Mongabay.co.id

Aji Asmuni, Menjaga Ketahanan Pangan dari Halaman Rumah

 

 

Hujan baru reda. Tanpa alas kaki, Aji Asmuni [41] keliling halaman rumahnya, memindahkan sejumlah pot sayur dan bunga. Sesekali, dia memotong daun tua lalu mengumpulkannya dalam karung.

“Saya jadikan pupuk kompos,” terangnya kepada Mongabay Indonesia, Senin [25/07/2022].

Halaman rumah Aji sekitar 210 meter persegi, dengan luas bangunan 36 meter persegi. Di lahan itu, dia menanam cabai, tomat, terong, kacang, labu siam, dan daun bawang.

Ada juga umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat seperti talas, singkong, maupun ubi jalar. Pohon cermai, alpukat, belimbing bintang, hingga jambu jamaica, turut dirawatnya.

Di pojok rumah, Aji menanam lengkuas, jahe, kunyit, serai, temulawak, pala, daun salam, dan kelor.

“Setahun terakhir kami panen dari halaman ini. Selain menghemat biaya hidup, berkebun membuat kami sekeluarga makin sehat.”

Aji berprinsip, menanam di halaman rumah adalah usaha seminimal mungkin untuk menyelamatkan Bumi dari krisis perubahan iklim.

“Bercocok tanam ini selain alasan ketahanan pangan, juga sebagai healing. Rumah makin sejuk, kupu-kupu dan capung sering datang.”

Baca: Melirik Talas Sebagai Potensi Pangan Masyarakat Indonesia

 

Aji Asmuni menunjukkan buah labu siam siap panen. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Pandemi dan bunga

Aji Asmuni adalah wiraswasta yang membuka usaha percetakan. Dia mantan jurnalis di Rejang Lebong, Bengkulu, yang selama ini belum terbiasa bertani. Orang tuanya wiraswata, masa kecilnya lebih banyak dihabiskan di pasar, membantu usaha keluarga.

“Kegiatan menanam ini bermula saat awal pandemi corona,” tuturnya.

Ketika itu, semua kegiatan terhenti. Usaha percetakan tak ada pelanggan. Orang-orang wajib berdiam di rumah. Aji dan keluarga kecilnya sempat goyang secara ekonomi.

“Saya dan istri mengisi waktu dengan menanam bunga dan tumbuhan di halaman rumah, pertama kami yang kami rawat adalah bunga hias dari aglaonema.”

Aglaonema adalah tanaman hias dari Suku Araceae atau talas-talasan. Sebutannya, sri rezeki. Tanaman ini memiliki 30 spesies, ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Tumbuh subur di area intesitas penyinaran rendah dan kelembaban tinggi.

“Kami tidak berburu untuk koleksi, hanya merawat 6 jenis saja seperti dut white, big roy, blenceng sparkle hingga blenceng zebra,” ujarnya.

Baca: Jamur Tiram, Sumber Bahan Pangan yang Suburkan Lahan

 

Aji Asmuni merapikan tanaman bunganya. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Aji juga menanam Philodendron, masih dari Suku Araceae. Di halaman rumahnya ada sembilan jenis seperti Philodendron epipremnum aureum atau sirih gading kuning gantung, moonlight, Philodendron monstera obliqua, crocodile hingga Philodendron selloum.

Setelahnya selera Aji bertambah, ia tertarik pada paku-pakuan atau pakis-pakisan. Alasannya sederhana, banyak ditemukan secara liar di perkampungannya.

Ada 17 jenis pakis di halaman rumahnya seperti pakis haji, pakis boston, cinnamon, maidenhair atau suplir, lady, kelabang atau nephrolepis, hingga pakis bambu air atau Equisetum hymale.

“Empat jenis pakis tumbuh sendiri di halaman rumah tanpa ditanam,” kata Aji.

Ia juga menambahi daftar koleksi anggrek, sebanyak 10 jenis, mulai anggrek tanah, hingga anggrek bulan.

“Tanaman itu semua membuat udara makin segar.”

Sore itu, Aji memanen kacang kecipir, daun pepaya jepang, labu siam, labu wuluh, dan tomat.

“Kacang dan sayuran bisa dibuat lalap. Labu siam enak untuk tumisan. Sedangkan labu wuluh nikmat dibuat bubur, puding, kolak, puding, atau dimasak dengan santan.”

Menanam di halaman pun menghasilkan uang. Aji sudah beberapa kali panen labu siam, dijual ke warung sayur. Begitu juga serai, ditawar borongan oleh pedagang pasar dengan harga ideal.

“Terbukti bisa diandalkan.”

Baca: Duku Komering, Si Manis yang Rentan Terhadap Perubahan Iklim

 

Aji Asmuni menunjukkan sayuran yang dipetik di halaman rumahnya. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Bangga menanam

Kini, Aji giat mengajak tetangga rumah, sanak keluarga, dan temannya untuk memanfaatkan halaman rumah. Dia tidak sungkan berbagi bibit.

“Silakan ambil labu siam di rumah, buahnya banyak. Sayuran lain juga tersedia. Menanam bisa menjamin kesehatan, karena dari tanaman organik, sekaligus menghemat pengeluaran rumah tangga.”

Aji sudah mengumpulkan beberapa temannya, yang tergerak menanam. Menurutnya, menanam harus ada kebanggaan.

“Menanam dan menjadi petani tidak boleh minder.”

Baca juga: Rahasia Jagung Manis, Rasa Manisnya Berkurang Jika Terlalu Lama Disimpan

 

Sayuran yang dipetik dari menanam di halaman rumah. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia.

 

Aji sangat tak setuju bila petani dinilai kuno, kampungan, dan ketinggalan zaman. Baginya, bertani adalah peluang besar menciptakan keluarga sehat sejahtera dan mampu menyelamatkan Bumi dari krisis global.

“Terbukti, pandemi dua tahun terakhir mengancam ketahanan pangan beberapa negara. Bahkan, penduduk di kota-kota besar negara kita ikut terdampak, ada yang kekurangan bahan pangan karena tidak bisa bekerja atau tidak mampu membeli kebutuhan makan.”

Sedangkan petani di desa, tetap aman sebab menyimpan sejumlah bahan pangan.

“Saya dan sejumlah teman tengah merintis Komunitas Bangga Menanam. Harapannya, semangat lingkungan menyebar luas di Bengkulu,” paparnya.

 

Exit mobile version