Mongabay.co.id

Ikan Kaca, Ikan Aneh yang Hanya Ditemukan di Papua dan Australia

 

 

Papua merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati luar biasa. Meski demikian, kekayaan hayatinya belum banyak diketahui.

Hari Suroto, Peneliti Arkeologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN], menjelaskan selama masa Pleistosen, sekira 17.000 tahun lalu, kondisi permukaan laut sangat rendah. Saat itu, Australia dan Papua tergabung sebagai sebuah daratan unik yang dikenal sebagai Daratan Sahul [Sahulland].

Fauna yang hidup di Australia dan Papua menunjukkan persamaan, sehingga hubungan daratan ini memungkinkan fauna dari daratan Papua berkeliaran di Australia, demikian pula sebaliknya, dari Australia ke Papua.

“Persamaan flora dan fauna antara Papua dengan Australia masih bisa diamati hingga saat ini. Jenis ikan air tawar yang terdapat di Papua bagian selatan juga terdapat di Australia bagian utara,” ungkap Hari Suroto kepada Mongabay, awal September 2022.

Satu contoh adalah ikan air tawar bernama ikan kaca atau ikan perawat. Jenis ini diketahui hidup di Sungai Digul dan rawa-rawa di Kabupaten Boven Digoel, Sungai Bian, Sungai Kumbe, dan Sungai Maro, Sungai Mappi, Sungai Siretz, Sungai Betz, Sungai Omanesep, Sungai Fayit, Sungai Fai, dan Sungai Mamats.

“Ikan ini tidak hanya ditemukan di Boven Digoel, Merauke, Mappi, Asmat, tapi juga ditemukan di Sungai Adelaide, Northern Territory atau Australia bagian utara. Berdasarkan penelitian di Sungai Adelaide, Australia utara, ikan kaca berkembangbiak lebih banyak pada musim kemarau, sekitar Mei hingga November,” kata Hari.

Baca: Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

Ikan kaca, ikan air tawar yang hidup di Sungai Digul dan rawa-rawa di Kabupaten Boven Digoel, Sungai Bian, Sungai Kumbe, dan sejumlah wilayah di Papua. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Ikan aneh

Hari mengungkapkan, bahasa ilmiah ikan kaca adalah Kurtus gulliveri castelnau dan termasuk ikan aneh. Hal itu karena bentuk dan karakternya yang unik.

Badannya pipih dan tinggi, seperti belah ketupat memanjang. Disebut ikan kaca karena pada sisi kanan kiri berwarna perak.

Sementara ikan kaca jantan disebut ikan perawat karena memiliki sebuah tonjolan di atas kepala, mirip seutas tali berbentuk melengkung. Sementara betina, tidak memilikinya. Pada tali itu ikan kaca jantan meletakkan dan merawat telur-telurnya.

Bentuk unik di kepala, diperkirakan adaptasi terhadap lingkungan dengan oksigen rendah dan kekeruhan tinggi. Spesies ini terkenal dengan strategi perkembangbiakannya yang tidak biasa; pejantan membawa telur telah dibuahi pada kail tulang yang menonjol di dahi [supraoccipital]. Diameter telurnya 2,1 hingga 2,5 mm.

“Ikan kaca jantan dengan telur di kepala, hingga menetas, hanya dapat dijumpai pada musim kawin. Habitatnya muara sungai, rawa bakau, rawa nipa, dan sungai berarus lambat dengan kekeruhan tinggi,” kata Hari.

Setelah menetas, larva terlepas dari induknya, hidup di permukaan air. Larva memiliki kantung kuning telur besar, membentuk sirip punggung, ekor, dan dubur.

Larva kemudian tumbuh menjadi 6,9 mm, ditandai tubuhnya berbentuk kapak yang hampir keseluruhannya transparan. Kepala besar, mata relatif kecil, duri propercular dan kantung gas yang menonjol serta menggembung.

Baca: Dijuluki Merpati Bermahkota, Burung Ini Hanya Ada di Papua

 

Ikan kaca hasil tangkapan nelayan Kampung Mitimber, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Hari menjelaskan, nama ilmiah Kurtus gulliveri castelnau, merupakan spesifik untuk menghormati Thomas Allen Gulliver, yang bekerja di layanan pos dan telegraf Australia, tinggal dekat Sungai Norman, Teluk Carpentaria.

Gulliver mengumpulkan sejumlah spesimen ikan kaca yang ditangkapnya di Sungai Norman. Pada 1878, seorang bernama Castelnau mendeskripsikan ikan kaca dari sejumlah spesimen yang dikumpulkan Thomas Allen Gulliver, dan memberi nama ilmiah Kurtus gulliveri castelnau.

Berdasarkan penelitian Robert Buhdy, Norce Mote, dan Edy Melmambessy di Sungai Digoel di Distrik Edera, Kabupaten Mappi, yang diterbitkan jurnal Musamus Fisheri and Marine [Oktober 2018], disebutkan bahwa ikan kaca memiliki kelimpahan tinggi.

Hasil tangkapan yang diperoleh selama 2 bulan pengamatan oleh tim peneliti menyebut terdapat 28 jenis ikan yang terbagi dalam 8 ordo dan 20 famili. Famili yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Ambassidae spesies Parambassis gulliveri; famili Kurtidae spesies Kurtus gulliveri dan famili Ariidae spesies Cinetodus crassilabris.

Penelitian lain mengenai kelimpahan jenis juga dilakukan di muara Sungai Maro, Kelurahan Karang Indah Merauke, yang dilakukan Norce Mote, Sebastianus Ayarau, dan Sisca Elviana. Hasil penelitian menjelaskan bahwa jenis yang memiliki nilai kelimpahan relatif tertinggi adalah ikan kaca dengan nilai 23,08 persen.

Baca juga: Dilindungi dan Dihormati, Buaya Endemik Papua Ini Masih Diburu

 

Ikan kaca yang ditunjukkan masyarakat di Kampung Mitimber, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Pada 2021, kata Hari, ikan kaca juga ditemukan di Telaga Wawiyer yang terhubung ke Teluk Berau melalui Sungai Budigi, Kampung Mitimber, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Ikan kaca ini merupakan hasil tangkapan warga yang sedang menjala ikan sembilang. Ikan kaca oleh warga Mitimber disebut ikan giti-giti. Meski demikian ikan kaca juga punya banyak nama, ada yang menyebut glassfish, ikan perawat atau disebut juga nurseryfishbreakfastfishhumphead, dan incubatorfish.

Di Papua sendiri, habitat ikan kaca terancam penambangan emas ilegal di hulu sungai serta penebangan pohon secara liar di sepanjang sungai di pedalaman Papua, sehingga menyebabkan sungai tercemar logam berat dan air menjadi kabur akibat lumpur.

Oleh masyarakat Suku Asmat, Muyu, dan Marind, ikan kaca ditangkap dengan cara tradisional yaitu menjaring atau memancingnya untuk dikonsumsi.

“Ikan ini oleh etnis Muyu di Boven Digoel ditangkap menggunakan jaring kemudian dijadikan ikan asin. Ikan-ikan ini pun jadi komoditas untuk dijual ke Merauke,” pungkas Hari.

 

Exit mobile version