Mongabay.co.id

Apa Bedanya Belimbing Wuluh dan Asam Sunti?

 

 

Buahnya lonjong hijau muda, ketika matang berwarna kekuningan kusam dengan kandungan air tinggi. Sebelum berbuah, bunganya berwarna merah kecil, berbentuk seperti bintang.

Inilah belimbing wuluh [Averrhoa bilimbi], tanaman yang biasa dimanfaatkan untuk keperluan dapur. Di pasar, buah ini masih mudah didapat dengan harga jual lumayan murah.

Baca: Belimbing Wuluh, Buah Asam yang Berpotensi Menghasilkan Listrik

 

Belimbing wuluh di pohon. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Rahel Aulia Saraswati dan Endang Setyaningsih dalam makalah di Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek III 2018  Surakarta, 5 Mei 2018 menjelaskan, belimbing wuluh merupakan buah yang mengandung Vitamin C cukup besar.

“Dalam 100 gram belimbing wuluh terkandung 52 miligram. Namun, Vitamin C kurang diminati masyarakat, karena rasanya sangat asam. Masyarakat hanya menggunakannya untuk bumbu masakan,” terang mereka dalam makalah berjudul Potensi Tanaman Belimbing Wuluh Terhadap Beberapa Penyakit Pada Sistem Cardiovascular.

Rahel dan Endang menjelaskan, belimbing wuluh mengandung tanin, flavonoid, pectin, kalium oksalat, asam galat, dan asam ferulat.

“Tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit seperti batuk, tifus, malaria, kardiovaskular, dan infeksi kulit.”

Baca: Pohon Aren, Kolang-Kaling, dan Jasa Musang

 

Belimbing wuluh yang telah dipetik dijemur satu hingga dua hari. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Oktadoni Saputra dan Nur Anggraini di Jurnal Majority terbitan Fakultas Kedokteran Unila menjelaskan, belimbing wuluh berkhasiat penyembuhan jerawat atau acne vulgaris.

Jerawat muncul karena penderita memiliki kadar androgen serum dan sebum lebih tinggi dibandingkan orang normal, meskipun masih batas normal.

“Terapi non-farmakologi yang dapat digunakan, salah satunya dengan memanfaatkan ekstrak belimbing wuluh, yang memiliki nilai medis tinggi mulai akar, batang, daun hingga buah.”

Baca: Jengkol, Tumbuhan Kaya Manfaat Asli Indonesia

 

Belimbing wuluh dijemur di bawah terik matahari untuk dijadikan asam sunti. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut mereka, ekstrak belimbing wuluh berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Ada kandungan flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tanin.

“Dalam penelitian menunjukkan, ekstrak daun belimbing wuluh konsentrasi 10,5, 11, dan 12 persen adalah steril 0 Colony Forming Units [CFU/ml] atau satuan pembentuk koloni,” jelas penelitian itu.  

Baca juga: Akar Kuning Banyak Dicari di Hutan Leuser, Mengapa?

 

Belimbing wuluh dijemur lagi setelah ditaburi garam. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sebagai bahan masakan

Bagi masyarakat Aceh, buah belimbing wuluh dimaksimalkan sebagai bahan masakan.

“Hampir semua masakan menggunakan belimbing wuluh. Pohonnya banyak di pekarangan warga,” ujar Saudah, masyarakat Lamlhom, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Selasa [05/07/2022].

Saudah mengatakan, buahnya selama ini hanya dimanfaatkan untuk bumbu sementara bunganya dikonsumsi bagi mereka yang susah menelan atau bibir pecah-pecah karena panas dalam.

“Daunnya bisa juga dipakai untuk mengusir lalat di rumah,” ujarnya.

 

Bilimbing wuluh yang telah dikeringkan dan ditaburi garam ini dinamakan asam sunti, yang tahan hingga berbulan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Saudah melanjutkan, jika disimpan lama, belimbing wuluh akan busuk dan kulit buahnya pecah mengeluarkan air, sehingga tidak bisa dijadikan bahan masakan.

Masyarakat Aceh memiliki cara mengolahnya agar tahan lama, bahkan dapat disimpan hingga berbulan. Belimbing wuluh dijadikan asam sunti. Caranya cukup mudah, karena bahan yang dibutuhkan hanya belimbing wuluh dan garam.

“Setelah belimbing wuluh dipetik dan dibersihkan dengan air, lalu dijemur. Bagusnya, media jemur terbuat dari anyaman daun kelapa atau tampah,” jelasnya.

 

Asam sunti yang digunakan masyaralat Aceh sebagai bumbu masakan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Jika matahari terik, penjemuran tahap pertama bisa berlangsung satu atau dua hari, setelah itu ditaburi garam merata pada sore hari. Berikutnya, endapkan pada wadah tertutup seperti ember.

“Besoknya jemur lagi. Proses ini butuh waktu satu atau dua hari hingga belimbing berwarna kecokelatan dan sedikit keriput. Tapi, jangan terlalu kering karena dapat menghilangkan rasa, karena kadar airnya sudah tidak banyak,” terang Saudah.

 

Exit mobile version