Mongabay.co.id

Studi: Kucing Domestik Berpotensi Tularkan Virus ke Kucing Liar di Areal Perkebunan Sawit

 

 

Tes antibodi yang dilakukan pada kucing domestik dan kucing liar di Borneo, Malaysia, menunjukkan bahwa perkebunan sawit dapat menjadi tempat penularan virus, berdasarkan sebuah studi baru.

Riset yang dilakukan para peneliti, bekerja sama dengan Health at the Edge Project, menyelidiki transmisi parasit satwa liar di lanskap hutan-pertanian di Kalimantan itu, diterbitkan di jurnal Transboundary and Emerging Diseases.

Penelitian tersebut menemukan, spesies kucing liar yang terancam, seperti kucing kepala datar [Prionailurus planiceps] dan macan dahan sunda [Neofelis diardi], berbagi virus yang umum menyerang hewan peliharaan di dan sekitar Suaka Margasatwa Kinabatangan Bawah di negara bagian Sabah, Malaysia.

Kucing domestik [Felis catus] umum ditemukan di beberapa perkebunan sawit dan beraksi sebagai bentuk pengendali hama, dengan memangsa tikus. Mereka sering berkeliaran bebas di dekat atau ke hutan terdekat.

Sementara itu, kucing liar yang tinggal di hutan, seperti kucing kuwuk [Prionailurus bengalensis], terkadang masuk ke perkebunan sawit terdekat untuk berburu mangsa. Kucing kepala datar itu dianggap sebagai spesialis lahan basah, tetapi ada semakin banyak bukti menunjukkan bahwa mereka juga mengunjungi perkebunan untuk berburu katak dan hewan pengerat.

Saat penelitian dilakukan, para peneliti menjaring lima kucing kuwuk dan dua kucing kepala datar di atau dekat perkebunan sawit. Mereka juga menjebak 11 musang tenggalung [Viverra tangalunga] dan dua macan dahan sunda menggunakan kandang di hutan terdekat.

 

Para peneliti mengatakan bahwa spesies seperti kucing kuwuk dan musang tenggalung yang dapat beradaptasi dengan baik di habitat yang terganggu bisa bertindak sebagai pembawa virus ke kawasan hutan terdekat. Foto: Health at the Edge Project

 

Beberapa kucing domestik dan hewan liar yang termasuk dalam penelitian dinyatakan positif mengidap virus corona kucing, virus panleukopenia kucing, dan antibodi calicivirus kucing. Hanya kucing domestik yang dites positif pada antibodi virus herpes kucing.

Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa sirkulasi virus di perkebunan sawit antara karnivora domestik dan liar adalah suatu yang mungkin, meskipun tidak jelas pada tahap ini ke arah mana mereka ditularkan.

Dua kucing kuwuk dan satu kucing kepala datar dinyatakan positif memiliki antibodi virus corona pada kucing. Kucing berkepala datar yang sama juga positif untuk antibodi calicivirus kucing.

“Saya pikir secara keseluruhan studi kasus ini adalah bukti bahwa dalam beberapa hal mereka berbagi tempat dan area yang sama,” kata rekan penulis studi Sergio Guerrero-Sánchez, rekan postdoctoral di Center for Applied One Health Research and Policy Advice di City University Hong Kong.

“Mereka bisa melakukan kontak yang sangat dekat, tidak harus berinteraksi secara langsung, tetapi menggunakan tempat yang sama dalam hitungan jam sudah cukup bagi satu kucing untuk menularkan penyakit ke kucing lain.”

 

Jalur virus

Spesies tertentu beradaptasi lebih baik dengan perkebunan monokultur sawit daripada spesies lain, serta meningkatkan interaksi mereka dengan hewan domestik. Kucing kuwuk dan musang tenggalung misalnya, diketahui sering mengunjungi area ini. Para peneliti menyarankan bahwa dengan kejadian tersebut, spesies ini dapat bertindak sebagai pembawa virus saat mereka kembali ke hutan.

“Yang paling penting, temuan kami menyoroti efek yang diremehkan dari adanya perkebunan sawit pada komunitas asli karnivora, melalui risiko penularan penyakit menular dari hewan peliharaan karena peningkatan interaksi antarspesies dan tumpang tindih habitat,” tulis para penulis.

Virus-virus ini dapat bergerak ke dua arah, kata rekan penulis Liesbeth Frias, seorang rekan postdoctoral di Asian School of the Environment di Nanyang Technological University di Singapura. Tetapi kekhawatiran keseluruhan, katanya, adalah adanya potensi dampak bagi spesies yang terancam punah.

