Mongabay.co.id

Kisah Perempuan Muda Madura Suarakan Kondisi Nelayan Indonesia di Eropa

 

Siti Aisyah Amini, 24 tahun, perempuan muda asal Kelurahan Rongtengah, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur diundang untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) di Kota Roma, Italia, pada awal September 2022.

Pada konferensi itu, dia memaparkan kondisi nelayan, perikanan dan bagaimana seharusnya konsep nelayan modern dapat diterapkan di Indonesia

Aisyah menuturkan, keikutsertaannya pada acara itu bermula ketika dia terpilih mewakili 14 aliansi organisasi pemuda internasional (International Planning Comitte/IPC Youth) untuk diwawancarai eksklusif oleh Pelapor Khusus HAM PBB dan FIAN Internasional tentang dampak sistem pangan selama pandemi pada April 2021 lalu. Saat itu, dia diwawancarai mengenai bagaimana membangun sistem pangan berkelanjutan di masa pandemi.

Saat wawancara itu, dia meminta PBB melibatkan anak muda di setiap gerakan sosial. Termasuk dilibatkan dalam membuat keputusan di setiap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh PBB. “Berdasarkan pemaparan dalam wawancara pada tahun lalu itu, beberapa bulan kemudian saya diundang oleh FAO PBB sebagai salah satu bentuk tanggung jawab PBB melibatkan anak muda,” tuturnya kepada Mongabay, Jumat, 9 September 2022.

Sebelum tergabung dalam IPC Youth, dia memang bergabung dalam Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Semarang. Organisasi ini menjadi bagian dari World Forum of Fisher Peoples (WFFP) yang konsen pada isu perikanan dan kelautan. WFFP ini bagian dari International Planning Committee for Food Sovereignty (IPC), organisasi yang konsen pada isu pangan. Pada tahun 2020, dia pernah menjadi Koordinator Pemuda Asia World di Forum of Fisher Peoples (WFFP).

“Nah, karena ini organisasi pangan, dan ada empat belas organisasi di dalamnya. Tidak hanya mengenai perikanan dan kelautan, tetapi juga ada pertanian, penggembalaan juga ada yang konsen isu masyarakat adat,” beber perempuan kelahiran 20 Maret 1998 itu.

baca : Masa Depan Perikanan Dunia adalah Nelayan Skala Kecil

 

Siti Aisyah Amini, perempuan muda asal Madura, saat mengikuti KTT FAO di Kota Roma, Italia, pada awal September 2022. Foto : Dok SIti AIsyah Amini

 

Aisyah mengaku bukan dari keluarga dengan latar belakang nelayan dan sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa semester akhir di Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Ketertarikan pada isu nelayan dan perikanan, bermula dari membaca artikel dan merasa diperlihatkan kondisi nelayan yang kurang mendapat perhatian dari negara. Seperti hak layak hidup nelayan, akses publik, dan urusan kesejahteraan nelayan lainnya.

Dia bergabung ke KNTI tahun 2019 dan merasa KNTI sebagai rumah yang tepat untuk memperdalam isu tersebut dan terlibat dalam advokasi hak-hak nelayan. Sejak 2021, dipercaya menjadi Ketua Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) KNTI setempat sampai sekarang. KNTI, katanya, seringkali berkolaborasi dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP).

Menurutnya, kondisi perikanan dan nelayan di Indonesia untuk saat ini sangat memprihatinkan, apalagi ditengah harga BBM yang meroket. “Indonesia sebagai negara maritim dengan kekayaan lautnya yang melimpah, seharusnya membuat nelayan sejahtera. Tapi kenyatannya tidak. Artinya, ada hal yang perlu dibenahi. Seperti pemenuhan hidup dan akses publik bagi nelayan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan di kehidupan sosial. Kita justru diperlihatkan dengan kondisi nelayan menjadi golongan yang termarginalkan,” katanya.

Dalam KTT FAO di Italia kemarin, katanya, dia mempresentasikan bagaimana seharusnya PBB mengikutsertakan pemuda dalam pengambilan kebijakan. Dengan melihat dan mengkonsepsi nelayan modern. Mulai dari penangkapan, produksi, sampai pemasaran menggunakan teknologi digital fisheries harus ada kemajuan di era modern ini.

baca juga : Hidup Nelayan Skala Kecil terancam Pencabutan Subsidi WTO

 

Siti Aisyah Amini, perempuan muda asal Madura, saat mengikuti KTT FAO di Kota Roma, Italia, pada awal September 2022. Foto : Dok SIti AIsyah Amini

 

Dia menyayangkan apabila Indonesia dengan kekayaan sumber lautnya dan jumlah penduduknya masuk salah satu terbesar di dunia, tapi tidak mampu mempertahankan ketahanan pangan nasional maupun secara global. Salah satu buktinya dengan makin menurunnya jumlah nelayan.

“Artinya, kalau melihat kesejahteraan nelayan saat ini, yang kurang dapat perhatian dari pemerintah, maka akan memicu pola pikir apatis anak muda terhadap nelayan atau merasa tidak tertarik untuk meneruskan profesi sebagai nelayan. Padahal mereka sendiri adalah keturunan nelayan. Dan bahkan, nelayan pun mungkin saja berpesan kepada anaknya agar memilih profesi lain, di luar nelayan yang menurut mereka lebih layak. Ini yang kita khawatirkan. Dan saya lihat, Pak Menteri KKP kita hadir secara langsung dan memberikan sambutan juga waktu di KTT FAO kemarin,” jelasnya.

