Mongabay.co.id

Daur Ulang Botol Plastik, Kurangi Masalah Sampah di Indonesia?

Sampah plastik merupakan persoalan besar yang harus kita selesaikan. Ilustrasi: Pixabay/Elf-Moondance/Public Domain

 

 

Berawal dari usaha mengumpulkan sampah botol air minum kemasan, Tris Widiatmoko pun mendirikan Bangoan Bumi Lestari, pusat pengumpulan botol plastik bekas tipe polyethylene terephthalate [PET].

Di lahan miliknya di Desa Bangoan, Kecamatan Kedung Waru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, botol dipilah, kemudian dikirim ke pabrik pembuatan botol plastik baru.

Sejumlah bank sampah yang ada di sekitar Tulungagung juga menyetor sampah ke sini.

“Semuanya jenis botol plastik PET, dikirim ke pabrik daur ulang di Pasuruan,” kata Tris, baru-baru ini.

Botol-botol yang disetor warga dihargai Rp4.000 per kilogram. Sementara, warga yang bekerja di tempat penampungan, mendapat upah dari memilah botol Rp50.000 per kuintal.

“Satu minggu bisa empat kuintal,” ujar Nurul, pekerja yang menyortir dan melepas label produk di Bangoan Bumi Lestari.

Baca: Ilmuwan Temukan Cacing Super Pemakan Sampah Plastik

 

Sampah plastik merupakan persoalan besar yang harus kita selesaikan. Ilustrasi: Pixabay/Elf-Moondance/Public Domain

 

Total, 50 warga Desa Bangoan berkerja di tempat ini. Tris mengungkapkan, sekitar 70 persen botol plastik dapat diolah kembali, sedangkan 30 persen berupa plastik kontaminan.

“Untuk plastik kontaminan dikirim ke pabrik lain untuk diolah menjadi produk plastik. Botol kotor karena zat kimia seperti cat, harus disisihkan,” urainya.

Dari usaha ini, Tris mendapat keuntungan finansial. Setiap hari, Bangoan Bumi Lestari mengirim 4 ton plastik PET yang telah dipress ke pabrik. Pendapatan per minggu sebesar Rp40 juta, sedangkan biaya produksi dan gaji karyawan Rp20 juta setiap minggu.

“Secara bisnis bisa diandalkan,” singkatnya.

Kepala Desa Bangoan, Budi Setiawan, mengatakan Bangoan Bumi Lestari memberi manfaat sekaligus membuka lapangan kerja. Bahkan, warga bisa mengerjakan pemilahan dari rumah masing-masing.

“Juga mengurangi sampah plastik yang sebelumnya berserakan di jalanan Desa Bangoan,” ujarnya.

Baca: Ikan Robot untuk Atasi Persoalan Mikroplastik

 

Pekerja di Bangoan Bumi Lestari menata botol plastik PET yang siap dikirim ke pabrik pembuatan botol plastik baru. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Swadaya masyarakat

Upaya mengurangi sampah plastik juga dilakukan Kelompok Swadaya Masyarakat [KSM] TPS 3R Abi Martopuro, di Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Sekitar 3.000 kilogram sampah diangkut setiap hari ke TPS 3R ini.

Ketua KSM TPS 3R Abi Martopuro, Heru Handoko, mengatakan sebanyak 20 persen sampah yang diangkut jenis mudah terurai, berupa sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan. Jenis ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan magot. Sementara sampah daun kering dan ranting pohon diolah menjadi  pupuk organik.

“Untuk plastik dikirim ke pengepul, karena ada nilai ekonomisnya, ini pendapatan kami,” ujar Heru.

Heru bersama para pekerja meraup Rupiah dari menjual sampah plastik yang dapat didaur ulang. Harga Rp3.500 per kilogram untuk botol plastik air minum kemasan, sedangkan plastik jenis lain dihargai pengepul Rp800 per kilogram.

“TPS 3R ini swadaya masyarakat. Pendapatannya dari iuran bulanan warga dan hasil penjualan ke pengepul.”

Sejak beroperasi 2017, TPS ini mempekerjakan 8 karyawan. Setiap keluarga yang terdaftar membayar iuran Rp7.500 per bulan. Sedangkan TPS 3R Abi Martopuro, membayar iuran Rp400.000 setiap bulan kepada Dinas Lingkungan Hidup untuk membuang sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi ke tempat pembuangan akhir [TPA].

“Total, 1.800 keluarga dari 5 dusun di Desa Martopuro yang terdata,” ujar Rianto, Kepala Desa Martopuro.

Rianto berharap, masyarakat makin sadar menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, setiap RW memiliki bank sampah untuk mengurangi volume yang dibuang ke TPA.

“Sebelum April 2022, biasanya ada 3 truk isi plastik yang bisa dijual. Sejak Juli bisa 9 truk,” katanya.

Baca juga: Indonesia Kejar Target Bebas Sampah Plastik 2025

 

Proses pemilahan sampah organik dan anorganik di TPS 3R Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Tanggung jawab produsen

Data Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis April 2020, menyebutkan setiap tahun Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik, sekitar 620.000 ton masuk ke sungai, danau, dan laut. Indonesia juga tercatat sebagai negara nomor dua penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia.

Danone-AQUA, merupakan perusahaan air minum yang menggunakan plastik sebagai kemasan air minum. Packaging Circularity Senior Manager, Danone-AQUA, Jeffri Ricardo, mengatakan pihaknya berupaya menarik kembali kemasan produknya agar dapat dimanfaatkan, atau didaur ulang sebagai kemasan air minum yang aman.

Jeffri menjelaskan, hingga saat ini seluruh kemasan produk botol AQUA menggunakan 25 persen plastik PET hasil daur ulang. AQUA Life ukuran 1,1 liter menggunakan 100 persen plastik PET hasil daur ulang. Bahkan, di Bali, AQUA kemasan 600 ml memakai 100 persen plastik PET hasil daur ulang.

“Paling penting sistem daur ulang. Kami namakan program IRI [Inclusive Recycling Indonesia], setelah botol plastik bekas dikumpulkan, diolah menjadi produk,” ujarnya.

 

Bijih plastik food grade dari plastik daur ulang, siap diolah menjadi botol plastik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hermawan Some, mengapresiasi upaya produsen yang mengolah plastik bekas menjadi kemasan baru. Namun, harus hati-hati dengan memperhatikan kemanan dan kesehatan.

“Syarat untuk botol daur ulang harus dipenuhi. Tentunya, program sirkular ekonomi itu sebagai cara produsen mengurangi produksi plastik dari minyak bumi.”

Hermawan memberi catatan mengenai perdebatan berapa kali botol plastik dapat didaur ulang. Ini dikarenakan belum ada kajian dan ketentuan detil pemerintah.

“Makanya perlu peran pemerintah dan akademisi kampus,” pungkasnya.

 

Exit mobile version