Mongabay.co.id

Kala Rob Pantura Jawa Tengah Makin Parah

 

 

 

Banjir pasang air laut (rob) menggenangi sebagian kawasan industri dan Pelabuhan Tanjung Mas  di Semarang sekitar 30 cm pada 23 Mei pagi. Menjelang siang, ketinggian air mencapai 1-1,5 meter. Rob makin parah di Semarang dan sekitar.

“Sudah tahu kalau pagi itu banjir. Namun warga tidak menduga air naik dengan cepat. Pabrik juga tahu kalau ada banjir, tapi tidak meliburkan karyawan. Tiba-tiba air sudah satu meter,” kata Triyono, warga Kelurahan Tanjung Mas, Semarang, 24 Mei lalu.

Bersama warga lain, Triyono memindahkan sepeda motor ke tepi Jalan Ronggowarsito. Ruas jalan ini lebih tinggi dibanding perkampungan dengan kanan kiri terendam.

Air naik begitu cepat karena tanggul penahan limpasan air laut jebol di area PT Lamicitra Nusantara. Belakangan diketahui ada tiga titik tanggul jebol, di Kelurahan Bandarharjo, dua titik di Kelurahan Tambak Lorok.

Retno Widyaningsih, Kepala Stasiun Meteorologi Martitim Tanjung Emas mengatakan, banjir rob merupakan fenomena tahunan. Kali ini lebih besar karena pengaruh posisi bumi dan bulan tengah berada di jarak terdekat atau perigee. Kondisi ini menyebabkan permukaan air laut naik, dan gelombang menghantam tanggul hingga jebol.

Sebelumnya, BMKG memperkirakan rob terjadi di pesisir pantai utara Jawa mulai 20-25 Mei. Sejumlah wilayah di pantura dilaporkan mengalami banjir.

Selain Kota Semarang, yang mengalami banjir rob adalah Demak, Kendal, Pekalongan, Pati, Rembang, Jepara, Tegal, dan Brebes.

Saat banjir diketahui tinggi permukaan laut mencapai 210 sentimeter. Berdasar laporan BMKG, ketinggian pasang air laut mulai turun sejak 25 Mei.

Pantauan dari situs pasang surut maritim Semarang milik Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas menyebutkan, ketinggian pasang pada 28 Mei sudah 148 sentimeter dan surut tertinggi 80 sentimeter.

Tanggul penahan limpasan air laut atau parapet yang dibangun pemerintah di pesisir Semarang setinggi dua meter. Dengan asumsi rata-rata tinggi pasang 180 sentimeter, tanggul masih mampu menahan limpasan.

Sebuah foto udara milik BPBD Kota Semarang memperlihatkan tanggul yang jebol sepanjang 20 meter di sekitar PT Lamicitra Nusantara, di kawasan industri , pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.

Dalam situsnya, perusahaan ini menyatakan bergerak dalam bidang properti, pengelolaan depo peti kemas, dan perhotelan.

 

 

Genangan roi bawah floover Sudarso, Semarang. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Sulitkan nelayan

Air laut pasang sampai banjir rob mengakibatkan sejumlah kerugian masayarakat nelayan yang banyak tinggal di pesisir. Nelayan memilih tak melaut karena berisiko dan hasil pun sedikit.

BPBD Jawa Tengah merilis laporan setidaknya ada 13 daerah dilanda banjir rob. Semarang menjadi kota terparah.

Selain merendam sejumlah kampung dan jalan di beberapa titik, banjir rob Semarang juga mengganggu aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas. Beberapa industri juga menghentikan aktivitas dan memulangkan karyawan.

Ada tiga kelurahan di Semarang dilanda banjir rob, yaitu Tanjung Mas, Bandarharjo, dan Kemijen. Luas perkiraan genangan di Tambak Lorok sekitar 300 hektar, Bandaraharjo 125 hektar, dan Kemijen 39 hektar.

Hendrar Prihadi, Walikota Semarang mengatakan, warga terdampak ada 8.000 keluarga.