Konsep nelayan modern ini, jelasnya, setidaknya bisa memancing anak muda untuk terlibat dalam proses kegiatan nelayan, khususnya dalam kegiatan nelayan tradisional. Dengan begitu, maka secara tidak langsung, pemuda dapat terlibat menjaga perikanan dan kelautan di indonesia ini.

Dia berharap, konsep nelayan modern dengan penggunaan teknologi akan menghemat energi, akan menghemat banyak hal lainnya dan menarik perhatian anak muda, khususnya anak nelayan untuk berkontribusi banyak dan tidak memandang remeh profesi nelayan.

“Apa yang saya dapatkan kemarin bukan hanya tentang pengetahuan dan pengalaman, tetapi yang lebih penting bagaimana di forum-forum terbesar ini khususnya anak muda Indonesia mampu menjadi role model. Setelah saya melakukan presentasi itu, FAO akan berkunjung ke Indonesia. Dan menjadikan Indonesia, sebagai salah satu contoh pengambilan keputusan,” katanya.

baca juga : Derita Nelayan Tradisional Setelah Harga BBM Naik

 

Nelayan tradisional sedang menangkap ikan. Foto : shutterstock

 

Dia berpesan, agar anak muda Indonesia agar ikut serta dan mampu mengisi ruang publik baik internasional maupun di nasional sendiri. Khususnya di dalam pengambilan kebijakan. “Saya memiliki keyakinan bahwasanya sebuah tatanan akan dipengaruhi oleh sistem. Sebuah sistem akan ditentukan oleh peraturan. Oleh sebab itu, peraturan merupakan sebuah faktor terpenting di dalam kerangka kehidupan kita dalam menjamin masa depan kita.”

Dia berharap, negara dapat memenuhi hak-hak nelayan, terutama nelayan tradisional yang jumlahnya 95% persen dari total nelayan. Negara benar-benar hadir ketika nelayan berada di kondisi krisis, khususnya saat ini ditengah naiknya harga BBM. Dia berharap negara dapat memberikan BBM bersubsidi kepada nelayan dengan masif dan menyeluruh.

“Selain itu, regulasi-regulasi yang dibuat oleh KKP agar mempermudah nelayan. Karena ada beberapa yang implementasinya sangat sulit dan tidak efisien,” katanya. Misalnya, mempermudah persyaratan bagi nelayan untuk mendapatkan BBM bersubsidi

 

Digital Fisheries

Dalam laman resmi KKP, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyinggung perihal digital fisheries dalam acara Fisheries Millenial dan Startup Expo 2022 dan mengajak milenial berinovasi memajukan sektor kelautan dan perikanan.

Dalam kesempatan itu, dia berharap milenial terlibat menjadi pelaku usaha rintisan (startup) dan terus berinovasi dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan Indonesia mengingat besarnya peluang usaha di bidang ini.

“Harapan saya berharap berita pemutusan hubungan kerja besar-besaran tidak terjadi pada startup sektor kelautan dan perikanan karena potensi sektor ini unlimited,” ungkapnya di Kantor KKP, Jakarta, Senin (30/5/2022).

Trenggono mengatakan anak muda dapat memanfaatkan besarnya peluang usaha di bidang kelautan dan perikanan ini secara optimal dengan menggunakan teknologi digital sebagai pendukung peningkatan produksi yang berkualitas dan ramah lingkungan. “Bisnis ke depan itu mulai dari hulu sampai hilir harus benar-benar dijaga. Bagaimana teknologi bisa membantu memastikan hulu sampai hilir aman,” katanya.

perlu dibaca : Teknologi Digital Mulai Digunakan untuk Perikanan Budidaya Nasional

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam acara Fisheries Millenial dan Startup Expo 2022, Mei 2022. Foto : KKP

 

Sedangkan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Artati Widiarti mengatakan kegiatan Fisheries Millennials+Start Up Expo 2022 bertema Level up Your Digital Life ini bertujuan sebagai sarana bagi millennials + startup perikanan untuk memperluas usaha melalui kemitraan bisnis dan investasi dengan pelaku usaha perikanan dan calon investor potensial. “Dalam acara ini juga ada pameran inovasi millennials + startup perikanan sebagai solusi permasalahan usaha kelautan dan perikanan,” ujar Artati, dikutip dari laman resmi KKP.

Berdasarkan penelusuran Mongabay Indonesia, setidaknya ada 5 startup yang berkecimpung di sektor perikanan. Antara lain ada eFishery. Startup ini didirikan di Kota Bandung, Indonesia oleh Gibran Chuzaefah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah dan Chrisna Aditya pada 8 Oktober 2013.

Kemudian ada Aruna, yang didirikan oleh tiga pemuda pesisir dan berspesialisasi dalam teknologi. Aruna bervisi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia pada tahun 2045 dan misi membuat laut menjadi mata pencaharian yang lebih baik untuk semua. Di tahun 2021, Aruna mengklaim sudah memberdayakan lebih dari 26.000 nelayan di 27 provinsi. Setiap komunitas binaan Aruna bisa mendapatkan omzet Rp300 juta hingga 700 juta per bulan.

Selanjutnya ada SAY Growpal yang didirikan Paundra dan Ahmad mendirikan SAY dengan platform digital Growpal yang mulai beroperasi Januari 2017. Keempat, ada Banoo. Didirikan oleh mahasiswa dan alumni Universitas Gadjah Mada tahun 2018. Platform ini menawarkan strategi yang mampu meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air.

Kelima, Jala Tech. Dalam laman resminya dijelaskan, startup ini didirikan oleh para petambak udang yang percaya bahwa teknologi akan meningkatkan produksi udang secara berkelanjutan.

 

Exit mobile version