 

Seekor kucing domestik tertangkap kamera jebakan di pinggir perkebunan sawit. Tes serologis menemukan bukti virus umum ditemukan pada kucing domestik pada kucing liar. Foto: Health at the Edge Project

 

Dari virus yang ditemukan, virus corona kucing dan virus panleukopenia kucing dicatat sebagai perhatian khusus. Yang pertama dapat berkembang menjadi peritonitis infeksi kucing, yang bisa berakibat fatal. Di samping kucing kepala datar dan dua kucing kuwuk, dua kucing domestik dinyatakan positif memiliki antibodi virus corona kucing. Sementara itu, virus panleukopenia kucing, bisa sangat berbahaya bagi anak kucing dan kucing muda: Dua macan dahan, dua musang tenggalung, dan 12 kucing domestik memiliki antibodi untuk FPLV.

“Dalam pemeriksaan fisik, [kucing domestik dan liar] tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, yang juga menjadi sangat rumit terutama pada satwa liar, karena mereka tidak menunjukkan penyakit sampai mereka menjadi betul-betul sakit,” Guerrero -Sánchez berkata.

“Kami tidak tahu apakah beberapa penyakit mungkin mempengaruhi lebih banyak anak kucing daripada kucing dewasa. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana.”

Berdasarkan catatan virus yang berpindah ke spesies lain, dia mengatakan bahwa, “Kita perlu berasumsi bahwa ada risiko bagi populasi spesie.” Penelitian lain telah mencatat bukti penularan virus antara kucing domestik dan kucing liar dengan populasi macan tutul salju, harimau, kucing hutan, dan puma yang hidup di penangkaran dan bebas.

Anjing yang berkeliaran bebas juga menimbulkan risiko, karena mereka dapat menyebarkan virus distemper anjing: wabah di Serengeti di Tanzania pada 1990-an menghancurkan populasi singa.

Susan Cheyne, seorang rekan pengajar dalam antropologi biologi di Oxford Brookes University, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berbagi keprihatinan atas hal tersebut. “Penelitian ini telah menyoroti ancaman yang jelas, tetapi ada banyak pertanyaan yang belum terjawab misalnya, bagaimana karnivora liar bereaksi terhadap penyakit/infeksi virus,” tulisnya dalam email, mencatat bahwa reaksi dapat berbeda di antara inang.

“Namun, prinsip kehati-hatian harus selalu diutamakan: hewan-hewan ini terancam punah dan sudah sangat terancam sehingga kita harus melakukan segala upaya untuk meminimalkan risiko penyakit.”

 

Kucing kepala datar adalah salah satu spesies kucing paling terancam di dunia. Ada bukti yang menunjukkan bahwa spesialis lahan basah ini telah beradaptasi dengan kehidupan di tepi perkebunan sawit, di mana sering terdapat banyak katak dan tikus, kata Wai-Ming Wong dari Panthera. Seekor kucing kepala datar dinyatakan positif virus corona kucing dan antibodi calicivirus kucing. Foto: SFD/IZW/Panthera

 

Para penulis penelitian menekankan bahwa temuan ini didasarkan pada ukuran sampel yang kecil; 27 kucing domestik dan karnivora liar yang diuji secara total. Dengan demikian, Frias mengatakan ini adalah perspektif pertama yang penting mengenai masalah ini. “Asia Tenggara adalah hotspot keanekaragaman hayati dan patogen, wabah pasti akan terjadi. Tetapi tidak banyak informasi tentang penyakit satwa liar, ”katanya.

“Saya pikir dengan menerbitkan makalah penelitian ini, meski secara singkat memberikan data dasar yang kami butuhkan, serta banyak lembaga lain mungkin juga perlu sampai batas tertentu.”

Wai-Ming Wong, direktur program kucing kecil untuk Panthera, organisasi konservasi kucing liar global, mengatakan penelitian ini harus dijadikan sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut. Panthera adalah salah satu penyandang dana penelitian ini. “Saya pikir ancamannya berpotensi signifikan,” katanya.

“Tetapi ada lebih banyak lagi tentang penularan penyakit yang perlu kita pahami untuk mengevaluasi dan menjawab pertanyaan dengan benar … temuan ini pasti memerlukan penyelidikan lebih lanjut.”

Di antara pertanyaan tersebut adalah prevalensi penyakit dalam populasi dan apakah virus ini mempengaruhi kucing kecil Borneo lainnya, seperti kucing merah [Catopuma badia].

“Kucing kepala datar dan kucing merah bisa dibilang dua spesies kucing paling langka di dunia dan mereka bisa menghilang dalam sekejap jika kita tidak mengatasi ancaman ini. Atau, bahkan mencari tahu lebih banyak tentang ancaman ini, seperti sejauh mana mereka dan bagaimana mereka berdampak pada populasi, ”kata Wong.

 

Dari garis dasar hingga solusi?

