Mongabay.co.id

Fenomena Hujan Plastik, Mungkinkah Terjadi?

Sampah akan terus kita produksi. Solusi penanganannya yang benar-benar ramah lingkungan perlu terus kita upayakan. Foto: Djoko Subinarto.

 

 

Sekelompok peneliti di Amerika Serikat tahun 2020 lalu, telah menganalisis lebih dari 98 persen sampel hujan dan udara yang dikumpulkan selama 14 bulan, di 11 kawasan paling terpencil di negara itu.

Hal mengejutkan adalah, sampel hujan dan udara itu mengandung partikel mikroplastik. Jika ditotal, jumlahnya sekitar 1.000 metrik ton. Ini setara dengan 120 juta botol air plastik.

“Kami terkejut dengan tingkat deposisi tersebut dan berusaha mencari tahu dimana kesalahan perhitungannya. Kami memastikan dengan mengkonfirmasi melalui pemindaan 32 partikel berbeda yang menunjukkan sekitar 4 persen partikel atmosfer yang dianalisis dari lokasi penelitian adalah polimer sintesis,” jelas Janice Brahney, ilmuwan lingkungan di Utah State University, dikutip dari Utah State University.edu.

Riset berjudul “Plastic Rain in Protected Areas of the United States” ini diterbitkan di Science, 12 Juni 2020 DOI: 10.1126/science.aaz5819.

Baca: Ikan Robot untuk Atasi Persoalan Mikroplastik

 

Tumpukan sampah di TPA Sarimukti, CIpatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Foto: Djoko Subinarto

 

Menyebar dengan mudah

National Oceanic and Atmospheric Administration [NOAA] mendefnisikan mikroplastik sebagai partikel plastik kecil yang panjangnya kurang dari 0,2 inci [5 milimeter], baik yang dilepaskan langsung ke lingkungan atau terbentuk secara tidak langsung di lingkungan.

Selain berasal dari sampah plastik besar yang terpecah menjadi potongan lebih kecil, mikroplastik juga bisa berasal dari plastik polietilen yang sengaja diproduksi dan ditambahkan ke produk-produk tertentu. Misalnya, produk kecantikan, bahan pembersih, cat, dan sebagainya.

Dengan ukuran sangat kecil dan ringan, mikroplastik dapat menyebar mudah ke seluruh pelosok Bumi. Partikel itu tidak hanya di darat tetapi juga mengalir ke lautan atau terbang bersama angin, mencapai kawasan yang jauh.

Ketika partikel mikroplastik masuk atmosfer, akan menjadi bagian inti uap air yang mengembun dan membentuk awan. Sebagian partikel kembali turun ke Bumi dalam kondisi kering bercampur dengan debu. Sebagain lagi turun bersama hujan, yang menyebabkan munculnya fenomena hujan plastik, seperti yang terjadi dan diteliti di sejumlah kawasan Amerika Serikat tersebut.

Baca: Peneliti: Dampak Mikroplastik Terhadap Kesehatan Manusia Perlu Kajian Lebih Lanjut

 

TPA Sarimukti, yang memiliki luas sekitar 25 hektar, menampung rata-rata 2.000 ton sampah per hari. Foto: Djoko Subinarto

 

Fenomena hujan plastik ini mirip dengan hujan asam yang sempat melanda Eropa dan Amerika Utara beberapa dekade lalu. Bedanya, cuma dari penyebab saja. Hujan asam disebabkan emisi belerang dioksida dan nitrogen oksida dari pembangkit listrik.

Hujan plastik yang terjadi di sejumlah wilayah Amerika Serikat itu mungkin saja telah, sedang, dan akan terjadi pula di wilayah lain di Bumi, mengingat begitu luas dan masifnya penggunaan plastik sekarang.

Semakin banyak plastik digunakan, semakin banyak sampah dihasilkan, semakin meningkat pula mikroplastik mencemari lingkungan.

Baca: Studi: Memprihatikan, Hiu di Lautan pun Kini Terpapar Mikroplastik

 

Sampah plastik yang mencemari lingkungan. Foto: Djoko Subinarto

 

Dampak kesehatan

Penelitian bertajuk A Rapid Review and Meta-regression Analyses of the Toxicological Impacts of Microplastic Exposure in Human Cells, Danopoulos et al [2022] menyimpulkan, mikroplastik kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan dan kematian pada sel manusia serta memicu reaksi alergi.

Riset tersebut menganalisis 17 penelitian sebelumnya yang melihat dampak toksikologi mikroplastik pada lini sel manusia.

Tim peneliti membandingkan partikel mikroplastik yang menyebabkan kerusakan sel dengan mikroplastik yang dikonsumsi manusia melalui air minum, makanan laut, dan garam yang terkontaminasi.

Mereka menemukan jenis kerusakan tertentu, seperti kematian sel, respons alergi, dan kerusakan dinding sel, disebabkan mikroplastik yang dicerna tubuh manusia. Menurut Danopoulos dan kolega, kondisi ini merupakan peristiwa awal munculnya efek kesehatan.

 

Penampakan mikroplastik melalui mikroskop yang berada di atmosfer. Foto: Janice Brahney/Utah State University

 

Guna mengurangi sampah plastik, ada tiga elemen penting yang harus kita lakukan. Pertama, inovasi. Kita membutuhkan inovasi yang memungkinkan lahirnya produk pengganti plastik, ramah lingkungan.

Kedua, infrastruktur yang dikelompokkan keras dan lunak. Infrastruktur keras terkait fasilitas pendukung sistem tata kelola sampah, mulai pembuangan, pengumpulan, dan pengolahan kembali. Infrastruktur lunak terkait kebijakan atau regulasi. Contohnya, pelarangan penggunaan kantong plastik sekali pakai.

Ketiga, masyarakat sebagai konsumen sangat berperan dalam pengurangan plastik. Upaya minimal penggunaan plastik dapat kita mulai dari level individu, rumah tangga, hingga korporasi.

 

*Djoko Subinarto, kolumnis dan bloger, tinggal di Bandung, Jawa Barat. 

 

Rujukan:

Eleanor Imster. 2020. Plastic Rain: More than 1,000 Tons of Microplastic Rain onto Western US.

Evangelos Danopoulos. 2022. A Rapid Review and Meta-regression Analyses of the Toxicological Impacts of Microplastic Exposure in Human.

Matt Simon. 2020. Plastic Rain Is the New Acid Rain.

NOAA. 2021. What Are Microplastics?

 

Exit mobile version