Mongabay.co.id

Ilmuwan Temukan Cacing Super Pemakan Sampah Plastik

 

 

Produk-produk kemasan, peralatan makan sekali pakai, polystyrene adalah bentuk plastik yang paling umum kita jumpai. Mendaur ulang plastik-plastik tesebut tidak mudah dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah atau di lautan yang sangat mengancam kehidupan satwa laut.

Para ilmuwan di Universitas Queensland, Australia menemukan bahwa superworm atau cacing super Zophobas morio, dapat hidup hanya dengan memakan polystyrene atau yang lebih dikenal dengan styrofoam.

Chris Rinke, yang memimpin penelitian ini menyebutkan bahwa waxworm kecil dan mealworm alias ulat hongkong memiliki reputasi yang baik dalam memakan plastik. Riset ini telah diterbitkan di Jurnal Microbiology Society, edisi 9 Juni 2022.

Para peneliti menemukan bahwa cacing-cacing super ini dapat bertahan hidup hanya dengan diet polistiren, yaitu beragam produk yang kita pakai sehari-hari, mulai cangkir hingga kemasan styrofoam.

Superworm ini tumbuh hingga 5 cm dan dibesarkan sebagai sumber makanan untuk reptil dan burung, atau bahkan untuk manusia di negara-negara seperti Thailand dan Meksiko.

“Kemampuan cacing memproses plastik menunjukkan bahwa plastik sangat efisien dipecah di saluran pencernaan makhluk tersebut. Mereka pada dasarnya seperti mesin pemakan,” ujarnya, dikutip dari Science alert.

Baca: Mengapa Kura-kura Bisa Hidup Begitu Lama?

 

Inilah cacing super pemakan plastik. Foto: Universitas Queensland, Australia

 

Untuk menyelidiki bagaimana mikrobioma usus superworm bereaksi terhadap diet plastik murni, para peneliti mengambil sample 135 cacing menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama hanya diberi dedak gandum, yang kedua hanya diberi makan polistiren lunak, dan yang ketiga tidak diberi apa-apa.

Semua cacing dimonitor untuk melihat adanya aktivitas kanibalisme, sedangkan cacing yang tidak diberi makan apa-apa diisolasi satu sama lain. Hasilnya, larva yang diberi makan dedak secara signifikan lebih sehat daripada rekan mereka yang diberi makan plastik atau yang tidak diberi makan.

Lebih dari dua kali lipat berat badan mereka selama tiga minggu kemudian dipantau. Setelah itu, beberapa cacing dari masing-masing kelompok disisihkan untuk tumbuh menjadi kumbang.

Sembilan dari 10 cacing yang diberi makan dedak berhasil tumbuh menjadi kumbang dan mempertahankan mikrobioma usus paling beragam dari ketiga kelompok. Sedangkan larva yang diberi makan plastik, pertumbuhannya kurang baik. Namun, bobot mereka masih lebih berat daripada cacing yang kelaparan, dan dua pertiga dari mereka tumbuh menjadi kumbang.

“Kami pastikan bahwa cacing super dapat bertahan hidup dengan diet polistiren tunggal, dan bahkan mendapatkan tambahan berat badan. Hal ini  menunjukkan bahwa cacing dapat memperoleh energi dari makan polistiren,” katanya dikutip dari Scientific America.

Meskipun superworm yang diberi makan dengan polystiren menyelesaikan siklus hidup mereka, menjadi pupa dan kemudian menjadi kumbang dewasa yang berkembang penuh, tes mengungkapkan hilangnya keragaman mikroba dalam usus mereka dan patogen potensial.

Baca: Terungkap. Rahasia Tardigrada Sebagai Hewan Paling Tangguh di Dunia

 

Polistiren yang terlihat di tubuh cacing pemakan plastik ini. Foto: Universitas Queensland, Australia

 

Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun serangga dapat bertahan hidup dengan polystyrene, itu bukan makanan bergizi dan berdampak pada kesehatan mereka.

“Jelas bahwa polistiren adalah makanan yang buruk untuk larva. Tetapi, tampaknya mereka dapat mengekstrak setidaknya beberapa energi dari materi pada plastik,” kata Rinke.

Menurutnya, ini terjadi mungkin karena hubungan simbiosis antara superworm dan bakteri ususnya. Cacing pada dasarnya mencabik-cabik plastik sehingga bakteri dapat menguraikan dan memecahnya menjadi molekul lebih kecil, yang mungkin lebih mudah dicerna. Atau mungkin, suatu hari nanti dapat didaur ulang untuk membuat plastik baru.

Selanjutnya, tim menggunakan teknik yang disebut metagenomics untuk menganalisis komunitas usus mikroba dan menemukan enzim pengkodean gen mana yang terlibat dalam mendegradasi plastik.

Salah satu cara untuk menggunakan temuan ini adalah dengan menyediakan sisa makanan atau bioproduk pertanian bagi cacing super untuk dikonsumsi bersama polystyrene.

“Ini bisa menjadi cara untuk meningkatkan kesehatan cacing dan untuk menangani limbah makanan dalam jumlah besar di negara-negara Barat,” kata Rinke.

Baca juga: Tidak Bergerak 7 Tahun, Salamander Ini Tetap Hidup

 

Bentuk larva cacaing super Zophobas morio. Foto: Wikimedia Commons/André Karwath /CC BY-SA 2.5

 

Mengetahui dengan tepat enzim bakteri mana yang digunakan mikroba usus ini untuk memecah polistiren adalah hal yang sangat berharga, guna mereplikasi prosesnya dalam skala besar di masa depan. Studi baru ini mengidentifikasi enzim-enzim tersebut dan memerlukan pengurutan genom organisme dalam usus cacing.

“Menggunakan metagenomik, kami sebenarnya dapat mengkarakterisasi semua gen dalam mikrobioma pencernaan. Studi sebelumnya tentang serangga lain tidak begitu komprehensif, dengan fokus hanya pada satu atau dua kemungkinan bakteri usus atau enzim,” menurut Rinke.

Dia dan rekan-rekannya tidak menyarankan cacing super dilepaskan begitu saja ke tempat pembuangan sampah atau lanskap yang tercemar untuk mengunyah tumpukan plastik. Inti dari penelitian ini adalah menemukan bahwa mikrobioma usus cacing yang unik, kemungkinan besar akan memegang kunci untuk mengembangkan proses kimia mengurai bahan-bahan plastik tersebut.

Sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia telah mencemari hampir seisi planet, dari sekitar rumah kita, hingga kutub utara, bahkan di dasar palung laut terdalam. Material satu ini membutuhkan waktu sangat lama, hingga jutaan tahun untuk dapat sepenuhnya terurai.

 

Exit mobile version