Mongabay.co.id

Ternyata Terumbu Karang Menarik Mangsa dengan Cahaya Warna-Warni

 

Kolaborasi penelitian dari Universitas Tel Aviv, Museum Sejarah Alam Steinhardt, dan Interuniversity Institute for Marine Sciences di Eilat mengungkap fenomena terumbu karang yang belum banyak diketahui. Belum lama ini mereka menemukan pola berburu terumbu karang dengan cahaya.

Riset tersebut menjelaskan bahwa terumbu karang menghasilkan warna-warna bercahaya atau disebut fenomena fluoresensi berfungsi sebagai cara menarik mangsa. Cara itu efektif memancing buruan seperti plankton.

Penelitian ini dipimpin Dr. Or Ben-Zvi, bekerja sama dengan Yoav Lindemann dan Dr. Gal Eyal, di bawah pengawasan Prof. Yossi Loya dari School of Zoology dan Steinhardt Museum of Natural History di Tel Aviv University.

baca : Canggih, Suara Digunakan untuk Deteksi Kesehatan Terumbu Karang di Spermonde

 

Terumbu karang yang bersinar di laut. Foto : lenterapedia

 

Sebetulnya, para peneliti itu sudah lama tertarik dengan metode terumbu karang berburu. Mereka telah mengetahui bahwa terumbu karang menghasilkan cahaya di kedalaman lautan.

Selama bertahun-tahun, hipotesis mengenai fenomena ini telah diuji. Di antaranya hipotesis yang mencoba menjawab fenomena tersebut adalah apakah ini mekanisma terumbu karang untuk melindungi mereka dari radiasi? Untuk mengoptimalkan fotosintesis? Aktivitas antioksidan? Untuk melindungi mereka dari herbivora laut ataupun untuk menarik ganggang ke karang?

“Studi terbaru ini menunjukkan bahwa fungsi fluoresensi karang sebenarnya adalah untuk berfungsi sebagai iming-iming mangsa,” kata Dr. Or Ben-Zi, ketua tim peneliti seperti dikutip dari Sciencedaily, Sabtu (20/8/2022).

Bagaimana peneliti bisa berkesimpulan bahwa terumbu karang menghasilkan cahaya untuk menarik mangsa? Caranya, para peneliti melakukan pengujian terhadap plankton. Tujuan ujicoba adalah untuk mengetahui apakah planton tertarik pada fluoresensi. Pengujian dilakukan baik dalam skala laboratorium maupun di lautan.

“Di laboratorium, para peneliti mengukur kemampuan predator karang mesophotic (karang yang hidup di antara area terumbu karang dangkal dan zona laut yang dalam dan benar-benar gelap) yang menunjukkan penampilan fluoresen yang berbeda,” ujar Dr. Ben-Zvi.

baca juga : Unik, Terumbu Karang jadi Obat Kulit bagi Lumba-lumba

 

Warna terumbu karang yang diteliti. Sumber : nature

 

Selanjutnya, untuk menguji potensi daya tarik plankton terhadap fluoresensi, para peneliti menggunakan Artemia Salina Krustasea, yang digunakan dalam banyak percobaan serta untuk makanan bagi karang.

Dalam semua percobaan laboratorium, kata Ben, krustasea sangat menunjukkan daya tarik yang disukai terhadap sinyal fluoresen. Hasil serupa disajikan ketika menggunakan krustasea asli dari Laut Merah. Namun, tidak seperti krustasea, ikan yang tidak dianggap sebagai mangsa karang tidak menunjukkan tren ini, dan lebih menghindari target fluoresen pada umumnya dan target oranye pada khususnya.

Pada fase kedua penelitian, percobaan dilakukan di habitat alami karang, sekitar 40 meter di laut, di mana perangkap fluoresen baik hijau maupun oranye menarik plankton dua kali lebih banyak daripada perangkap bening.

baca juga : Penggunaan Sunscreen Sebabkan Terumbu Karang Rusak?

 

Grafik tingkat emisi fluoresensi terumbu karang berwarna hijau dan kuning. Sumber : nature

 

Ben bilang, hasil melakukan percobaan di kedalaman laut untuk memeriksa kemungkinan daya tarik koleksi plankton yang beragam dan alami terhadap fluoresensi, di bawah arus alami dan kondisi cahaya yang ada di perairan dalam. Karena fluoresensi diaktifkan terutama oleh cahaya biru (cahaya kedalaman laut), pada kedalaman ini fluoresensi secara alami diterangi, dan data yang muncul dari percobaan itu tegas, mirip dengan percobaan laboratorium.

Pada uji coba lainnya, para peneliti menguji tingkat predasi/pemangsaan karang mesophotic yang dikumpulkan pada kedalaman 45 meter di Teluk Eilat. Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa karang yang menghasilkan fluoresensi berwarna hijau mampu meningkatkan pemangsaan 25 persen lebih tinggi daripada karang yang menunjukkan fluoresensi kuning.

Prof. Yossi Loya dari School of Zoology menambahkan, terumbu karang yang menghasilkan fluoresensi, seperti bioluminesensi (produk cahaya oleh reaksi kimia), berperan sebagai mekanisme terumbu karang untuk menarik mangsa.

baca juga : Gelasa, Pulau Perawan Bertabur Terumbu Karang Purba

 

Terumbu karang menghasilkan cahaya di malam hari. Sumber : sciencealert

 

Studi ini membuktikan bahwa penampilan karang yang bercahaya dan berwarna-warni dapat bertindak sebagai ‘iming-iming’ untuk menarik plankton berenang ke predator yang tinggal di tanah, seperti karang, dan terutama di habitat di mana karang membutuhkan sumber energi lain atau sebagai pengganti fotosintesis (produksi gula dengan ganggang simbiosis di dalam jaringan karang menggunakan energi cahaya).

Dr. Ben-Zvi menyimpulkan, penelitian saat ini menyajikan bukti eksperimental peran fluoresensi yang memikat mangsa di karang. “Kami menyarankan bahwa hipotesis ini, yang kami sebut hipotesis perangkap cahaya, juga dapat berlaku untuk organisme fluoresen lain di laut,” pungkasnya.

 

Sumber: sciencedaily.com dan  nature.com

 

Exit mobile version