Mongabay.co.id

Foto: Kedih, Primata Berjambul Khas Sumatera

 

 

Namanya kedih [Presbytis thomasi].

Wajahnya terlihat sedih. Populasinya hanya ditemukan di hutan Pulau Sumatera bagian utara, Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, serta Provinsi Riau.

Primata berambut mohawk [jambul] abu-abu dan hitam ini merupakan pemakan buah, bunga, dan dedaunan. Hidupnya berkelompok dengan jumlah populasi setiap grup antara 4-17 individu, dipimpin seekor jantan dominan yang selebihnya betina beserta anak-anak.

Lembaga Konservasi Dunia [IUCN] memasukkan Thomas’s Langur dalam status Rentan [Vulnerable/VU]. Di Indonesia, kedih merupakan jenis satwa yang kehidupannya dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Baca: Wajah Sedih Kedih di Habitat yang Tidak Lagi Bersahabat

 

Kedih, primata endemik Sumatera. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Arwin, Manager Stasiun Penelitian Ketambe yang masuk Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL] di Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, mengatakan di wilayah ini masih ditemukan beberapa kelompok kedih.

“Kedih itu unik perilakunya dan sangat menarik untuk diteliti,” ujarnya di Ketambe, Selasa [21/06/2022].

Dia mencontohkan, kedih jantan muda akan diusir dari kelompok oleh jantan dominan. Jantan muda itu akan membentuk kelompok sendiri yang semuanya kedih jantan. Selanjutnya, kedih muda tersebut berlatih menjadi kuat untuk melawan jantan dominan. Tujuannya, menguasai kelompok betina.

Jika dalam perkelahian jantan dominan kalah, dia akan meninggalkan kelompok dengan membawa anaknya yang jantan, guna membentuk kelompok jantan baru.

“Umumnya, peneliti hanya fokus pada jumlah individu dalam setiap kelompok serta luas habitatnya.”

Baca: Inilah Primata Endemik Sulawesi dengan Jambul di Kepala

 

Kedih merupakan satwa yang sulit dilihat di hutan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Arwin ingat, penelitian perilaku kedih pernah dilakukan di hutan Ketambe pada 1997 sampai tahun 2000. Dia terlibat sebagai asisten peneliti.

“Kedih menyukai buah yang asam dan pahit, menghindari mengandung gula tinggi atau manis. Meski hidup melompat dari pohon ke pohon untuk mencari makan, ada waktunya kedih turun ke tanah untuk makan lumut,” jelasnya.

Baca: Namanya Mentilin, Matanya Bulat dan Suka Keluar Malam Hari

 

Kedih hidup dalam kelompok. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Di wilayah jelajahnya, kedih jantan dominan tidur di tempat paling tinggi. Itu dilakukan untuk memantau predator atau jantan dewasa saingannya.

“Kedih berkomunikasi melalui suara khas, baik sebagai peringatan hadirnya predator, maupun memberitahukan adanya kelompok kedih lain.”

Saat ditanya tantangan terbesar meneliti kedih, Arwin mengatakan, hal paling sulit adalah mengikuti dan memantau perilaku kelompok yang semuanya jantan.

“Mereka makan sambil pindah tempat dengan sangat lincah. Kita harus terus mengikuti, terkadang tanpa istirahat. Belum banyak riset seperti ini,” ujarnya.

Baca: Jangan Keliru, Wujud Anjing Ajag Sekilas Mirip Serigala

 

Kedih menyukai buah yang asam dan pahit. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Peneliti dari Jurusan Biologi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Syaukani, di Jurnal Natural dengan judul Study of Population and Home Range of Thomas Langur [Presbytis thomasi] at Soraya Research Station, Leuser Ekosistem [2012], menyinggung kedih di hutan Ketambe.

“Luas wilayah jelajahnya di Ketambe mencapai 30 hektar. Di hutan Soraya, Kota Subulussalam, area jelajahnya 8,48-25,06 hektar, sementara di Bahorok, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 12,3-15,7 hektar,” jelasnya.

Baca juga: Kebiasaan Aneh Kambing Hutan Sumatera, Main di Tebing dan Menyendiri di Goa

 

Kedih dapat dikenali dengan jambul di kepalanya. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Perburuan masih ada

Kedih yang hidup di hutan primer dan sekunder, kadang masuk areal perkebunan masyarakat. Kondisi ini membuatnya dianggap hama, sehingga tak jarang diburu. Selain tentunya, rusaknya habitat yang membuat hidupnya terancam.

Syahrul, pegiat lingkungan di Banda Aceh, Rabu [22/6/2022] mengatakan, meskipun berstatus dilindungi, kedih yang dianggap primata lucu, tak luput diburu untuk dipelihara.

“Masih ada saja masyarakat yang memelihara, padahal statusnya terancam punah,” paparnya.

 

Kedih merupakan satwa dilindungi. Artinya, kedih tidak boleh dipelihara terlebih diburu untuk diperjualbelikan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version