Mongabay.co.id

Buah Kelapa Sebagai Bahan Pangan Alternatif, Kenapa Tidak?

Buah kelapa bermanfaat untuk kesehatan manusia. Foto: Pixabay/Public Domain/

 

 

Yayasan Arek Lintang [ALIT] melalui program pemberdayaan masyarakat Dewa Dewi Ramadaya [Desa Wisata Agro Desa Wisata Industri Ramah Anak dan Berbudaya], mengajak masyarakat dampingannya di Pasuruan, Flores dan Madura, memproduksi sendiri minyak goreng dari buah kelapa. Mongabay berkesempatan melihat langsung proses produksi skala kecil berbasis masyarakat di Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Pembuatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil [VCO] ini menggunakan metode cold brew dan fermentasi, dengan tujuan menjaga kemurnian minyak kelapa.

Relawan ALIT, Rilna Pareira menuturkan, setelah kelapa agak tua dipecah, airnya ditampung yang nantinya digunakan sebagai air perasan santan. Lalu, santan diwadahi tempat transparan dan sekitar 36 jam hingga terjadi pemisahan antara air, santan, dan minyak kelapa murni.

“Kita ambil cairan bening minyak VCO menggunakan sendok dan diletakkan di botol yang sebelumnya disaring,” terangnya baru-baru ini.

Baca: Maksimalkan Potensi Minyak Kelapa, Mengapa Tidak?

 

Buah kelapa bermanfaat untuk kesehatan manusia. Foto: Pixabay/Public Domain/ID 4170730

 

Penyaringan VCO dilakukan dua kali untuk mendapatkan kualitas terbaik. Sedangkan lemak santan tersisa, dijadikan bahan pembuat minyak kelapa tradisional atau traditional coconut oil [TCO], dengan terlebih dahulu dibekukan.

“Lemak santan yang telah dibekukan lalu dipanaskan untuk diambil minyaknya, terntunya disaring terlebih dahulu,” lanjutnya.

Untuk menghasilkan 12 hingga 13 liter VCO, dibutuhkan sekitar 200 butir buah kelapa. Sedangkan residu atau lemak santan tersisa dapat dijadikan sekitar 5 liter minyak kelapa tradisional dengan proses pemanasan.

Rilna menyebut, pemanfaatan buah kelapa untuk minyak kelapa tradisional maupun minyak kelapa murni, hampir tidak menyisakan limbah. Tempurungnya dapat dijadikan arang bakar, atau sebagai bahan kerajinan.

“Sedangkan sabut digunakan untuk media tanam di kebun, sementara ampas sebagai pakan ternak,” jelasnya.

Baca: Tanpa Minyak Sawit, Kita Terus Masak dan Mandi

 

Ampas perasan kelapa dapat dijadikan tepung untuk kue maupun olahan jajanan. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Direktur Yayasan ALIT Indonesia, Yuliati Umrah mengatakan, gerakan kembali pada minyak kelapa sebagai kritik sekaligus solusi di tengah kelangkaan serta mahalnya harga minyak goreng sawit.

“Kita buat minyak kelapa karena potensinya besar, tapi kurang dioptimalkan,” katanya.

Potensi kelapa di pesisir pantai di Indonesia, mestinya mampu dimaksimalkan sebagai penunjang kebutuhan pokok masyarakat.

Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian tahun 2014, total produksi kelapa di Indonesia mencapai lebih dari 3 juta ton, dengan area tanam mencapai 3,6 juta hektar. Dari luasan itu, 99 persen diusahakan masyarakat.

“Potensi ini harus digunakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, yang tentunya tetap berkelanjutan bagi lingkungan,” ujarnya.

Baca juga: Unik, Buah Kelapa Dapat Dijadikan Mahar Perkawinan

 

Residu santan yang telah diambil minyak kepala murninya, selanjutnya dibekukan sebelum diolah kembali. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Bahan makanan

Tidak hanya sebagai bahan pakan ternak, ampas santan kelapa bisa dioptimalkan menjadi bahan pangan, sebagai alternatif pengganti beras.

Ardhia Deasy Rosita Dewi, Dosen Program Kekhususan Bionutrisi dan Inovasi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Surabaya, menerangkan bahwa ampas parutan dan residu santan kelapa masih bisa diolah menjadi bahan pangan.

Masyarakat hanya perlu mengolah dan menjadikannya sebagai tepung yang nantinya dapat dibuat aneka makanan atau jajanan.

“Setelah jadi tepung bisa dibuat sereal, bahan kue dan juga cookies,” ujarnya.

 

Penyaringan traditional coconut oil menggunakan kertas penyaring. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Dijelaskan Ardhia, ampas kelapa harus dipres untuk dipastikan tidak ada kandungan santan, atau benar-benar kering. Pengeringan dapat menggunakan alat atau panas matahari. Tujuannya, agar tepung tidak mudah tengik dan berpotensi memunculkan zat berifat karsinogen.

“Harus dimurnikan atau dipurifikasi agar lemaknya hilang. Lemak santan sebenarnya lemak jenuh yang lebih baik dari lemak sawit. Tapi, kalau terus dipanasi akan menimbulkan zat yang memicu kanker,” terangnya.

Kandungan lemak, protein, dan zat lainnya dibutuhkan dalam pembuatan makanan atau jajanan. Namun, bila langsung dipakai, ampas sisa parutan kelapa masih bisa digunakan meski kandungan lemaknya masih sangat tinggi.

 

Virgin coconut oil yang murni dan berkualitas. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Dari uji coba laboratorium, diperoleh 4 persen protein, 30 persen lemak, serta 17 persen serat kasar. Pada ampas ini, lanjut Ardhia, kandungan karbohidratnya berkisar 10 persen. Ini masih berisiko bagi penderita diabetes mellitus [DM] atau orang dengan gula darah yang fluktuatif.

“Pada penelitian lanjutan, kami akan membuatnya sebagai tepung keto yang tinggi protein dan karbohidrat, tapi rendah lemak. Bila lemaknya turun maka kadar protein bisa naik, serat kasar serta serat pangannya juga ikut naik,” katanya.

Pengolahan ampas parutan kelapa dan residu santan diharapkan meminimalisir material pangan yang terbuang. Dengan begitu, masyarakat mendapatkan manfaat serta nilai ekonomis dari pengolahan tepung ampas kelapa.

“Selain minyak kelapa murni, seluruh bagian buah kelapa juga bernilai ekonomis bila dimanfaatkan secara tepat,” paparnya.

 

Exit mobile version