Mongabay.co.id

Padang Lamun, Gudang Karbon yang Terancam Punah

 

Laut memiliki ragam ekosistem penting seperti halnya lamun (seagrass). Ekosistem lamun di pesisir memiliki banyak manfaat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Apalagi, para ilmuwan dari Max Planck Institute for Marine Microbiology di Bremen, Jerman telah menemukan sejumlah besar gula di bawah padang lamun. Penemuan tersebut memberikan secercah pengetahuan tentang bagaimana tanaman menyimpan karbon di laut.

Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Lamun membentuk padang rumput hijau subur di banyak daerah pesisir di banyak pantai di dunia.

Lamun merupakan salah satu ekosistem karbon biru (blue carbon) di wilayah pesisir yang didominasi vegetasi lamun (angiosperm). Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati padang lamun dunia dan memiliki 5%-10% luas padang lamun dunia.

Tanaman laut ini adalah salah satu penyerap karbon paling efisien: satu kilometer persegi lamun mampu menyimpan karbon hampir dua kali lebih banyak daripada hutan.

baca : 20 Miliar Ton Karbon, Tersimpan di Padang Lamun Dunia

 

Padang lamun di pesisir pantai Auki, Biak, Papua. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Para ilmuwan menemukan fakta bahwa lamun melepaskan sebagian besar gula ke rhizosfer atau bagian tanah yang berada di perakaran tanaman. Dan konsentrasi gula dibawah lamun setidaknya 80 kali lebih besar dari laut. Temuan ini telah dipublikasikan pada Jurnal Nature Ecology & Evolution 2 Mei lalu.

“Kami memperkirakan bahwa di seluruh dunia ada antara 0,6 dan 1,3 juta ton gula, terutama dalam bentuk sukrosa (gabungan dari dua molekul, yakni fruktosa dan glukosa) di rhizosfer lamun,” jelas Manuel Liebeke, kepala Kelompok Penelitian Interaksi Metabolik di Max Planck Institute for Marine Microbiology seperti dikutip dari Scitechdaily. Jumlah tersebut jika sebanding dengan jumlah gula dalam 32 miliar kaleng minuman bersoda.

Bagaimana lamun bisa menghasilkan gula?

Menurut Nicole Dubilier, Direktur di Max Planck Institute for Marine Microbiology, lamun menghasilkan gula selama fotosintesis. Dalam kondisi cahaya baik, tanaman ini menggunakan sebagian besar gula untuk metabolisme dan pertumbuhan mereka sendiri.

Tetapi dalam kondisi cahaya tinggi, misalnya pada tengah hari atau selama musim panas, tanaman ini menghasilkan lebih banyak gula daripada yang dapat mereka gunakan atau simpan. Kemudian mereka melepaskan sukrosa berlebih ke rhizosfer mereka. Anggap saja sebagai katup luapan,” ujarnya.

Di sisi lain, mikroorganisme yang hidup di laut memang menyukai gula. Sebab mudah dicerna dan penuh energi. Jadi mengapa sukrosa tidak dikonsumsi oleh komunitas besar mikroba di rhizosfer lamun?

Kami menghabiskan waktu lama untuk mencari tahu ini,” kata penulis pertama Maggie Sogin, yang memimpin penelitian di pulau Elba Italia dan di Institut Max Planck untuk Mikrobiologi Laut.

baca juga : Pentingnya Padang Lamun untuk Mitigasi Perubahan Iklim, Sayangnya..

 

Dua peneliti yaitu Manuel Liebeke dan Nicole Dubilier di laboratorium. Foto : Achim Multhaupt

 

“Apa yang kami sadari bahwa lamun, seperti banyak tanaman lainnya, melepaskan senyawa fenolik (antioksidan alami pada tumbuhan) ke sedimen mereka. Anggur merah, kopi, dan buah-buahan penuh dengan fenolik, dan banyak orang menganggapnya sebagai suplemen kesehatan. Fenolik adalah antimikroba yang menghambat metabolisme sebagian besar mikroorganisme,” kata Maggie menambahkan.

Dia bilang, dalam percobaan yang tim lakukan, mereka menambahkan fenolik yang diisolasi dari lamun ke mikroorganisme di rhizosfer. Hasilnya menunjukkan terdapat sedikit sukrosa yang dikonsumsi oleh mikroorganisme dibandingkan dengan ketika tidak ada fenolik.

Menariknya, mikroba itu mampu berkembang pada sukrosa meskipun dalam kondisi kurang baik. Maggie berspekulasi bahwa spesialis sukrosa ini tidak hanya mampu mencerna dan menurunkan fenolik, tetapi memberikan manfaat bagi lamun dengan menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh.

Secara ekologis, keberadaan padang lamun menciptakan ruang bagi banyak organisme untuk berkembang dan berinteraksi, membentuk satu kesatuan ekosistem di laut dangkal. Fungsi padang lamun sebagai produsen primer sumber makan herbivora perairan dangkal, habitat bagi berbagai macam organisme, menjaga kualitas air, penahan arus dan gelombang, dan juga sebagai pendaur zat hara.

“Hubungan yang bermanfaat antara tanaman dan mikroorganisme rhizosfer seperti itu sering dijumpai pada tanaman darat, tetapi kami baru saja mulai memahami interaksi lamun yang rumit dengan mikroorganisme di rhizosfer laut,” tambahnya.

baca juga : Padang Lamun di Teluk Bogam, Rumah Makan Kawanan Dugong

 

Peneliti dari Max Planck Institute for Marine Microbiology sedang melakukan penelitian di ekosistem lamun. Foto : HYDRA Marine Sciences GmbH

 

Habitat Lamun yang Terancam Punah dan Kritis

Lebih dari 100 peneliti dari 28 negara mendesak adanya aksi global untuk melindungi padang lamun. Alasanya, lamun dikenal sebagai paru-paru laut karena mampu berfotosintesis dan menghasilkan oksigen.

Ironisnya, padang lamun adalah salah satu habitat yang paling terancam. Pasalnya, keberadaan karbon biru, karbon yang ditangkap oleh laut dan ekosistem pesisir, bisa saja hilang ketika ekosistem lamun hancur.

Berdasarkan hasil penelitian, jika lamun musnah. Maka, karbon yang tersimpan akan hilang karena tidak ada wadah alami yang mengikatnya.

“Perhitungan kami menunjukkan bahwa jika sukrosa di rhizosfer lamun terdegradasi oleh mikroba, setidaknya 1,54 juta ton karbon dioksida akan dilepaskan ke atmosfer di seluruh dunia,” kata Manuel Liebeke, peneliti lainnya dalam riset tersebut. Angkat itu kira-kira setara dengan jumlah karbon dioksida yang dipancarkan oleh 330.000 mobil dalam setahun.

Secara matematis, habitat lamun sudah menurun secara signifikan. Tiap tahunnya, disinyalir ekosistem lamun menurun hingga 7% secara global. Jumlah itu setara dengan hilangnya sepertiga terumbu karang dan hutan hujan tropis. Barangkali, manusia masa kini mesti mencemaskan masa depan sedianya ekosistem lamun hilang dari Bumi

 

Seekor duyung (Dugong dugon) sedang memakan lamun di perairan Filipina. Foto : Jürgen Freund/WWF/Mongabay Indonesia

 

Sumber :

Sogin, E.M., Michellod, D., Gruber-Vodicka, H.R. et al. Sugars dominate the seagrass rhizosphere. Nat Ecol Evol (2022). https://doi.org/10.1038/s41559-022-01740-z

Vast Amounts of Sugars Discovered Underneath Seagrass Meadows in the Ocean

 

Exit mobile version