Di Kendal, rob menggenangi perkampungan nelayan di Karangsari dan Bandengan. Tinggi air berkisar antara 50 cm sampai satu meter. Aktivitas warga jadi terganggu, dan nelayan tak melaut karena cuaca buruk.

Di Pati, banjir rob melanda sembilan desa di tiga kecamatan. Di Rembang, nelayan memilih tidak melaut karena cuaca kurang bersahabat. Di Pekalongan dan Pemalang,  ratusan warga terpaksa mengungsi karena rumah kena banjir rob. Juga di Tegal, sebagian mesjid untuk pengungsian.

Di Demak, satu kapal nelayan berawak 18 orang Moro Bonang, tenggelam kena hantam ombak 26 Mei lalu. Satu awak sempat dinyatakan hilang, namun ditemukan selamat.

Kiki, pemuda nelayan yang selamat mengatakan, pukul 02.00 siang setelah menangkap ikan, dalam perjalanan pulang itu kapal tak kuasa menahan deraan ombak.

“Posisi kapal saat itu dekat Tanjung Emas. Seluruh nelayan terseret ombak termasuk Kiki. Pada Jumat subuh teriakan minta tolong didengar oleh Senik. Kiki ditemukan berpegangan pada ban dekat makam Mbah Mudzakir yang berada di tengah laut. “Kiki ditolong keluarga Mak Pasijah,” kata Masnuah, Sekjen Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia.

 

Rob di Tanjung Emas Semarang. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Bantaun

Untuk meringankan kesulitan warga yang terdampak banjir rob, sejumlah dapur umum didirikan antara lain di Kantor Kecamatan Semarang Utara dan perbatasan Semarang Demak.

Bantuan lain berupa air bersih, bahan makanan, perlengkapan bayi, hingga obat-obatan yang datang dari berbagai unsur pemerintah dan swasta.   Inisiatif warga saling membantu juga muncul dalam persitiwa banjir rob Semarang..

Ada yang bikin Dapur Keliling Emergency Foodtruck yang memasak dan mengirimkan makanan untuk warga terdampak. Mereka memasak ratusan porsi tiap hari dengan menu berbeda-beda. Sumber dana antara lain digalang lewat platform Kitabisa.com.

Untuk meringankan korban banjir rob di wilayah Demak, Komunitas Perempuian Nelayan Puspita Bahari di Demak meembuka dapur umum dan posko perlindungan di Desa Morodemak, Kecamatan Bonang.

Dampak rob itu kampung-kampung di pesisir Demak makin parah. Air memasuki rumah warga, dan akses jalan pun tenggelam. Gelombang laut yang tinggi juga makin menyulitkan nelayan kecil. Banyak alat tangkap yang hilang dan rusak akibat hantaman ombak.

“Dampak tanggul jebol memperparah kondisi kampung-kampung pesisir yang sebelumnya sudah tengelam karena rob.”

Rob makin tinggi, katanya, bisa melumpuhkan aktivitas warga. Puspita Bahari membantu warga Morodemak dan sekitar untuk meringankan beban mereka akibat banjir rob.

 

Rob di Semarang makin parah. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

***

Usai banjir rob menggenangi sebagian pesisir Semarang dan melumpuhkan Pelabuhan Tanjung Emas, sejumlah pejabat turun langsung meninjau dan memastikan upaya pemulihhan berjalan. Pada Senin, Walikota Semarang Hendrar Prihadi mendatangi titik banjir dengan truk.

Hendi, sapaan akrab walikota memastikan segera menutup tanggul jebol dengan karung pasir dan mendistribusikan makanan untuk warga terdampak.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga turun langsung meninjau lokasi banjir. Ganjar tiba di flyover Yos Sudarso petang hari.

Ganjar minta khusus Pemerintah Semarang, Pati, Demak, dan Pekalongan menyiapkan posko evakuasi, kesehatan, kebencanaan dan dapur umum, serta nomor telpon yang bisa dihubungi. Kesokan harinya, Ganjar menggunakan perahu juga meninjau tanggul jebol.

