daya yang banyak, sehingga nelayan dari pulau-pulau lain banyak datang ke sana untuk menangkap ikan.

Kalau tidak ada pengetahuan dan kesadaran masyarakat lokal maka akan sangat tereksploitasi,” tambahnya.

Program ini Proteksi Gama sendiri dimulai sejak Mei 2021 dan akan berakhir fase pertama pada Oktober 2022 dan akan berlanjut untuk fase kedua dengan concern yang berbeda.

Dalam program ini, ada sejumlah kegiatan yang dilakukan, antara lain profiling perikanan terkait perikanan gurita skala kecil baik itu dari aspek sosial ekonomi, wilayah tangkap, dsb.

Kita juga melakukan pendataan hasil tangkapan gurita nelayan, yang pendataannya dilakukan oleh nelayan sendiri. Ada juga kegiatan peningkatan kapasitas terkait kelembagaan, penanganan tangkapan gurita, tata kelola, biologi gurita, dan melibatkan best practice dari daerah lain yang sudah melakukan insiatif ini, dalam hal ini kami mengundang pihak Japesda dari Gorontalo, kemudian ada juga nelayan studi banding nelayan ke Kabupaten Wakatobi.”

baca juga : Amankan Wilayah Tangkap Gurita, Nelayan Banggai Lakukan Patroli Mandiri

Ilustrasi. Dawir Muding menunjukkan gurita hasil tangkapannya yang ditangkap di perairan Kecamatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

Solusi Konflik

Menurut Hamzah, Lurah Barrang Caddi, program yang dilaksanakan YKL ini telah lama dinantikan masyarakat mengingat adanya potensi konflik nelayan antar-nelayan selama ini, program ini bisa jadi sebuah solusi konflik.

Dulu memang terjadi konflik antara warga Pulau Langkai, Lumu-lumu dan Bone Tambung terkait warga Barrang Caddi yang melakukan penangkapan dengan sistem tidak ramah lingkungan, sehingga warga memburu nelayan-nelayan tersebut. Di Lanjukang dan Langkai memang daerah di mana orang dulu mencari ikan karena kondisi terumbu karang yang masih bagus, ikan tenggiri dan cakalang juga melimpah di sana.”

Menurutnya, keberadaan program YKL membina masyarakat melalui sistem buka-tutup sangat membantu dan mendukung masyarakat dengan memberi pengetahuan dan pemahaman tidak hanya terkait perikanan ramah lingkungan namun juga terkait tata kelola gurita agar bisa memberi hasil tangkapan yang lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya.

Menurut Hamzah, pemerintah kelurahan selama ini memberi dukungan dengan secara aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat, khususnya di pulau-pulau lain yang tidak terkait program.

Penting dilakukan sosialisasi ke nelayan-nelayan di pulau lain bahwa sistem buka-tutup sementara ini bukan larangan permanen, jangan sampai menimbulkan konflik karena merasa dilarang, ini perlu disampaikan secara baik akan tujuannya untuk perbaikan kualitas hasil tangkapan dan untuk upaya melindungi.”

Exit mobile version