Mongabay.co.id

Hari Lingkungan Hidup: Menyelamatkan Bumi dengan Bioprospeksi

 

 

Bumi kita dalam keadaan “tidak baik-baik saja” sehingga harus kita selamatkan.

Prof. Hadi S. Alikodra, pakar lingkungan dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University menjelaskan hal tersebut. Bumi saat ini mengalami over heated yang menyebabkan masifnya dampak global warming terhadap berbagai aspek kehidupan manusia.

Global warming lalu menjadi ancaman kelestarian biodiversity yang menjadi tumpuan masa depan kehidupan manusia dan keberlanjutan pembangunan.

“Indonesia merupakan negara tropis kaya ragam hayati. Potensi ini harus dipertahankan, bahkan dimanfaatkan secara bijak melalui bioprospeksi,” tutur Alikodra pada webinar Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Sabtu [05/06/2022].

Baca: Bioprospeksi dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Kita

 

Lebah yang sangat penting membantu penyerbukan tanaman. Foto: Pixabay/Public Domain/Mammiya

 

Sesuai dengan Sherpa Track [Misi G20], penyelamatan Bumi ini di antaranya melalui bioprospeksi.

Bioprospeksi adalah penelusuran, klasifikasi, dan investigasi secara sistematik produk yang berguna seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain untuk tujuan komersil dengan nilai ekonomi aktual dan potensial yang ditemukan dalam keragaman hayati.

Istilah bioprospeksi mulanya diperkenalkan oleh Walter V. Reid dan tim sejak 1993, dalam bukunya berjudul “Biodiversity Prospecting: Using Genetic Resources for Sustainable Development.”

“Indonesia diharapkan mampu menghimpun dana yang cukup untuk melakukan restorasi lingkungan ekosistem hutan, terumbu karang, perairan danau, sungai, dan perairan laut,” terangnya.

Keuntungan Indonesia dalam upaya bioprospeksi adalah memiliki kearifan berbagai suku adat yang mampu memanfaatkan sumber kekayaan alam secara bijak. Prinsip hidup masyarakat adat adalah sumber kekayaan alam merupakan tabungan bagi keberlanjutan anak cucu.

“Mereka secara tekun mempelajari fenomena alam sebagai ayat kauniyah yang harus terlindungi dari berbagai ancaman, sehingga dapat memanfaatkan secara berkelanjutan.”

Tak hanya itu, masyarakat adat juga memiliki pengetahuan meramu tumbuhan dan hewan untuk obat-obatan, termasuk kosmetik, yang menjadi pengetahuan dasar pembangunan bioprospeksi.

“Upaya bioprospeksi juga menguntungkan alam dan masyarakat lokal karena implementasinya dapat melindungi dan melestarikan hutan, keanekaragaman hayati, serta melindungi kearifan lokal masyarakat hukum adat [MHA],” terangnya.

Baca: Ekosofi, Era Baru Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Indonesia

 

Senduduk [Melastoma malabathricum] atau harendong merupakan tumbuhan yang kaya manfaat yang dapat mengobati luka berdarah hingga diare. Foto: Pixabay/Public Domain/Ramdlon

 

Ancaman kepunahan hewan penyerbuk

Ancaman perubahan iklim terhadap biodiversity sebenarnya sudah mendapatkan perhatian serius dan dibahas dalam Working Group II saat Conference of the Parties 26 [COP26] Climate Change di Glasgow, Skotlandia.

Angka dampak perubahan iklim terhadap laju kepunahan keragaman hayati dunia diperkirakan terus mengalami peningkatan. Sekitar 14 persen pada kenaikan suhu 1,5°C, lalu 18 persen pada kenaikan suhu 2,0°C, serta 29 persen pada kenaikan suhu 3°C.

Prof. Damayanti Buchori, Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transdisiplin [Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences] – IPB University menjelaskan, peningkatan suhu itu membuat biodiversity loss. Dampaknya, menyebabkan hilangnya hewan-hewan penyerbuk seperti lebah, burung, kelelawar, dan serangga yang akan memengaruhi ketahanan pangan.

“Lebih dari 75 persen tanaman pangan membutuhkan penyerbuk. Di beberapa negara Eropa dan Amerika telah ditemukan fakta adanya penurunan populasi lebah yang kemudian dikenal dengan Global Pollinator Decline,” kata Damayanti.

Apa yang akan terjadi dengan pertanian apabila hewan-hewan penyerbuk punah?

“Akan terjadi kelaparan di berbagai belahan bumi yang akan bisa menyebabkan peperangan semakin meluas,” jelasnya.

Baca juga: Menjaga Keragaman Hayati Indonesia di Taman Kehati

 

Pepaya callina yang dikenal dengan nama pepaya california, merupakan tanaman asli Indonesia. Foto: Shutterstock

 

Meledaknya hama

Damayanti juga menjelaskan kejadian penting akibat kerusakan lingkungan, yaitu meledaknya hama belalang kembara di Sumba Timur.

“Jutaan hama belalang kembara telah merusak tanaman di Sumba Timur dan bergerak ke Sumba Tengah, Sumba Barat Daya. Salah satu dugaan penyebabnya adalah karena perubahan iklim dan perubahan ekosistem di kawasan tersebut.”

Kejadian ini juga dipicu oleh aktivitas manusia atas nama pembangunan. Mengapa bisa terjadi? Apa yang salah dalam tatanan kehidupan kita dan bagaimana solusinya?

“Menjaga kelestarian Bumi harus dilakukan, berdasarkan pengetahuan dan teknologi untuk mencapai sebuah kearifan. Terutama political will, kemauan untuk menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan [sustainability],” jelasnya.

Political will harus hadir di berbagai institusi dan kelembagaan, seperti membangun kerja sama multilateral dan solidaritas global yang inklusif, agar mampu menavigasi kompleksitas permasalahan yang ada.

“Secara individu, kita harus mau dan mampu hidup sakmadya [secukupnya].”

Damayanti berpendapat, akar masalah dari semua kerusakan ini adalah greed, keserakahan.  Jalan keluar paling jitu adalah menghayati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan yang arif dan adil.

“Kembali pada pesan-pesan leluhur kita,” tuturnya.

Dalam acara yang sama, Prof. Hadi Susilo Arifin, Ketua Program Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – IPB University menegaskan pentingnya bagi kita melindungi alam. Caranya, dengan memproteksi ekosistem dan mengkonservasi, yaitu melestarikan keanekaragaman sumberdaya alam di muka Bumi, baik flora dan fauna.

“Perlindungan maupun konservasi sesungguhnya dilakukan untuk manfaat dan kemaslahatan manusia, serta segala makhluk hidup lainnya. Azas manfaat itu tentu harus terus dilakukan dengan cara-cara yang arif, agar kelestarian Bumi dengan segala isinya bisa diwariskan dan terus dimanfaatkan bagi generasi akan datang,” tegasnya.

 

Exit mobile version