Dengan sepeda motor, Ganjar menuju titik tanggul jebol melewati jalan tikus.

Basuki Hadimulyono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga meninjau langsung penutupan tanggul jebol dengan geoboks.

Pada Kamis, Basuki hadir di Bali dalam Forum Global Platform On Disaster Risk Reduction 2022 dan menyampaikan penyebab banjir rob di Semarang. Dia percaya ilmu pengetahuan, teknologi, dan forum semacam ini bisa menghasilkan solusi untuk mengatasi bencana air dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Dari peninjauan sejumlah pejabat itu ditemukan ada tanggul retak. Juga tanggul dibangun tak sesuai standar. Untuk itu, perlu ada pemeriksaan menyeluruh terkait tanggul.

 

 

Kampung Margorejo Barat, Kelurahan Kemijen, terendam rob. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Mencari solusi

Banjir rob makin luas dengan kerugian materi tak sedikit. Belum lagi, dampak sosial dan kesehatan warga yang tinggal di pesisir, yang merupakan tempat tiggal nelayan kecil.

Kawasan pesisir sekaligus menjadi pemacu denyut nadi ekonomi. Sejumlah kawasan ekonomi strategis dibangun di pantura Jawa. Mulai pelabuhan, kawasan industri, dengan berbagai fasilitas penunjang termasuk jalan tol.

Nila Ardhianie, Direktur Amrta Institute for water literacy , menilai, ada beberapa faktor yang berkontribusi pada banjir besar itu. Menurut dia, fokus pada tanggul jebol sebagai penyebab banjir dapat membuat lengah dalam penanganan bencana ke depan.

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro ini mengatakan, setidaknya ada empat faktor terkait besaran dampak banjir rob di Semarang ini.

Pertama, sistem peringatan dini (early warning system) tidak optimal. Kedua, kualitas kontruksi dan pemeliharaan tanggul. Ketiga, penurunan tanah. Keempat, hal terkait air laut baik ketinggian air laut, kecepatan gelombang dan lain-lain. Faktor keempat merupakan kompetensi dan kewenangan dari badan-badan terkait.

“Sistem peringatan dini sudah ada dan berjalan. BMKG terus memprediksi cuaca dan membuat peringatan. Pertanyaannya, apakah sosialisasi berjalan efektif, semua pihak yang potensial terkena dampak sudah memperoleh informasi?”

“ Kalau semua pihak sudah memperoleh, apakah mereka mengabaikan peringatan ini atau ada hal lain yang terjadi?” tanya Nila.

Dari video yang beredar sesaat setelah tanggul jebol yang menggambarkan para pekerja berlarian dari tempat kerja itu, menurut Nila menunjukkan peringatan tak berjalan optimal. Di beberapa negara, EWS baik membawa manfaat besar.

“Saat penduduk yang potensial terkena dampak mendapat peringatan, mereka bekerja dari rumah untuk menghindari kerugian lebih besar.“

Nila menyoroti kualitas material dan metode saat konstruksi tanggul. Menurut dia, saat tanggul dibuat apakah didesain mampu menahan gelombang laut dengan ketinggian tertentu, unsur kecepatan hempasan gelombang, dan hal-hal teknis lain.

“Informasi itu sangat penting diikutsertakan dalam setiap pengambilan keputusan. Ini terkait pemeliharaan tanggul yang harus sesuai desain dan konstruksi awal serta perubahan lingkungan yang terjadi.”

“Apakah pemeliharaan berkala sesuai atau tidak. Biasanya kerusakan besar sudah memiliki indikasi berupa kerusakan-kerusakan kecil terlebih dahulu.”

 

Rob di sekitar Jalan Ronggowarsito, Semarang. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Mengenai penurunan tanah, Nila mengutip penelitian terbaru tahun 2022 dari Pei-Chin Wu, Meng (Matt) Wei, dan Steven D’Hondt berjudul “Subsidence in coastal cities throughout the world observed by InSAR”.

