Mongabay.co.id

Dan Akhirnya, Sampah Buatan Manusia Ditemukan di Mars

 

 

Bukan rahasia lagi, di jurang laut kedalaman 11 kilometer di Palung Mariana, ditemukan sampah buatan manusia. Rasanya, hanya ruang angkasa, sebagai tempat terakhir yang akan bebas sampah.

Apa yang kita ketahui, bagaimanapun itu, sampah yang mengotori ruang angkasa dan planet lain, adalah sesuatu yang ingin kita hindari sebisa mungkin.

Itulah sebabnya, penemuan sampah manusia di Mars oleh wahana penjelajah Mars NASA, Perseverance, baru-baru ini telah menciptakan begitu banyak kehebohan.

Baca: Tanaman-tanaman yang Diprediksi Bisa Tumbuh di Mars

 


 

Saat berusaha mencari petunjuk kehidupan mikroba purba di Mars beberapa waktu lalu, tiba-tiba pesawat penjelajah Perseverance melihat sisa atau puing pendaratan yang terperangkap di sebuah batu bergerigi. Pelindung termal itu bentuknya seperti aluminium foil.

Sampah itu sebenarnya merupakan bahan termal yang digunakan NASA untuk melindungi pesawat ruang angkasa Perseverance dari suhu ekstrim saat melakukan perjalanan ke Mars. Fungsinya, melindungi pesawat saat meluncur memasuki atmosfer Mars.

“Tim saya telah melihat sesuatu yang tidak terduga: Ini adalah bagian dari selimut termal, paket jet bertenaga roket yang menurunkan saya pada hari pendaratan tahun 2021,” tweet NASA dari rover Perseverance, pada Kamis, 16 Juni 2022.

Sebuah pertanyaan yang muncul adalah bagaimana puing seperti foil tersebut sampai ke wilayah ini, di Kawah Jezero Mars, sekitar dua kilometer dari tempat roda pendarat di gurun Mars?

“Apakah potongan mendarat di sini, atau tertiup angin?” tanya NASA.

Baca: Penemuan Air di Mars, Patutkah Kita Bergembira?

 

Puing pendaratan yang terperangkap di sebuah batu bergerigi yang ditemukan di Planet Mars. Foto: NASA/JPL-Caltech/ASU

 

Perseverance mendarat di permukaan Mars pada Februari 2021. Dalam perjalanan turun ke permukaan planet, pesawat ruang angkasa tersebut membuang berbagai instrumen dan benda, termasuk pelindung panas, parasut supersonik, dan derek langit bertenaga roket yang menurunkan robot penjelajah Perseverance ke permukaan Mars.

Saat robot seukuran mobil itu turun, parasutnya dibuang. Jadi pada dasarnya, tidak terlalu mengejutkan jika penjelajah itu sekarang menemukan banyak puing pendaratan.

Pada 1966, banyak negara menandatangani Perjanjian Luar Angkasa [Outer Space Treaty] seperti Amerika, Uni Soviet, dan Inggris, dan diadopsi PBB. Perjanjian ini pada dasarnya menyepakati bahwa eksplorasi ruang angkasa akan dilakukan untuk kepentingan semua. Perjanjian tersebut juga menyebutkan, penjelajahan luar angkasa akan sebisa mungkin menghindari “kontaminasi ruang angkasa dan benda benda-benda langit”.

Jelas, itu termasuk tidak membiarkan banyak sampah manusia di Mars menumpuk.
Tetapi banyak yang berpendapat bahwa perjanjian ini tidaklah cukup.

Baca: Dan Akhirnya, Bulan akan Ditambang 

 

Ilustrasi pendaratan robot di Mars. Sumber: NASA.Gov

 

Dan, penemuan baru-baru ini oleh Perseverance, itu bisa jadi benar. Setiap pesawat ruang angkasa yang diletakkan di Mars, atau planet lain mana pun, akan meninggalkan semacam sampah. Tidak ada cara untuk menghindarinya. Namun, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk membatasi jumlah sampah yang kita biarkan menumpuk.

Perseverance kini tengah membidik target terkecil dan tersulit NASA yakni jalur di delta sungai kuno yang penuh lubang, tebing, dan bebatuan. Para ilmuwan percaya, kemungkinan pernah ada kehidupan di Mars sekitar tiga miliar hingga empat miliar tahun lalu, ketika air masih mengalir di Planet Merah tersebut. [Berbagai sumber]

 

Exit mobile version