Sementara Guerrero-Sánchez dan Frias mengatakan, temuan mereka mengkhawatirkan bagi spesies yang terancam ini, mereka juga dapat membuka peluang untuk dapat mengatasi masalah secara langsung. Bekerja sama dengan pengelola perkebunan dan lembaga lain untuk mengembangkan kampanye vaksinasi dan sterilisasi untuk kucing domestik dan kucing yang berkeliaran bebas bisa menjadi salah satu pendekatan.

“Satu hal yang menurut saya penting adalah penyakit satwa liar seringkali tidak dimasukkan dalam strategi konservasi,” kata Frias.

“Jadi dengan memiliki data dasar ini, meskipun sangat mendasar, dapat sangat membantu upaya konservasi, dan mungkin memandu beberapa tindakan konservasi, misalnya, melalui penilaian risiko penyakit satwa liar.”

 

Lima ekor kucing kuwuk yang terjaring di perkebunan sawit diuji antibodinya. Dua dinyatakan positif virus corona kucing. Foto: Liesbeth Frias

 

Mengintegrasikan survei semacam ini dan kesejahteraan hewan yang lebih luas ke dalam tindakan konservasi dan protokol perkebunan sawit, akan menjadi langkah positif untuk mengurangi ancaman tersebut, kata para peneliti.

“Studi ini menunjukkan bahwa penularan penyakit memang terjadi di lanskap pertanian yang didominasi manusia seperti ini,” kata Wong.

“Menurut saya, sangat penting bagi perusahaan pertanian yang bertanggung jawab atas modifikasi habitat ini untuk memasukkan pemantauan kesehatan hewan dalam rencana pengelolaan. Sebut saja, memasukkan kawasan bernilai konservasi tinggi ke dalam perkebunan mereka yang memungkinkan hewan berpindah antar-lanskap. ”

Cheyne mengatakan, kebutuhan akan dokter hewan dan fasilitas laboratorium yang berkualitas, program semacam itu akan menjadi tantangan cukup besar untuk diterapkan. Tetapi mengingat risiko penularan penyakit zoonosis, tetap merupakan, “Aspek penting untuk dikelola dan diintegrasikan ke dalam protokol manajemen perkebunan,” katanya.

 

Tulisan asli dapat dibaca pada tautan ini: Study warns of risk from feline viruses to wild cats on the palm oil frontier. Artikel diterjemahkan oleh Akita Verselita.

 

Referensi:

Guerrero‐Sánchez, S., Wilson, A., González‐Abarzúa, M., Kunde, M., Goossens, B., Sipangkui, R., & Frias, L. (2022). Serological evidence of exposure of Bornean wild carnivores to feline‐related viruses at the domestic animal–wildlife interface. Transboundary and Emerging Diseases. doi:10.1111/tbed.14549

Wu, Q., Wu, H., He, S., Liu, Y., Chen, Y., Qi, X., … Tian, K. (2022). Feline herpesvirus infection and pathology in captive snow leopard. Scientific Reports, 12(1). doi:10.1038/s41598-022-08994-4

Huang, S., Li, X., Guo, L., You, D., Xie, W., Xu, H., … Wang, Y. (2022). Prevalence of four viruses in captive Siberian tigers from Northeastern China. Transboundary and Emerging Diseases. doi:10.1111/tbed.14475

Bevins, S. N., Carver, S., Boydston, E. E., Lyren, L. M., Alldredge, M., Logan, K. A., … VandeWoude, S. (2012). Three pathogens in sympatric populations of pumas, bobcats, and domestic cats: Implications for infectious disease transmission. PLOS ONE, 7(2), e31403. doi:10.1371/journal.pone.0031403

Kadam, R. G., Karikalan, M., Siddappa, C. M., Mahendran, K., Srivastava, G., Rajak, K., … Sharma, A. (2022). Molecular and pathological screening of canine distemper virus in Asiatic lions, tigers, leopards, snow leopards, clouded leopards, leopard cats, jungle cats, civet cats, fishing cat, and jaguar of different states, India. Infection, Genetics and Evolution, 98, 105211. doi:10.1016/j.meegid.2022.105211

Guiserix, M., Bahi-Jaber, N., Fouchet, D., Sauvage, F., & Pontier, D. (2007). The canine distemper epidemic in Serengeti: Are lions victims of a new highly virulent canine distemper virus strain, or is pathogen circulation stochasticity to blame? Journal of The Royal Society Interface, 4(17), 1127-1134. doi:10.1098/rsif.2007.0235

 

Foto utama: macan dahan sunda dinyatakan positif mengidap virus panleukopenia kucing yang sangat menular. Diperkirakan ada sekitar 4.500 spesies ini yang tersisa di alam liar. Foto: Flickr [CC BY-NC-ND 2.0].

 

Exit mobile version