Mongabay.co.id

Mendorong Demokrasi Energi di Pembahasan Transisi Energi G20

 

Salah satu topik pembahasan G20 adalah transisi energi. Target dan kebijakan transisi energi Indonesia pun terus dikritisi. Sejumlah aktivis menilai pembahasan topik ini kurang partisipatif. Indonesia diharapkan menerapkan demokrasi energi agar tidak sentralistik.

Suriadi Darmoko, Finance Campaigner 350 Indonesia mengatakan pesimis pada keseriusan transisi energi karena pertemuan tingkat menteri negara-negara G20 untuk isu transisi energi tidak mencapai suatu komunike. Hanya menghasilkan chair’s summary dan Inisiatif Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (COMPACT) yang bersifat sukarela. Karena itu keseriusan transisi energi untuk memenuhi target konferensi perubahan iklim diragukan, bahkan menurutnya akan gagal.

Di sisi lain, negara-negara G20 adalah yang paling bertanggungjawab pada 75% permintaan energi dunia. Transisi energi berkelanjutan di G20 dibuat dengan kelompok kerja di antaranya energy transition, environment and climate sustainability.

“Saat ini yang banyak muncul adalah narasi energi bersih yang telah ditunggangi oleh solusi-solusi palsu dari energi fosil,” ujarnya dalam Festival Demokrasi Energi pada 24-25 September 2022 di Denpasar, Bali.

Dalam acara ini selain diskusi, digelar pemutaran film, pameran foto, dan workshop sablon cukil kayu dengan kampanye energi bersih. Pameran foto menunjukkan dampak buruk batu bara dan pertambangannya. Misalnya ada foto tentang turunnya monyet ke jalan karena hutan tempat mencari makan dibuka untuk tambang batubara.

baca : Apakah Transisi Energi di Jawa Tengah akan Berhasil?

 

Wayan Sudiadna, penjaga PLTS Kubu, Karangasem, Bali, yang kondisinya memprihatinkan dengan banyaknya panel surya yang rusak. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

 

Berikutya seorang perempuan namak berladang, mempertahankan tanahnya dari konsesi batubara di Desa Batu Butok, Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Di sisi lain ada warga di Desa Luan, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser yang harus menggunakan genset untuk listrik dan memerlukan bahan bakar 2,5 liter selama 4 jam beroperasi pada malam hari.

Saat workshop buat sablon dengan teknik cukil kayu, Gilang memandu peserta membuat desain dan mencetaknya. Cerobong asap pembangkit batubara nampak mengepul, merusak pohon-pohon kelapa dengan teks coal is not cool. Keluhan rusaknya kebun pohon kelapa pernah dikeluhkan petani di dekat PLTU Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, Bali.

Pius Ginting, Koordinator Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) menyatakan pengadaan energi masih sentralistik dan kurang melibatkan masyarakat sipil. Pemahaman, perencanaan dan penggunaan energi sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Sumber-sumber terbarukan diyakini harus terdistribusi sesuai dengan situasi sekitarnya. Inilah yang dijadikan konsep demokrasi energi.

Dalam rencana umum pengadaan tenaga listrik (RUPTL) masih mengakomodir pendirian PLTU baru yang sentralistik. Bauran energi batu bara masih mendominasii yakni 68,7% pada 2022. Sementara itu, bauran energi terbarukan di Indonesia masih berjumlah 12,8% pada 2022, turun dari 13% pada 2015.

Kesenjangan masih terjadi karena distribusi tidak merata. Di beberapa daerah Indonesia terjadi oversupply energy, sementara masih banyak daerah yang mengalami pemadaman listrik bergilir.

baca juga : Bagaimana Dorong Pembiayaan Sektor Energi Tekan Krisis Iklim?

 

Kapasitas pembangkit listrik Indonesia. Sumber : 350 org Indonesia

 

Mekanisme partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sektor energi juga dinilai sangat terbatas. Bahkan menguntungkan oligarki. Implementasinya pun disebut rumit. Pemerintah berencana mendorong bauran energi bersih 23% di tahun 2030, namun ada pembatasan pembangkit listrik surya atap hanya 10-15% oleh PLN.

Beberapa contoh demokrasi energi di antaranya koperasi di Spanyol, Som Energia menawarkan kesempatan bagi ribuan orang untuk menghidupkan rumah mereka dengan listrik yang dihasilkan secara lokal, bersih, terjangkau, dan berkelanjutan. Koperasi ini memiliki hampir 75.000 anggota dari seluruh Spanyol yang berkontribusi pada perubahan transformatif untuk mencapai masa depan energi yang 100% terbarukan dan adil di Spanyol.

