Mongabay.co.id

Canggih, Suara Digunakan untuk Deteksi Kesehatan Terumbu Karang di Spermonde

 

Suara menjadi ukuran sederhana kondisi kesehatan manusia. Apabila sedang kurang sehat, misalnya demam atau batuk, suara yang dihasilkan akan berbeda. Sama halnya dengan penyanyi, apabila sedang tidak dalam kondisi yang fit, suara yang dihasilkan kurang merdu. Telinga kita bisa mendeteksi dengan mudah secara alamiah kondisi kesehatan seseorang dengan suara yang didengar oleh kita.

Pengukuran suara sederhana itulah yang sedang dimanfaatkan para peneliti untuk mengetahui kondisi kesehatan terumbu karang. Sebab, terumbu karang juga bersuara. Jika tak percaya cobalah menyelam  atau snorkeling di sebuah pantai dengan banyak terumbu karang. Ketika di dalam air, mungkin Anda akan mendengar ada suara-suara yang sampai ke telinga. Itulah suara terumbu karang.

Para peneliti dari University of Exeter, Inggris, mencoba mempelajari suara yang dihasilkan terumbu karang. Mereka memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mengetahui kondisi kesehatannya karang. Kita tahu bahwa AI biasa diaplikasikan di berbagai bidang kehidupan.

baca : Unik, Terumbu Karang jadi Obat Kulit bagi Lumba-lumba

 

Teknologi artifisial inteligence melalui rekaman suara yang digunakan untuk mendeteksi kesehatan terumbu karang di perairan Spermonde, Sulsel. Sumber : Ben William, dkk/Science Direct

 

Dalam penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Ecological Indicator itu, para peneliti merekam suara terumbu karang dengan mengatur algoritma komputer. Komputer tersebut dibuat khusus untuk memahami rekaman bunyi-bunyi terumbu karang yang sehat dan tidak sehat (terdegradasi). AI yang diprogram tersebut memungkinkan untuk mempelajari perbedaannya.

Proyek penelitian dengan nama “Ecoacoustic” ini merupakan bagian dari program restorasi terumbu karang. Biasanya, pemantauan ekologi habitat laut bergantung pada hasil survei secara visual. Namun metode semacam ini terbentur waktu, sumber daya, biaya, sehingga kurang efisien. Automated passive acoustic monitoring (PAM) adalah satu solusi untuk melakukan pemantauan habitat laut yang lebih berkelanjutan karena biayanya rendah.

Perekaman bunyi dilakukan di beberapa lokasi di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan yaitu di Pulau Badi dan Pulau Bontosua. Rekaman dibuat di tujuh lokasi yang mencakup empat jenis habitat terumbu yang berbeda: sehat (Badi & Bontosua), terdegradasi (Bontosua & Salisi), dewasa dipulihkan (Badi & Bontosua) dan baru dipulihkan (Salisi).

Untuk menangkap akustik karang, peneliti merekam selama Agustus-September 2018 lalu. Setiap rekaman difilter menggunakan filter transform band-pass fourier jangka pendek menjadi tiga pita frekuensi: frekuensi rendah (0,05–0,8 kHz), frekuensi menengah (2–7 kHz) dan broadband (0,05–20 kHz). Hal itu dilakukan sebagai bagian dari program Mars Coral Reef Restoration Project, pemulihan terumbu karang yang rusak berat di Indonesia.

baca juga : Dulu Penambang, Kini Pelestari Terumbu Karang

 

Lokasi penelitian Ben William, dkk yang mendeteksi kesehatan terumbu karang melalui rekaman suara di perairan Spermonde, Sulsel. Sumber : Ben William, dkk/Science Direct

 

Para ilmuwan melatih algoritma komputer menggunakan beberapa rekaman terumbu karang yang sehat dan terdegradasi sehingga memungkinkan mesin untuk mempelajari perbedaannya. Komputer kemudian menganalisis sejumlah rekaman baru, dan berhasil mengidentifikasi kesehatan terumbu karang 92%.

“Terumbu karang menghadapi berbagai ancaman termasuk perubahan iklim, sehingga pemantauan kesehatan terumbu karang serta keberhasilan proyek konservasi ini sangatlah penting,” kata Ben Williams, peneliti utama proyek tersebut, dikutip dari Science Direct, Kamis (16/6/2022) lalu.

Kesulitan dalam penelitian, disebutkan Ben, dikarenakan ikan dan makhluk lain yang hidup di sekitar terumbu karang juga mengeluarkan banyak suara. Banyak pula terumbu karang yang aktif di malam hari dengan kompleksitas suara yang dihasilkan lebih beragam.

“Pendekatan kami terhadap masalah itu adalah dengan menggunakan machine learning, untuk melihat apakah komputer dapat mempelajari suara terumbu karang tersebut,” tambah Ben. Ia mengatakan, “Temuan kami menunjukkan bahwa komputer dapat mengambil pola yang tidak terdeteksi oleh telinga manusia. Ini dapat memberi tahu kita lebih cepat, dan lebih akurat, bagaimana keadaan terumbu karang,”

menarik dibaca : Gelasa, Pulau Perawan Bertabur Terumbu Karang Purba

 

Berbagai kondisi terumbu karang yang rusak, baru direstorasi dan sehat yang dideteksi dengan teknologi AI melalui rekaman suara di perairan Spermonde, Sulsel. Sumber : Ben William, dkk/Science Direct

 

Peneliti lain, Dr. Tim Lamont dari Universitas Lancaster, Inggris bilang, seandainya metode AI yang dibuat memberikan peluang dalam meningkatkan pemantauan terumbu karang yang lebih berkelanjutan. “Ini adalah perkembangan yang sangat menarik. Perekam suara AI dapat digunakan di seluruh dunia untuk memantau kesehatan terumbu karang, dan menemukan apakah upaya untuk melindungi dan memulihkannya berhasil atau tidak.”

Dalam banyak kasus, lanjut Lamont, lebih mudah dan lebih murah menggunakan hidrofon yang ditempatkan di terumbu karang daripada meminta penyelam ahli untuk melakukan survei terumbu karang berulang kali untuk mengecek kondisi mereka. Terlebih lagi bila lokasinya terpencil, maka survei yang dilakukan perlu usaha lebih. Akan tetapi, kelemahan penelitian ini, algoritma komputer itu tetap perlu dikembangkan untuk akurasi data yang lebih baik.

 

Ilustrasi. Seorang penyelam sedang melihat biodiversitas terumbu karang yang luar biasa di perairan Kepulauan Lease, Maluku Tengah, Maluku. Foto : Purwanto / Coral Triangle Center

 

Sumber : sciencedirect.com dan sciencedaily.com

 

Exit mobile version