Mongabay.co.id

Foto: Perilaku Unik Seriwang Nusa Tenggara

 

 

Keunikan kawasan Nusa Tenggara tak hanya terlihat dari bentang alam dengan pulau kecil eksotiknya, namun juga pada keanekaragaman hayatinya. Terutama, jenis burung yang indah dan khas.

Sebut saja seriwang nusa tenggara [Terpsiphone floris]. Burung mungil nan cantik ini merupakan endemik kawasan Nusa Tenggara. Artinya, hanya dapat dijumpai di Pulau Sumbawa, Flores, Alor, dan Sumba.

Sebelumnya, burung ini tergabung dengan jenis seriwang asia [Terpsiphone affinis], namun dipisah sebagai jenis yang berbeda.

James A. Eaton et al., dalam Birds of the Indonesian Archipelago: Greater Sundas and Wallacea [2016] menuliskan jenis ini menghuni hutan dan tepiannya tidak melebihi ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut [mdpl].

Baca: Kakatua Sumba, Burung yang Dijuluki Kaka oleh Masyarakat Sumba

 

Pejantan seriwang nusa tenggara [Terpsiphone floris]. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Seriwang nusa tenggara adalah jenis yang aktif berkicau saat terbang dan berpindah dari satu tajuk pohon ke pohon lain. Ia cukup sensitif dengan kehadiran manusia, namun kehadirannya cukup mudah dikenali.

Sang jantan, memiliki ekor panjang berwarna putih dengan bagian kepala hitam. Betina berbulu cokelat merah-karat dengan ekor lebih pendek. Saat terbang, keduanya kerap berpasangan.

Baca: Perkici Oranye, Paruh Bengkok yang Jadi Korban Penyelundupan di Sumba

 

Betina seriwang nusa tenggara [Terpsiphone floris]. Foto Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Di Pulau Sumba, masyarakat Sumba Timur menyebut burung ini “kanuhu”. Menurut Marthen, tokoh adat Desa Persiapan Wotubokul, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur, daya magis burung ini terpancar dalam budaya Sumba.

“Bagi kami, jika kanuhu hinggap di pohon pekarangan rumah atau kebun, artinya akan ada keberuntungan bagi pemilik rumah/kebun itu,” ujarnya, baru-baru ini.

Baca juga: Memantau Julang Sumba di Taman Nasional Matalawa

 

Pejantan seriwang memberi makan anaknya. Foto Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Mengintip perilaku di sarang

Kecantikan seriwang nusa tenggara menjadi daya tarik birdwatcher untuk datang ke Pulau Sumba.

Jenis ini menganyam sarangnya dari campuran rumput dan ranting kecil, berbentuk bulat. Tangkai pohon digunakan sebagai sandaran atau topangan sarang.

Setelah betina bertelur, pejantan akan bergantian dengan betina menjaga dan mengerami telur dari ancaman predator.

 

Betina seriwang nusa tenggara memberi makan anaknya. Foto Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Saat mengeram selesai, kekompakan jantan dan betina semakin terlihat. Anakan yang baru netas, diberi makan oleh keduanya sepanjang hari. Mereka bergantian mencari makan untuk sang anak, namun tetap waspada dengan keadaan di luar sarang.

Selagi pejantan mencari makan, betina berada di sekitar sarang. Begitu pula sebaliknya, jantan menjaga sarang saat betina pergi mencari makan.

Pakan yang diberikan kepada sang anak berupa serangga kecil, larva, kupu-kupu, bahkan capung.

Sekitar seminggu, tubuh anakan seriwang nusa tenggara mulai ditumbuhi bulu berwarna cokelat, mirip induknya. Baik sang jantan maupun betina, akan terus memberi makan anaknya bergantian hingga dewasa, sembari mengajari terbang.

 

Sang betina memberi makan anaknya di luar sarang sembari mengajari terbang. Foto Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Ancaman dan tren populasi

Berdasarkan International Union for Conservation of Nature [IUCN], status konservasi seriwang nusa tenggara adalah Least Concern atau Berisiko Rendah dengan tren populasi stabil.

Namun, jenis yang sering disebut burung tali pocong ini, tidak lepas dari ancaman perburuan di alam. Para penghobi burung marak memelihara dan menawarkan jenis ini di grup media sosial Facebook.

Terlebih statusnya tidak dilindungi dalam Peraturan Menteri LHK No. P 106 tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

 

Seriwang nusa tenggara merupakan jenis burung endemik pada kawasan Nusa Tenggara. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Vincent Nijman et al., dalam Disentangling the Legal and Illegal Wildlife Trade–Insights from Indonesian Wildlife Market Surveys [2022] menuliskan, para konservasionis secara sempit berfokus pada apakah suatu spesies dilindungi secara hukum. Sementara, di sebagian besar negara ada undang-undang dan peraturan yang memandu perdagangan hewan tangkapan liar.

Menurut dia, salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya pelanggaran hukum adalah ketika perdagangan yang melibatkan spesies tidak dilindungi, sering terjadi kekurangan kuota panen. Atau, perdagangan terjadi justru di atas kuota yang dialokasikan.

Sudah sepatutnya, burung endemik seperti seriwang nusa tenggara, mendapat perhatian penuh dalam upaya pelestarian satwa liar Indonesia.

 


 

* Muhammad Solehpegiat konservasi di Sumba Wildlife. Komunitas ini merupakan kumpulan pengamat burung liar di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

 

Exit mobile version