Mongabay.co.id

Dijuluki Daun Pepaya Jepang, Padahal Tanaman Ini Berasal dari Meksiko

 

 

Tanaman chaya [Cnidoscolus aconitifolius] sesungguhnya bukan berasal dari Jepang, meski dikenal dengan nama pepaya jepang.

Chaya merupakan tanaman asli Semenanjung Yucatan, Meksiko, yang sudah dibudidayakan secara luas di Amerika Tengah.

Penyebutan ‘pepaya’ dikarenakan bentuk dan tekstur daunnya menyerupai daun pepaya, pun demikian pengolahannya, meskipun secara kekerabatan lebih dekat singkong. Tidak diketahui alasan mengapa disebut pepaya jepang.

Di negeri asalnya, tanaman ini diolah sebagai makanan maupun obat. Misalnya, dipercaya sebagai suplemen makanan yang kekurangan gizi, mengendalikan penyakit diabetes, radang sendi, dan penyakit ringan lainnya. Daun chaya kering juga digunakan untuk pakan ternak dan bahan kompos.

Baca: Ubi Banggai, Tanaman Pangan Primadona Sulawesi Tengah

 

Buah muda pepaya jepang. Foto: Shutterstock

 

Berdasarkan penelitian Tini Sudartini, Nur Arifah Qurota A’yunin, dan Undang dari Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi berjudul “Karakterisasi Nilai Gizi Daun Chaya [Cnidoscolus chayamansa] Sebagai Sayuran Hijau yang Mudah Dibudidayakan” diketahui kehadiran chaya di Indonesia mulai 1998 dengan melalui penyebaran stek ke 350 desa. Tahun 2014, tanaman ini telah banyak di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Lombok.

“Di Indonesia, chaya sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar kebun atau pembatas lahan,” tulis peneliti.

Chaya merupakan pohon setengah berkayu yang tahan kekeringan. Tidak memerlukan penyiraman rutin atau perawatan khusus. Potensi terserang hama dan penyakit juga rendah.

Daunnya dapat diolah menjadi aneka produk olahan seperti minuman jelly chaya, hunkwe daun chaya, rolade daun chaya, chasumi puding, rendang daun chaya, juga skutel daun chaya.

Baca: Melirik Talas Sebagai Potensi Pangan Masyarakat Indonesia

 

Buntil daun pepaya jepang yang dicampur dengan sayur lainnya sebagai makanan khas masyarakat Indonesia. Foto: Shutterstock

 

Superfood

Dalam Journal of Medicinal Plants Research, disebutkan bahwa daun pepaya jepang mengandung protein, zat besi, fosfor, kalsium, kalium, dan Vitamin C.

Daun chaya pun mengandung berbagai senyawa bioaktif yang memiliki kapasitas antioksidan. Selain itu, kandungan Vitamin C dan proteinnya lebih tinggi dibandingkan jeruk dalam satuan berat yang sama.

Dalam artikel di portal Pertanian.go.id, dijelaskan bahwa chaya merupakan tanaman superfood yang bisa memperkuat daya tahan tubuh. Keistimewaannya dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan tanaman ini lebih bergizi dibandingkan sayuran hijau seperti bayam dan sawi.

Proses budidayanya juga cukup mudah, bisa melalui biji atau batang, seperti halnya menanam singkong. Apabila dirawat dengan baik, pohon ini bisa tumbuh 3 meter, namun biasanya orang akan mempertahankannya pada ketinggian 1-2 meter. Tujuannya, mempermudah memanen daunnya.

Baca: Sayur Lilin, Anda Pernah Lihat dan Makan?

 

Daun chaya yang selintas mirip daun pepaya. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Mengutip hellosehat.com, chaya bermanfaat membantu pembentukan otot, sebab memiliki protein yang tinggi dan juga memiliki sifat antidiabetes, antioksidan, dan hepatoprotektif. Hepatoprotektif adalah senyawa yang memiliki efek teurapeutik dalam memulihkan dan mengobati penyakit hati [liver].

Daun ini juga mengandung zat besi tinggi yang bermanfaat untuk pembentukan sel darah merah. Dengan demikian, dapat mengurangi risiko anemia dan dapat meningkatkan konsentrasi.

Baca juga: Senduduk, Tumbuhan Bermahkota yang Bermanfaat Sebagai Obat

 

Pohon chaya yang dapat tumbuh hingga 3 meter. Foto: Wikimedia Commons/Frank Vincentz/CC BY-SA 3.0

 

Namun, dibalik banyak manfaat tetap ada bahaya yang harus diwaspadai yaitu adanya kandungan senyawa beracun. Daunnya berpotensi mengeluarkan asam sianida yang beracun bagi manusia.

Senyawa tersebut bisa dinetralkan dengan direbus sekitar 5-15 menit, sebelum dikonsumsi, agar asam sianida dan turunannya terurai.

 

Exit mobile version