Mongabay.co.id

Pungguk Wengi, Burung Hantu Endemik Sumba yang Belum Dilindungi

 

 

Mata merah dengan sorotan tajam terlihat melintas senyap di Pre Komba, blok hutan di kawasan Taman Nasional Laiwanggi Wanggameti. Tepatnya, di ujung timur Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Tak lama, sosok itu hinggap di pohon. Suara khasnya “kook… kook…. kook” dalam frekuensi cepat, terdengar nyaring. Seolah, ingin menunjukkan wilayah teritorialnya.

Sosok itu adalah burung hantu pungguk wengi [Ninox rudolfi], yang dalam Bahasa Sumba Timur disebut katowai.

“Kalau kami menginap di rumah kebun lalu pungguk wengi bersuara, berarti ada babi hutan yang mendekat mencari tanaman ubi,” ujar Kornelis, warga Pre Komba yang merupakan pemandu wisatawan yang ingin birdwatching di Hutan Pre Komba, awal September 2022.

Ini menunjukkan ekosistem alam berjalan baik.

“Orang Sumba menjulukinya katowai yang berarti pemanggil babi,” lanju Kornelis, setelah melihat video rekaman dan suara burung tersebut.

Foto: Perilaku Unik Seriwang Nusa Tenggara

 

Pungguk wengi [Ninox rudolfi] beraktivitas malam hari. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Tidak mudah melihat jenis ini di Pulau Sumba, sebab sebagaimana burung hantu umumnya, pungguk wengi bergerak malam hari. Siang hari, waktunya lebih banyak dihabiskan  bersembunyi di lubang pohon.

Berdasarkan catatan Coates, B. J., and K. D. Bishop dalam A guide to the birds of Wallacea [1997], pungguk wengi menghuni hutan primer dan sekunder, termasuk petak-petak hutan tersisa dari dataran rendah hingga ketinggian 930 mdpl.

Baca: Kakatua Sumba, Burung yang Dijuluki Kaka oleh Masyarakat Sumba

 

Pungguk wengi endemik Pulau Sumba. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Endemik Pulau Sumba

Pungguk wengi merupakan burung endemik Pulau Sumba.

Jerry Olsen et al., dalam A new Ninox owl from Sumba, Indonesia [2002] menuliskan, jenis ini memiliki mahkota dan mantel berbintik putih. Bagian bawah putih dengan pembatas cokelat kemerahan tebal, tenggorokan putih polos, dan iris berwarna cokelat. Pungguk wengi lebih sering dijumpai terbang soliter atau berpasangan.

Berdasarkan hasil pengamatan, belalang menjadi sumber pakan favorit. Burung berukuran 30-36 cm ini begitu sulit diidentifikasi, jika kita tidak mendengarkan suaranya, atau terlihat di bawah cahaya bulan. Sebab, kepak sayapnya nyaris tidak terdengar.

Baca: Perkici Oranye, Paruh Bengkok yang Jadi Korban Penyelundupan di Sumba

 

Pungguk wengi mengantarkan makanan untuk pasanganya di lubang sarang. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Pada periode berbiak, pungguk wengi menjadikan lubang pohon yang seukurah tubuhnya sebagai sarang dan tempat tidur. Umumnya, jenis pohon yang dijadikan sarang adalah marra [Tetrameles nudiflora].

Jenis burung lain di Pulau Sumba yang menggunakan lubang pohon sebagai sarang adalah julang sumba dan burung dalam keluarga paruh bengkok.

Baca juga: Memantau Julang Sumba di Taman Nasional Matalawa

 

Pungguk wengi tampak menyantap seekor belalang. Foto Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Belum Termasuk dalam Daftar Dilindungi

International Union for Conservation of Nature [IUCN] menetapkan status konservasi pungguk wengi adalah Near Threatened atau Hampir Terancam Punah dengan tren populasi yang menurun. Diperkirakan, populasinya 6.000-15.000 individu dewasa yang menghuni hutan Pulau Sumba secara umum.

Berkurangya tutupan hutan akibat pembukaan lahan dan pembakaran berulang untuk penggembalaan dan pertanian, menjadi ancaman serius lestarinya habitat pungguk wengi.

Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, pungguk wengi tidak termasuk dalam daftar dilindungi.

 

Burung hantu pungguk wengi yang belum dilindungi. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Vincent Nijman et al. dalam The Harry Potter effect: The rise in trade of owls as pets in Java and Bali, Indonesia [2017], menuliskan popularitas burung hantu secara keseluruhan sebagai hewan peliharaan di Indonesia telah meningkat. Kondisi ini dapat membahayakan kehidupan sejumlah spesies yang jumlahnya kurang melimpah.

Dimasukkannya punguk wengi dan jenis burung hantu lainnya ke dalam daftar spesies dilindungi di Indonesia, merupakan langkah baik mengurangi perburuan untuk dijadikan peliharaan.

 

 

* Muhammad Solehpegiat konservasi di Sumba Wildlife. Komunitas ini merupakan kumpulan pengamat burung liar di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

 

Exit mobile version