- Kemarau sudah memasuki masa puncak di Riau. Kebakaran hutan dan lahan pun sudah menyebar berbagai kabupaten dan kota di Riau. Berdasarkan rekapitulasi karhutla dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal, luasan melebihi 1.000 hektar.
- BMKG Pekanbaru memprediksi kemarau sejak Mei lalu. Puncaknya Juni dan Juli. Agustus, masih kategori kemarau. September, peralihan menuju musim penghujan. Oktober, sebagian besar wilayah Riau sudah masuk musim penghujan, tetapi masih ada wilayah dalam masa transisi kemarau ke penghujan.
- Berdasarkan prakiraan cuaca dan hotspot yang saban hari dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Rokan Hilir sangat minim potensi hujan dalam beberapa minggu terakhir. Akibatnya titik panas pun paling banyak bermunculan di wilayah itu.
- Untuk antisipasi karhutla, BMKG Pekanbaru terus beri informasi kondisi cuaca harian berikut analisis curah hujan dan hari tanpa hujan tiap-tiap daerah. Marzuki, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, mengatakan, dinamika atmosfir selalu berubah-ubah karena itu mereka terus memantau.
Kebakaran hutan dan lahan sudah menyebar berbagai kabupaten dan kota di Riau. Berdasarkan rekapitulasi karhutla dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal, luasan melebihi 1.000 hektar.
Sebaran karhutla cukup cepat. Minggu terakhir Maret lalu, ketika Gubernur Syamsuar menetapkan status siaga darurat karhutla, luas baru 168,66 hektar. Kini, setengah dari 12 kabupaten dan kota di Riau menetapkan status siaga darurat.
Setelah Bengkalis dan Kepulauan Meranti—yang jadi acuan Pemerintah Riau menetapkan status siaga darurat karhutla—menyusul Pelalawan, Siak, Kampar, Indragiri Hilir dan Rokan Hulu.
Kabupaten Rokan Hilir termasuk wilayah dengan kebakaran cukup luas namun belum menetapkan status siaga darurat seperti kabupaten lain.
Hari Dharma Putra, Kepala Pelaksana BPBD Rokan Hilir, mengatakan, status siaga darurat karhutla yang ditetapkan provinsi sudah cukup karena berlaku untuk seluruh wilayah.
Minggu lalu, Edy Afrizal mengirim Tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB) di Rokan Hilir dengan dilengkapi berbagai peralatan pemadam kebakaran. Saat ini, katanya, tim masih berjibaku memadamkan api baik lewat darat maupun bom air dari udara.
“Muncul titik api baru, setelah titik api sebelumnya dipadamkan,” kata Edy, dihubungi, 19 Juli lalu. Saat bersamaan, tim juga sempat memadamkan api di Kota Dumai, tetapi sudah selesai teratasi.
Kebakaran di Rokan Hilir terjadi beberapa hari sebelum tim terjun membantu Satgas Karhutla di daerah. BNPB sempat merilis kejadian pada 10 Juli. Luas kebakaran 27 hektar tersebar di empat kecamatan, Sinaboi, Rimba Melintang, Kubu dan Pasir Limau Kapas.
Asap karhutla di Pasir Limau Kapas, tepatnya di Kepenghuluan Panipahan Laut, salah satu titik kebakaran yang diumumkan BNPB sempat menyelimuti kepenghuluan sebelahnya, Panipahan Darat.
Selama beberapa hari, sore jelang malam hingga pagi, bau asap tipis menyengat di hidung. Bahkan, kadang tercium di dalam rumah.
“Semalam sudah berhasil kami padamkan titik kebakaran terakhir. Kami masih berjaga-jaga bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas,” kata Penghulu Panipahan Laut, Mustari, 20 Juli lalu.
Kebakaran, katanya, di lahan masyarakat, Jalan Telaga Suka dan Mujahidin. Tahun ini, sudah dua kali kebakaran lahan. Belum ada hujan di wilayah itu.
Saat ini, kebakaran di Rokan Hilir juga meluas di Kecamatan Bangko, tepatnya di Kepenghuluan Labuhan Tangga Besar dan Labuhan Tangga Hilir. Areal terbakar berupa semak dan sebagian sawit di gambut dalam. Tim pemadam kesulitan mencari sumber air, diperparah cuaca panas dan angin kencang.
