Mongabay.co.id

Labu Siam, Tanaman yang Bisa Dijadikan Dodol hingga Salep Kanker Kulit

 

 

Labu siam [Sechium edule] disebut juga jipang. Di Bengkulu, daerah yang menjadi sentral produksi tanaman ini ada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kapahiang, daerah pegunungan pada bentang alam Gunung Api Kaba [Bukit Kaba].

Sayuran ini menjadi favorit petani karena umurnya panjang.

“Bisa mencapai dua tahunan dan setiap minggunya dapat dipanen,” kata Gunawan, petani di Desa Lubuk Penyamun, Kapahiang, kepada Mongabay Indonesia, Selasa [31/5/2022].

Labu siam bersifat merambat seperti mentimun. Petani biasanya menggunakan bambu sebagai peyangga, tempat merambatnya. Buahnya sebesar kepalan tangan orang dewasa yang berada di setiap alur batang, sekitar 5-10 buah.

“Buahnya berdaging dan banyak mengandung air,” tutur Gunawan.

Pada permukaan buahnya tumbuh bulu-bulu halus, begitu juga batang dan daunnya. Labu siam berakar tunggang. Bunganya berwarna kuning dengan putik satu.

Menurut Gunawan, paling enak labu siam ini dimasak tumis, atau direbus dan dimakan dengan sambal terasi.

“Rasanya enak dan empuk,” tuturnya.

Merujuk situs Kementerian Pertanian, tanaman ini mengandung Vitamin A, Vitamin B, dan sedikit Vitamin C.

Baca: Cemara Sumatera, Tumbuh di Pegunungan dan Potensial Sebagai Obat Antikanker

 

Labu siam merupakan sayuran dengan banyak manfaat. Foto: Shutterstock

 

Penanaman dan perawatan

Gunawan menjelaskan, menanaman labu siam tergolong mudah, bisa di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat paling bagus di wilayah berhawa sejuk dan lembab [pegunungan].

Di dataran rendah, labu siam sebaiknya ditanam di pinggir-pinggir kolam.

“Syarat penting, tanahnya subur dan gembur,” kata petani 64 tahun itu.

Waktu menanam ideal akhir musim hujan. Pada musim kemarau dapat ditanam, asalkan diberi air secukupnya. Bibitnya diambil dari buah yang tua. Caranya, labu disimpan di tempat teduh, tujuannya untuk menumbuhkan tunas.

“Setelah tunas muncul dan tingginya selutut, bibit dipindahkan ke kebun,” jelasnya

Menanamnya ada trik khusus, yaitu tiap lubang ditanami satu bibit, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis sampai rata.

“Setelah tinggi sepinggang, dibuatkan tunjang penyangga dari bambu dengan tinggi satu hingga dua meter.”

Perawatan tanaman yang berasal dari Meksiko ini tidak sulit. Cukup dengan mengurangi daun-daun bila terlalu lebat.

“Buah pertama dapat dipanen setelah tanaman berumur tiga bulan atau sudah penuh padat dan warnanya hijau mengkilap. Jika terlambat memetik, rasa buah jadi kurang enak,” jelasnya.

Baca: Senduduk, Tumbuhan Bermahkota yang Bermanfaat Sebagai Obat

 

Sayur labu siam yang menggugah selera. Foto: Shutterstock

 

Dibuat dodol

Labu siam ternyata dapat dijadikan dodol.

Berdasarkan penelitian Dewi Andrian, Nila Sartika Achmadi, dan Andi Azizah Ramadhan yang dimuat dalam Jurnal Fame, Vol.1, No. 1 [2018] berjudul “Uji Coba Pembuatan dan Strategi Pemasaran Dodol Berbahan Dasar Labu Siam” diketahui dodol labu siam, walau belum populer, namun diterima baik di masyarakat.

“Rasanya hambar dengan tekstur lembut. Warnanya hijau muda,” tulis peneliti.

Dewi Andrian dan kolega menjelaskan, kelebihan buah dari tanaman subtropis yang termasuk spesies Cucurbitaceus ini, memiliki daya awet, serta kaya kandungan protein, karbohidrat, serat, natrium, kalium, magnesium, kalsium, hingga fosfor.

Beberapa manfaat mengkonsumsi labu siam adalah dapat menurunkan kadar glukosa darah, menghambat dan mencegah penyerapan kolestrol dalam tubuh, mampu mempelancar peredaran darah sehingga dapat mencegah stroke.

“Menurunkan tekanan darah, mencegah kanker, dan membantu proses inflamasi,” jelasnya.

Baca juga: Asam Jawa, Obat Tradisional Nusantara yang Berasal dari Afrika

 

Labu siam yang berasal dari Meksiko. Foto: Wikipedia Commons/Sechium edule dsc07767/CC BY-SA 3.0

 

Salep untuk kanker kulit

Dari penelitian Dwi Jami Indah Nurhasanah, Bening Larasati, Dea Febiansi dan Dhella Apriliandha Roshitafandi dari Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada [UGM], labu siam dapat dijadikan bahan dasar pembuatan salep. Ini sebagai langkah alternatif pengobatan kanker kulit Melanoma maligna.

Melanoma maligna terbentuk ketika terjadi sesutau yang salah pada sel yang memproduksi melanin [melanocytes] yang memberikan warna pada kulit. Melanoma adalah salah satu efek negatif yang disebabkan karena sinar ultra violet. Melanoma dapat muncul pada kulit yang normal, atau dapat berawal sebagai tahi lalat atau daerah lain pada kulit yang mengalami perubahan wujud.

“Tahi lalat pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi ada kemungkinan berubah menjadi melanoma, bentuk kanker kulit paling serius karena kemampuannya untuk menyebar,” tulis peneliti, dikutip dari portal UGM.ac.id.

Kanker kulit melanoma termasuk jenis kanker kulit paling umum ke-19 di dunia. Menurut WHO, terdapat sekitar 3.300 kasus melanoma baru yang terjadi di Indonesia tiap tahunnya. Walaupun terbilang jarang, kanker jenis ini bisa bersifat fatal dan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dan didiagnosis sejak dini.

“Berdasarkan pengamatan, buah labu siam mengandung senyawa flavonoid dan saponin yang merupakan senyawa metabolit sekunder, memiliki sifat aktif sebagai antikanker,” jelas laporan itu.

Para peneliti menguji labu siam dengan uji kualitatif dan uji kuantitatif serta uji antiproliferasi. Hasilnya, labu siam mengandung senyawa saponin dan flavonoid. Tahap penelitian dilanjutkan dengan pembuatan salep dan untuk pengujian antiproliferatif.

“Hasilnya positif, ekstrak labu siam yang diujikan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker kulit Melanoma maligna,” jelas penelitian tersebut.

 

Exit mobile version