Mongabay.co.id

Kunjungi Desa Wisata di Batam, Sandiaga Uno: Pariwisata Berkelanjutan Prioritas

 

 

 

Sandiaga Salahudin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dengan sigap menanam sebatang bibit mangrove di pesisir Desa Wisata Pandang Tak Jemu, Bakau Serip Nongsa Kota Batam, Kepulauan Riau, Selasa (31/5/22).

Desa ini yang masuk kategori 50 desa wisata terbaik yang mendapat Anugerah Desa Wisata Indonesia (AWDI) tahun 2022. Konservasi mangrove jadi salah satu penilaian dalam penghargaan itu.

Proses penanaman diikuti Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad, Walikota Batam Muhammad Rudi, Konsul Singapura, Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kota Batam dan beberapa pejabat lain. Satu pejabat, menanam satu bibit.

Bersama-sama melalui komando Sandi para pejabat lantangkan suara mengajak melestarikan mangrove. “Mangrove, jaga dan lestarikan,” kata Sandi diikuti pejabat yang ada sambil memegang satu bibit.

Penanaman langsung di tepi pesisir yang terdapat di tengah mangrove. Dia menggali lubang pasir dan menancapkan bibit. Perlahan dia timbun.

Sandi bilang, pariwisata berkualitas dan berkelanjutan jadi prioritas Kemenparekraf. “Pariwisata ke depan yang berbasis kualitas dan berkelanjutan,” katanya.

Kemenparekraf punya target net zero emission pada 2030. Saat ini, katanya, pariwisata menyumbang 3% emisi karbon. Hal ini, kata Sandi, sejalan dengan presidensi Indonesia pada G20 tahun ini.

Dia juga ingin isu-isu perubahan iklim (climate change) terangkat ke permukaan terlebih oleh anak muda.  “Kita akan sampaikan nanti di ajang G20, bahwa pariwisata kita berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandi.

Selain itu, katanya, pariwisata harus berbasis masyarakat dan komunitas.

 

Sandiaga Uno melihat proses masak kerang bakau di Desa Wisata Pandang Tak Jempu, Batam. Foto: Yogi Eka S/ Mongabay Indonesia

 

Sandi tak hanya menanam di Desa Wisata Pandang Tak Jemu Bakau Serip Nongsa. Dia juga melihat kerajinan masyarakat berbahan dasar limbah.

Gerri D Semet, pengelola Desa Wisata Pandang Tak Jemu cerita mengenai desa ini. Awalnya desa ini, merupakan kawasan penuh sampah yang terbawa air laut. Setelah itu, bersama warga Gerri membersihkan kawasan ini hingga masuk jadi 50 desa terbaik di Indonesia.

“Mangrove di desa ini sudah berumur puluhan bahkan sampai ratusan tahun, kita terus melestarikan,” katanya.

Sandi mengeliling tempat pameran hasil kerajinan warga Bakau Serip Nongsa. Ada yang bikin souvenir dari limbah kerang, batik, pembuatan atap anyaman dari daun kelapa dan lain-lain.

Menteri meninjau makanan khas nusantara di desa wisata ini termasuk melihat makanan khas UMKM.

Sandi didampingi juri AWDI, Gubernur Kepri, Walikota Batam juga menyusuri jembatan di dalam hutan mangrove. Luas hutan mangrove ini sekitar 10 hektar.

 

Sandiaga Uno, menanam di hutan mangrove Pandang Tak Jemu. Foto: Yogi Eka S/ Mongabay Indonesia

 

Terlihat batang mangrove cukup besar, meskipun tak terlalu rapat. Ada beberapa monyet ekor panjang berkeliaran di dalam hutan mangrove, begitu juga burung terbang kesana-kemari.

Sandi bersama rombongan menyusuri jembatan kayu di tengah-tengah hutan mangrove. Antara bagian mangrove terdapat pondok-pondok kecil spot berswafoto para wisatawan.

Jembatan di tengah hutan mangrove menuju gundukan pasir yang di kelilingi batang mangrove. Gundukan pasir ini terbentuk sendiri, sampai saat ini menjadi lokasi berkemah para pengunjung desa wisata.

Di desa wisata ini ada produk pangan eko kreatif. “Juga karya kriya fashion juga layak dan tinggal kurasi,” katanya.

Saat ini, katanya, pariwisata Indonesia posisi kedua terbaik se Asia setelah Singapura. “Desa wisata menjadi sorotan, bahwa kita melakukan perubahan secara fundamental dalam memberikan penekanan kepada pariwisata berkualitas bukan berbasis kuantitas, berkelanjutan yang memberikan dampak positif terhadap kelestarian alam,” kata Sandi.


 

Gubernur Ansar Ahmad mendukung Kemenparekraf, membangun desa wisata berbasis lingkungan berkelanjutan.

Siska Mandalia, dosen pariwisata lulusan Tourism Management dari Chung Hua University Taiwan ini mengatakan, penting mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Artinya, destinasi pariwisata memperhatikan budaya masyarakat dan kelestarian alam. “Tentu dengan tujuan bisa diturunkan atau diwariskan kepada generasi mendatang,” katanya.

Dia bilang, mengutamakan aspek konservasi alam, sosial budaya dan ekonomi masyarakat sangat penting. Misal, wisata pemandangan atau wisata petualangan. “Termasuk wisata pelestarian lingkungan seperti penanaman mangrove,” katanya.

 

Hutan wsiata Desa Pandang Tak Jemu. Foto: Yogi Eka S/ Mongabay Indonesia

 

********

 

Exit mobile version