“Permasalahan karhutla ini tak jauh-jauh dari pembukaan lahan. Kalau ini bencana, oke. Tapi kalau disengaja, terus ditanam sawit, sakit rasanya,” kata Hari Dharma Putra, saat dihubungi, 20 Juli.
Hari mendesak penegakan hukum.
Luas kebakaran di Rokan Hilir lebih 100 hektar. Dalam waktu dekat, Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke 40 tingkat provinsi akan diselenggarakan di Bagansiapiapi, pusat pemerintahan kabupaten itu.
Wakil Bupati Sulaiman, mengatakan tim Satgas bergerak terus tiap hari memadamkan api. “Saya ingin pokoknya selesaikan karhutla. Pak Bupati dalam tiap rapat juga minta karhutla harus bisa teratasi jelang pelaksanaan MTQ.”
Tim dari Pekanbaru dan Dumai bahkan Satuan Polisi Pamong Praja turut membantu pemadaman. Titik api hilang timbul. Cuaca cukup panas. Tak ada hujan dan kering. “Pening nih. Selain hutan, air pun tak ada lagi. Dapat laporan dari anggota kebakaran juga terjadi di lahan perusahaan. Tapi kita belum pastikan,” kata Sulaiman.
Cuaca
Berdasarkan prakiraan cuaca dan hotspot yang saban hari dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Rokan Hilir sangat minim potensi hujan dalam beberapa minggu terakhir. Akibatnya titik panas pun paling banyak bermunculan di wilayah itu.
Marzuki, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, mengatakan, saat ini seluruh wilayah Riau memasuki musim kemarau. Tingkat kekeringan di Rokan Hilir, sebelumnya juga terjadi di wilayah lain. Secara bergantian dan berpindah-pindah dari Rokan Hulu ke Kampar terlebih dahulu.
“Kontribusi dan distribusi curah hujan tidak sama. Sifatnya juga tidak merata. Memang akan terjadi pengurangan curah hujan. Prediksi kami, memang wilayah Riau puncak musim kering bergantian,” katanya via telepon, 20 Juli.
Kondisi itu sejalan dengan informasi iklim dasarian II Juli 2022 di Riau yang dirilis Kepala Stasiun Klimatologi Kampar, Ayi Sudrajat, yang diterima Mongabay melalui WhatApps Grup, hari yang sama.
Berdasarkan peta monitoring hari tanpa hujan, Rokan Hilir masuk kategori menengah dan panjang yang berlangsung 11 sampai 20 hari. Curah hujan juga tergolong rendah antara 0-50 milimeter.
Tahun ini, BMKG Pekanbaru perkirakan musim hujan dan kemarau di wiilayah Riau kategori normal. Saat musim kemarau tahun ini tak terlalu kering karena fenomena la-nina lemah.
Walau musim kemarau, Riau masih berpotensi hujan ringan sampai sedang. Tipe iklim itu karena dipengaruhi letak wilayah Riau pada garis ekuatorial.
BMKG Pekanbaru memprediksi kemarau sejak Mei lalu. Puncaknya Juni dan Juli. Agustus, masih kategori kemarau. September, peralihan menuju musim penghujan. Oktober, sebagian besar wilayah Riau sudah masuk musim penghujan, tetapi masih ada wilayah dalam masa transisi kemarau ke penghujan.
“Terjadi transisi secara bertahap mulai September sampai Oktober. Terutama disebagian wilayah Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Mungkin akhir Oktober baru masuk musim penghujan,” kata Marzuki.
Untuk antisipasi karhutla, BMKG Pekanbaru terus beri informasi kondisi cuaca harian berikut analisis curah hujan dan hari tanpa hujan tiap-tiap daerah.
Marzuki bilang, dinamika atmosfir selalu berubah-ubah karena itu mereka terus memantau.
Tim Satgas juga terus mengendalikan karhutla. Edy mengatakan, juga dilakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mencegah kebakaran meluas. Wilayah dengan potensi awan yang menghasilkan curah hujan akan semai dengan garam.
Saat ini, dua heli water boombing dan 1satu patroli dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan BNPB, terus mengudara.
*******