Mongabay.co.id

Lempaung, Buah Unik yang Dijuluki Langsat Hutan

 

 

Lempaung [Baccaurea lanceolate] merupakan tanaman yang banyak ditemukan di hutan Sumatera dan Kalimantan. Ia juga tumbuh di lereng dan pinggir sungai. Buahnya masam, namun lebat sepanjang tahun.

Di berbagai daerah, tumbuhan ini memiliki beragam nama. Di Sumatera, orang menyebutnya lempaong, langsat hutan, dan tegeiluk [Mentawai]. Di Kalimantan disebut limpasu, ampusu, asam pauh, empaong, lampaong, lampawong, lampong, buah lepasu, lipasu, nipassu, kalampesu, hingga lempahong. Sementara di Jawa, namanya lingso.

Biasanya, masyarakat lokal memanfaatkan tumbuhan ini untuk mengatasi sakit perut. Caranya, daunnya ditumbuk dalam bambu dan dicampur air.

Baca: Rumbia, Buah yang Dijuluki Salak Hutan Aceh

 

Lempaung yang dikenal juga dengan nama langsat hutan. Foto: Shutterstock

 

Dalam Jurnal Pharmacy Vol.15 No. 02 Desember 2018, artikel “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah, Daun, dan Kulit Batang Limpasu [Baccaurea lanceolata] dari Kalimantan Selatan” karya Sani Nurlaela Fitriansyah, Yola Desnera Putri dan kolega menjelaskan bahwa selain sebagai obat sakit perut, tumbuhan ini berpotensi untuk mengobati demam, kesehatan kulit, dan antioksidan.

“Demam dapat disebabkan adanya infeksi mikroorganisme terutama bakteri. Telah dilaporkan beberapa spesies dari genus Baccaurea berpotensi sebagai antibakteri,” tulis Sani Nurlaela dan kolega.

Hasil penelitian ini menunjukkan, ekstrak etanol buah limpasu merupakan ekstrak yang paling aktif terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Propionibacterium acnes, dengan konsentrasi hambat minimum adalah 2,5% b/v dengan diameter secara berturut-turut 6,87; 7,60; 7,94; 8,80; dan 10,29 mm.

“Ekstrak etanol buah, daun, dan kulit batang limpasu secara umum positif mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin,” jelas riset itu.

Baca: Pohon Aren, Kolang-Kaling, dan Jasa Musang

 

Buah lempaung ini rasanya masam. Foto: Shutterstock

 

Pohon lempaung memiliki batang besar, tingginya mencapai 3-30 meter, tunas muda berwarna hijau hingga abu-abu-hijau sampai kecoklatan saat kering. Kayu teras berwarna kekuningan atau kecoklatan.

Tumbuhan ini berbunga banyak, berwarna kuning, merah muda, hingga putih krem. Buahnya berbentuk bulat sampai ellipsoid.

Baca: Jernang, Bukan Sembarang Tumbuhan Hutan

 

Buah lempaung atau limpasu ini sangat lebat. Foto: Instagram BBTN Bukit Barisan Selatan/Vivin Adi Anggoro dan YABI

 

Pembeku karet alami

Buah lempauh juga bisa dimanfaatkan oleh petani karet sebagai pembeku getah karet/lateks alami.

Dalam Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol. 1 No.1: November 2014 berjudul “Pemanfaatan Buah Limpasu [Baccaurea lanceolata] Sebagai Pengental Lateks Alami” karya Leonard Julian Purnomo, Nuryati, dan Fatimah diketahui ekstrak limpasu tua atau berwarna kuning kecoklatan, paling baik untuk mengentalkan getah karet.

“Setiap 250 gram buah tumbuhan ini menghasilkan ekstrak sebanyak 125 mililiter atau setara dengan 120 gram ekstrak limpasu,” tulis peneliti.

Pengental karet alami sangat baik untuk menghindari penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai pembekuan getah karet.

Selama ini, para penyadap biasanya membekukan getah karet dengan bahan-bahan kimia seperti tawas, urea, dan cuka. Padahal, jika menggunakan bahan-bahan kimia tersebut terus-menerus, akan membuat produktivitas karet menurun.

“Jika tidak memperhatikan petunjuk baku, penggunaan bahan-bahan kimia itu sangat berbahaya bagi tubuh kita,” jelas mereka.

Namun, potensi buah ini belum tergali terlebih mendapatkan perhatian petani karet.

“Menurunnya kualitas karet di Indonesia, dapat disebabkan kondisi pohon yang sudah tua, proses penyadapan yang salah, atau pembekuan dengan zat kimia.”

Baca juga: Jengkol, Tumbuhan Kaya Manfaat Asli Indonesia

 

Buah lempaung dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut dan demam. Foto: Instagram BBTN Bukit Barisan Selatan/Vivin Adi Anggoro dan YABI

 

Pada jurnal ini, peneliti juga menyorot pengaruh penggunaan jenis koagulan [zat untuk pengendampan] terhadap perubahan aroma dan warna karet. Jenis koagulan yang digunakan sebagai pembanding adalah air aki, asap cair, dan ekstrak limpasu.

“Perubahan warna dan aroma lateks menunjukkan kualitas karet,” tulis peneliti.

Hasilnya koagulan dari ekstrak lempaung tetap beraroma khas khas karet. “Namun hari ke lima aroma karet berubah menjadi aroma lump.”

Sedangkan karet yang digumpalkan dengan air aki memiliki aroma asam sehingga sangat berpengeruh terhadap aroma karet yang telah dibekukan.

Karet yang dibekukan dengan menggunakan koagulan asap cair memiliki aroma tajam dari asap cair, maka aroma karet pun menghilang karna pengaruh koagulan tersebut. Sedangkan karet yang dihasilkan dengan koagulan air aki dan asam formiat berwarna putih polos, dengan bentuk penggumpal.

“Penggumpalan karet menggunakan asap cair berwarna karet putih kekuningan, namun pada waktu tujuh hari warna tersebut berubah menjadi hitam, baik untuk koagulan air aki maupun asap cair,” ungkap laporan tersebut.

 

Exit mobile version