Mongabay.co.id

Bagaimana Kasus PMK Hewan Ternak di NTB?

 

 

 

 

Penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang hewan ternak di Indonesia, tak terkecuali di Nusa Tenggara Barat. Kenaikan kasus PMK khusus di Sumbawa diduga terjadi dari lalu-lintas truk logistik lintas pulau dan lintas provinsi.

Letjen TNI Suharyono, Ketua Satuan Tugas Penanganan PMK dalam Rapat Koordinasi Penanganan PMK NTB di Kantor Bupati Sumbawa, 25 Agustus lalu mengatakan, kenaikan kasus PMK di Sumbawa dibawa truk dari Jawa yang menyeberang ke Bali, Lombok hingga Sumbawa.

Kasus PMK di NTB, katanya, sudah semestinya menjadi perhatian bagi para pemangku kebijakan untuk lebih memperketat implementasi regulasi lalu-lintas di setiap pintu masuk. Pengetatan itu dengan lebih mengoptimalkan biosecurity mulai dari lingkup terkecil.

Dia bilang, biosecurity lemah akan menjadi ancaman nyata bagi wilayah sebelah timur NTB, yakni Nusa Tenggara Timur.

“Jika biosecurity kurang baik, tinggal menunggu waktu NTT jadi zona merah PMK karena tertular daerah sekitar, terutama dari Sumbawa,” kata Suharyono.

Dia juga menekankan strategi lain dalam menekan angka kasus PMK, yakni potong bersyarat, pengobatan dan vaksinasi. Melalui strategi potong bersyarat, hewan ternak yang terinfeksi virus PMK dan atau tidak dapat disembuhkan. Dia meminta, agar dipotong bersyarat saja agar tak menulari hewan ternak lain. Kemudian, mengobati hewan ternak yang terinfeksi virus PMK dan meningkatkan imunitas.

Selain pengobatan, pemberian vaksinasi pada hewan ternak juga sangat penting terlebih bagi ternak sehat dalam zona merah.

 

Baca juga:Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Mewabah, Pemerintah Kecolongan?

Puluhan sapi mencari makan di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di Gili (Pulau) Trawangan, Kabupaten Lombok Utara. Sapi yang dilepasliarkan menyebabkan penularan PMK lebih cepat terjadi. Foto: Mongabay Indonesia/Fathul Rakhman

 

Bisa tekan

Data per 17 Mei-24 Agustus 2022, kasus PMK di NTB ada 96.656 hewan ternak (sapi), sembuh 92.209, mati 229, potong bersyarat 250 dan masih sakit 3.968. NTB berada di peringkat keenam dengan total kasus aktif PMK 3.968 sapi. Sumbawa, terbanyak kedua di NTB setelah Lombok Tengah dan Bima peringkat ketiga. Adapub kasus aktif di Sumbawa 1.282, Bima 640 dan Lombok Tengah 1.675 sapi.

Lalu Gita Ariadi, Sekretaris Daerah (Sekda) NTB yang menemani Suharyono mengatakan, kasus PMK di NTB mulai terdeteksi 17 Mei. Saat ini, kasus PMK muncul di tujuh kabupaten/kota. Yang masih belum ditemukan kasus PMK adalah Sumbawa Barat (KSB), Dompu dan Kota Bima.

“Meski demikian 10 kabupaten/kota se-NTB sudah membentuk Satgas PMK sebagai antisipasi,’’ katanya.

Dari analisis kasus aktif di Sumbawa diduga dari Lombok, tercatat 5 Agustus 2022, berdasarkan hasil empat sampel dari Sumbawa dan dia dari Bima yang dinyatakan positif setelah uji di Balai Besar Veteriner Denpasar.

Kendati secara akumulasi kasus PMK di NTB mengalami penurunan, namun dengan Sumbawa tertular, perlu penanganan masif dan terarah agar lonjakan bisa ditekan.

 

Baca juga: Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak Terus Meluas

Di Pulau Sumbawa sudah biasa dijumpai sapi yang istirahat di pinggir jalan. Kebiasaan peternak tidak mengandangkan sapi mereka hingga berbaur dengan ternak lain. Foto: Mongabay Indonesia/Fathul Rakhman

 

Mulai terkendali?

Di Lombok, PMK mulai terkendali. Lombok Barat bahkan sudah nol kasus, mulai jadi zona hijau. Kota Mataram, tersisa 12 sapi masih sakit dan perawatan menuju sembuh. Di Lombok Tengah, kasus masih cukup banyak, 1.675 sapi.

“Secara umum, PMK di NTB sejak awal Juli, kasus terkendali dan melandai cukup signifikan,’’ katanya.

Marinah, Ketua RT 5 Dusun Timbal, Desa Taman Baru, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat mengatakan, awalnya beberapa kasus PMK menyerang sapi peternak. Mulut sapi mengeluarkan busa, tak mau makan, dan lemas dan jadi lebih kurus. Para peternak tak berani menjual sapi itu. Pembeli pun tidak berani membeli sapi sakit. Harga sapi anjlok.

“Sekarang sudah sembuh,’’ katanya.

PMK, katanya, cukup meresahkan peternak. Mereka khawatir sapi akan tertular. Apalagi dari berbagai pemberitaan, di Jawa banyak sapi mati. Para peternak banyak ngadas (pelihara sapi orang lain dengan bagi hasil setiap anak yang dilahirkan).

“Masyarakat juga perlu diajar cara buat obat, jaga-jaga kalau ada yang sakit lagi.”

Sementara itu, PMK nasional sampai 7 September 2022, sudah menulari 24 provinsi dengan 296 kabupaten dan kota dengan lebih 500.000 sapi terjangkit.

“Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan PMK ini tidak hanya pada peternak yang mengalami penurunan produktivitas hingga kehilangan hasil, tetapi kerugian secara nasional,” kata Dewi Prasinta, Deputi Bidang Pecegahan Prasinta Dewi BNPB, Senin (6/9/22).

 

Sapi terkena penyakit mulut dan kuku (PMK) di Desa Taman Baru, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat yang sudah berangsur sembuh. Menurut para peternak belasan sapi terserang PMK. Foto: Mongabay Indonesia/Fathul Rakhman

******

Exit mobile version