Penelitian ini menyimpulkan, Semarang adalah kota dengan laju penurunan tanah tercepat kedua dari 99 kota tepi pantai yang diteliti. Urutannya, Tianjin, Semarang dan Jakarta, dengan laju maksimal 30 mm per tahun LOS.

Data penelitian ini adalah PS Interferometric Synthetic Aperture Radar method and Sentinel-1.

“Penurunan tanah jadi faktor penting saat banjir terjadi, baik banjir akibat limpasan air laut rob maupun banjir air hujan. Tanah yang turun meningkatkan daya tampung air di daratan hingga membuat genangan makin dalam dan makin sulit teralir ke laut. Saat air pasang, jadi lebih parah karena air menggenang lebih lama di darat.”

Khusus di Semarang, penurunan tanah karena ekstraksi air tanah berlebihan, pembebanan bangunan dan struktur, serta kompaksi/konsolidasi sedimen aluvial muda terutama di Semarang bawah selain peristiwa tektonik.

Semarang terletak pada dataran aluvial, dibentuk sistem sedimentasi melalui sungai dan gelombang laut, saat ini tanah belum terkonsolidasi dengan baik. Buntutnya, masih mungkin terjadi pemadatan atau penurunan.

“Sedimen di dataran aluvial ini berasal dari pegunugan di sekitarnya. Terutama Pegunungan Serayu Utara, dan Serayu Selatan. Di sebelah timur dibatasi Pegunungan Kendeng, di utara berhadapan dengan Laut Jawa,” kata Ediar Usman, Sekretaris Badan Geologi, sekaligus Plt Kepala Balai Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan Badan Geologi, dalam jumpa pers daring 31 Mei lalu.

Menurut dia, pembangunan di muka laut harus dengan memperhatikan banyak aspek. Apalagi pembangunan di atas sedimen yang belum terkonsolidasi harus dengan sistem rekayasa atau disain pembangunan lebih teliti.

“Dari segi geologi kelautan dapat direkomendasikan untuk mengantisipasi ini, sebaiknya secara terintegrasi dengan memahami kondisi geologi, oseanografi, dan dinamika pesisir,” katanya, seraya bilang juga perlu persamaan persepsi dan koordinasi antar instasi terkait dan elemen masyarakat untuk mencari solusi maksimal.

Rita Susilawati, Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi mengatakan, dari 30 titik lokasi banjir rob, umumnya berada di atas litologi batuan aluvial yang berumur muda.

Badan Geologi melakukan penyelidikan geologi teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan antara lain melalui pengeboran. Selain itu juga analisis gelombang seismik.

Misal, di Pekalongan, kecepatan gelombang mencapai 50-200 mili per detik.“Ini mencerminkan atau bisa diinterpretasikan sebagai endapan tanah lunak. Endapan lunak ini makin menebal ke arah pantai hingga kemungkinan pada daerah pantai mengalami penurunan tanah lebih masif dibanding endapan yang jauh dari pantai.”

Lewat stasiun pengamatan penurunan tanah, ada 18 tersebar di Semarang, Demak, Pekalongan, dapat gambaran laju penurunan tanah dari Maret 2020 -September 2021 rata-rata 5,6 cm per tahun. Di beberapa wilayah, bisa hingga 10 cm per tahhun.

Terkait penggunaan air tanah sebagai salah satu faktor penyebab penurunan tanah, katanya, dari penyelidikan Badan Geologi, kasus di Semarang dan Pekalongan, pengaruhnya kecil. Di Jakarta, pengambilan air tanah tak terkendali mendorong penurunan tanah.

“Kami berkesimpulan banjir rob di Pantura Jawa merupakan kombinasi antara penurunan muka tanah dan perubahan iklim. Penurunan muka tanah di Pantura Jawa Tengah lebih karena karakteristik tanah atau batuan. Pengaruh penurunan muka tanah karena pengambilan air tanah masih membutuhkan studi komprehensif.”

 

 

 

 

*********

Exit mobile version