Mongabay.co.id

Mengenang Decky Rumaropen, Penggerak Kemandirian Ekonomi Orang Papua

 

 

 

 

 

Kalau bicara kakao organik dari Papua, nama Decky Rumaropen, akan jadi satu sosok yang berjasa mewujudkan itu. Pada 26 Juli lalu, Direktur Yayasan Pembangunan Masyarakat Desa ini meninggal dunia di RS Provita Jayapura karena sakit dalam usia 63 tahun. Decky juga salah satu pendiri Forum Kerjasama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker LSM).

Dia bergabung dengan YPMD pada 1988, usai menamatkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Cenderawasih, Jayapura.

YPMD, organisasi yang terakhir dipimpinnya itu memiliki jejak panjang dalam gerakan masyarakat sipil di Papua. Dikutip dari Jubi, YPMD berdiri pada 8 Desember 1984. Salah satu pendiri sekaligus direktur pertama adalah George Junus Aditjondro.

Program-program organisasi ini yang cukup terkenal kala itu antara lain penerbitan buletin Kabar dari Kampung (KdK), program kesehatan lingkungan melalui pembangunan sarana air bersih di kampung-kampung, dan pengembangan masyarakat kampung lewat program ekonomi kerakyatan.

Sempat bekerja untuk Yayasan Rumsram pada 1990-1997, Decky akhirnya kembali ke YPMD pada 1998 dan jadi direktur. Di sana, dia pernah mengurus program perempuan, koperasi desa, proyek air bersih, hingga ekoturisme.

Di masa kepemimpinannya, kerja YPMD cukup dikenal dengan pengembangan ekonomi rakyat lewat perdagangan kakao organik. Sistem pemasaran kakao dengan konsep perdagangan antar rakyat (people to people trade).

Melalui konsep ini, petani dan konsumen memiliki hubungan saling menguntungkan dan lepas dari rantai perdagangan konvensional yang sering merugikan petani. Konsep ini mulai muncul sejak bergabungnya YPMD dalam jaringan The Asian People’s Fund for Mutual Benefit (APF).

“Decky Rumaropen berperan mengembangkan konsep ini di Papua dan mempromosikan Papua,” kata Patricia Makabori, dari YPMD pada, 26 Juli lalu. di Kantor YPMD Jayapura, tempat jenazah Decky disemayamkan.

 

Baca juga: Cerita Kakao Organik dari Kampung Berap

 

Hari itu, di sekitar Kantor YPMD, tampak deretan karangan bunga tanda duka dari berbagai organisasi masyarakat sipil antara lain yang bekerja untuk isu lingkungan dan masyarakat adat di Papua.

Pada 2009, jaringan APF mulai berkomitmen membeli bahan-bahan organik dari Papua. Saat itu, YPMD berperan mulai menyiapkan petani yang umumnya dari wilayah kerja YPMD.

Sebuah unit bisnis dengan nama CV Cacao Kita, dibuat untuk mengurus perdagangan kakao ini.

Sejak 2012, kakao-kakao organik ini dikirim ke Jepang. Warga Jayapura juga bisa merasakan kakao para petani sejak ada sebuah cafe coklat di Jayapura. Cafe itu bernama “Kakao Kita Papua” di samping Kantor YPMD di Kotaraja, Jayapura.

Dari jurnal Rural development in Papua: lesson learned from cocoa farming, menyebutkan, ada beberapa praktik penting dari konsep perdagangan antar rakyat ini. Ada pertemuan rutin petani kakao dan konsumen dari Jepang di kampung para petani. Pada pertemuan itu, para konsumen mengapresiasi teknik pengolahan kalau secara organik. Para petani juga menghormati dan menjaga tanggung jawab dengan terus mengelola alam secara lestari.

Proses pembelian kalao juga berlangsung transparan dan tanpa perantara. Setiap bulan staf Kakao Kita dan perwakilan dari Jepang datang ke petani untuk membeli hasil panen.

Petani bisa melihat langsung cara menentukan kualitas dan kuantitas kakao mereka. Selain itu, laporan bulanan yang dikirim ke Jepang juga disampaikan kepada kelompok petani. Hal ini yang membuat sistem perdagangan ini bertahan sudah lebih dari 10 tahun.

YPMD juga menganalisa situasi sosial petani. Salah satunya, ketimpangan gender dalam pemanfaatan hasil pertanian coklat. Dari hasil analisis ini, muncul usulan program tabungan bagi petani yang disambut baik kelompok petani perempuan.

 

Cafe Kakao Kita. Foto: Asrida Elisaeth/ Mongabay Indonesia

 

Tabungan petani mulai diusulkan pada 2014 bekerjasama dengan Bank BPR Phidectama Jayapura. Sebagian uang hasil penjualan kalao para petani disimpan untuk biaya anak sekolah dan modal usaha lain.

Decky Rumaropen, selalu menekankan agar kerja-kerja YPMD bermanfaat untuk perubahan di masyarakat. “Perubahan itu harus muncul dari dalam masyarakat sendiri berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan YPMD.

“Satu catatan penting yang dia tekankan khusus perubahan ekonomi. Bagi dia, hari ini masyarakat harus punya uang tunai yang cukup maka dia bisa tolong dirinya.”

Salah satu mimpi Decky yang belum terwujud adalah menjadikan Biak sebagai tempat penampungan kakao dari berbagai daerah di Papua untuk dikirim ke Jepang.

Decky juga tekun dalam pendampingan masyarakat adat Papua. Naomi Marsian, Direktur Perkumpulan Terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (PT-PPMA) Papua, mengenal Decky sebagai panutan dalam kerja-kerja pendampingan dan pengorganisasian masyarakat adat di Papua.

Dia orang konsisten dan tak kenal kompromi. “Dia selalu mendudukkan masyarakat adat sebagai subjek. Itu jelas dalam kerja-kerja pendampingannya.”

 

Decky Rumaropen, Direktur Yayasan Pembangunan Masyarakat Desa ini meninggal dunia di RS Provita Jayapura dalam usia 63 tahun 26 Juli lalu.. Foto: YPMD

 

Kini, Pt-PPMA mulai bergerak ke program pengembangan ekonomi masyarakat dan berencana berkolaboriasi dengan YPMD.

“Dia sangat mendukung dan bilang kita memang harus bergerak pengembangan ekonomi masyarakat karena kita tidak bisa hanya bicara lindungi tanah, lindungi hutan tapi untuk apa semua itu?”

Decky meninggalkan seorang anak, Hans Benasub Rumaropen. Istrinya, Emmy Setitit sudah berpulang pada 2020.

Selamat jalan pejuang masyarakat adat dan pertanian organik.

 

Decky Rumaropen (berkaos putih), Direktur Yayasan Pembangunan Masyarakat Desa , saat berdiskusi dengan pekebun kakao organik. Foto: YPMD

******

 

 

 

 

 

 

Exit mobile version