Mongabay.co.id

Ditengah Eksplorasi Penambangan, Peneliti Temukan Spesies Baru di Laut Dalam

 

Para peneliti dari Natural History Museum (NHM) penasaran mencoba mengungkap keberadaan biota laut belum banyak terungkap. Terutama bagi spesies-spesies yang hidup di laut dalam.

Dengan menggunakan kendaraan jarak jauh, mereka mengumpulkan spesimen dari dataran abyssal Zona Clarion-Clipperton di Samudera Paisifik. Saat menjelajahi tepi barat jurang antara Hawaii dan Meksiko, sekitar 5.000 meter di bawah permukaan, tim peneliti mampu menemukan 55 spesimen dari 48 spesies berbeda. Mereka lantas membawa ke permukaan untuk diindetifikasi lebih lanjut.

Atas penemuan tersebut, para peneliti memahami DNA dan karakteristik satwa yang sebelumnya hanya dilihat dari visual saja. Hasilnya, mereka menemukan lebih dari 30 spesies berpotensi hidup di dasar laut.

Studi yang diterbitkan jurnal Zookeys baru-baru ini, menemukan ada keanekaragaman spesies yang tinggi dari organisme yang lebih besar di laut dalam Samudera Pasifik. Hewan-hewan yang ditemukan termasuk cacing tersegmentasi, invertebrata dari keluarga yang sama dengan kelabang, hewan laut dari keluarga yang sama dengan ubur-ubur, dan berbagai jenis karang.

Secara spesifik, 36 spesimen ditemukan pada kedalaman lebih dari 4.800 meter, dua ditemukan di lereng gunung laut pada kedalaman 4.125 meter, dan 17 ditemukan pada kedalaman antara 3.095 dan 3.562 meter.

baca : Ekspedisi Laut Dalam Selatan Jawa, Peneliti Temukan Berbagai Spesies Tak Biasa

 

Psychropotes dyscrita, dijuluki tupai bergetah, adalah jenis teripang yang ditemukan di laut dalam. Foto : DeepCCZ, Gordon & Betty Moore Foundation & NOAA

 

“Penelitian ini penting tidak hanya karena jumlah spesies yang berpotensi baru ditemukan, tetapi karena spesimen megafauna ini sebelumnya hanya dipelajari dari gambar dasar laut. Tanpa spesimen dan data DNA yang mereka pegang, kini kita tidak dapat mengidentifikasi hewan dengan benar dan memahami berapa banyak spesies berbeda yang ada,” kata Dr. Guadalupe Bribiesca-Contreras, dari Natural History Museum, seperti dikutip dari www.nhm.ac.uk Jumat (12/8/2022).

Peneliti lain, Dr. Adrian Glover, yang memimpin kelompok penelitian laut dalam tersebut, terkejut dengan penemuan bahwa hewan berukuran milimeter yang disebut microfauna sangat beragam di daerah yang disebut ‘jurang maut’. Namun, pihaknya tidak pernah benar-benar memiliki banyak informasi tentang hewan yang lebih besar yang dia sebut megafauna karena begitu sedikit sampel yang dikumpulkan.

“Studi ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa keragaman mungkin sangat tinggi pada kelompok-kelompok ini juga,” ujarnya.

 

Berdampak pada Penambangan Laut

Penelitian tentang spesies baru yang hidup di laut dalam sangat penting untuk menguak informasi yang lebih baik tentang efek penambangan laut. Temuan ini berpotensi memiliki implikasi penting bagi penambangan laut dalam, karena saat ini banyak aktivitas eksploitasi mineral diambil dari dasar laut, yang berpotensi mengganggu banyak makhluk.

“Sementara penambangan laut dalam adalah masalah lingkungan yang sangat valid. Kami berada dalam situasi yang sangat positif di mana kami telah mampu melakukan banyak penelitian mendasar sementara industri ini tertahan dari eksploitasi skala penuh,” kata Dr. Adrian Glover.

baca juga : Makhluk Laut Dalam Aneh Ini Hidup di Bangkai Kapal Endurance di Antartika

 

Bintang laut Zoroaster yang tidak dikenal ini adalah salah satu spesies yang mungkin baru dalam sains. Foto : DeepCCZ, Gordon & Betty Moore Foundation & NOAA

 

Mengapa sulit untuk mengidentifikasi spesies laut dalam?

Secara keseluruhan, alat yang disebut Remotely Operated Vehicle (ROV) sudah mengumpulkan bukti dari 48 spesies berbeda, di mana hanya sembilan yang saat ini diketahui oleh sains. Sisanya dengan jumlah 39 mungkin spesies baru, tetapi masih sulit untuk diidentifikasi.

Dr. Guadalupe mengira, beberapa spesies yang ditemukan adalah kosmopolitan. Hewan yang hidup di wilayah lautan luas. Tetapi dengan melihat lebih dekat pada DNA mereka, dia menemukan bahwa mereka adalah spesies yang berbeda.

Katanya, mungkin terbatas pada habitat yang lebih kecil. Mungkin juga belum ada cukup sampel untuk memahami variasi di dalamnya sepenuhnya.

Kesulitan lain yang dihadapi para peneliti adalah membandingkan spesimen mereka dengan spesimen sejenis yang merupakan individu yang digunakan untuk mewakili dan mengidentifikasi suatu spesies. Spesimen jenis ini biasanya merupakan yang pertama dari spesies yang pernah ditemukan.

“Spesimen laut dalam yang lebih tua sering rusak, karena dikumpulkan dengan metode yang kurang lembut seperti pukat,” jelas Guadalupe.

baca juga : Ini Penemuan-penemuan di Laut Dalam Paling Menakjubkan selama 2021

 

Peniagone vitrea adalah salah satu spesies laut dalam tertua yang diketahui, ditemukan oleh ekspedisi Challenger pada 1870-an. Foto : DeepCCZ, Gordon & Betty Moore Foundation & NOAA

 

Tantangan lainnya yaitu banyak spesimen yang lebih tua juga dimasukkan langsung ke pengawet formalin, yang membuatnya sulit untuk mengekstrak DNA.

Tim peneliti laut dalam NHM ini berharap dapat mengatasi beberapa kesulitan ini dengan membandingkan spesimen ini dengan megafauna yang dikumpulkan dalam perjalanan baru-baru ini, di samping survei citra skala luas yang dipimpin oleh National Oceanography Centre, Inggris.

Mereka bermaksud untuk terus menggali informasi hewan-hewan di laut dalam untuk menginformasikan keputusan penting. Salah satunya, membatasi eksplorasi penambangan di laut dalam.

 

Exit mobile version