Berikutnya ada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro (PLTMH) Cintamekar di Subang, Jawa Barat. Masyarakat disebut dilibatkan langsung dalam proses pembangunan, pengelolaan, hingga pola pendistribusian listrik. Kelebihan kapasitas listrik yang dihasilkan oleh PLTMH akan dijual ke PLN dan hasilnya diberikan kembali ke masyarakat berbentuk subsidi, seperti biaya sekolah anak-anak desa, subsidi kesehatan, atau modal usaha yang dikelola oleh masyarakat melalui koperasi.

Di Bali, ada Koperasi Amoghasiddhi yang menawarkan skema kredit energi bagi anggota yang mau membeli perangkat PV seperti solar panel, inverter, baterai hingga pemasangan dengan pembayaran dicicil. Namun, sejak pandemi, produk energi di koperasi ini belum berjalan optimal seperti sebelumnya.

 

Ancaman bencana alam di depan mata

Bencana hidrometeorologi diyakini akan terus meningkat. Bencana ini dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya. Misalnya peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, dan suhu ekstrem.

Meningkatnya suhu global telah berkontribusi pada kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering dan parah di seluruh dunia. Menurut I Nyoman Gede Wiryajaya dari Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah III, hujan akan lebih singkat dengan intensitas yang lebih tinggi.

Suhu udara diproyeksikan meningkat 0.5 C pada 10 tahun mendatang. Curah hujan pada musim kemarau diproyeksikan semakin berkurang sekitar 20%. Musim kemarau di masa mendatang akan terasa lebih panas dan kering.

baca juga : BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem dan Ancaman Bencana

 

Warga naik perahu di jalanan desa saat banjir menggenangi Desa Bojongasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 19 April 2022. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Perubahan iklim juga tergantung sejumlah hal. Di tingkat global ada ENSO (El Nino dan La Nina) di Samudera Pasifik, Dipole Mode di Samudera Hindia, dan Madden-Julian Oscillation (MJO).

Sedangkan di tingkat regional terkait dengan sirkulasi angin monsun, suhu muka laut, dan gangguan tropis (siklon tropis). Untuk tingkat lokal, terkait dengan posisi geografis, topografi wilayah, angin darat, dan angin laut.

Anomali SST di wilayah Nino 3.4 (Pasifik Tengah dan Timur) menunjukkan kondisi La Nina Moderat dan Anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif pada Dasarian I September 2022. Di Samudera Hindia umumnya anomali SST bagian barat dalam kondisi dingin (anomali negatif) dan bagian timur dalam kondisi hangat (anomali positif).

Indeks ENSO bulan September 2022 sebesar -1.07 menunjukkan kondisi La Nina Moderat. BMKG memprakirakan kondisi La Nina akan terus berlangsung hingga periode September-Oktober-November 2022 kemudian berangsur melemah menuju kondisi netral.

Pada Oktober 2022 Monsun Australia diprediksi aktif dan mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Kemudian November-Desember 2022 monsun Asia mulai aktif dan mendominasi di wilayah Indonesia.

Ia mengingatkan ancaman cuaca ekstrem. Ini adalah kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim, yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Sedangkan suhu udara ekstrem adalah kondisi suhu udara yang mencapai 3 celcius atau lebih di atas nilai normal setempat.

Bencana di Indonesia pada 2021 didominasi banjir sebanyak 1794 kasus, cuaca ekstrem 1577 kasus, dan tanah longsor 1321.

Sedangkan berdasar kajian risiko bencana di Bali 2016-2020, risiko banjir berdampak pada 188.610 hektar, kategori tinggi. Berikutnya banjir bandang 14.238 ha, cuaca ekstrem 463.837 ha, gelombang ekstrem dan abrasi 13.133 ha. Berikutnya gempa bumi 560.396 ha, kebakaran hutan dan lahan 161.337 ha, kekeringan 560.397 ha, tanah longsor 195.719 ha (tinggi), dan tsunami 14.992 ha (tinggi).

baca juga : Cuaca Ekstrem Kembali Datangkan Bencana, Dampak Perubahan Iklim?

 

Kejadian Bencana Hidrometeorologi tahun 2021. Sumber : BMKG

 

Bencana ini dipicu pemanasan global akibat perubahan iklim. Indikator perubahan iklim adalah kenaikan suhu global, perubahan curah hujan, kenaikan kondisi ekstrim, dan kenaikan muka air laut.

Musim hujan akan terjadi lebih pendek, tetapi disertai dengan hujan ekstrem yang frekuensinya meningkat. Anomali suhu udara Indonesia masih di bawah anomali suhu global, namun kedua nya sama-sama mengalami tren kenaikan yang cukup signifikan mulai tahun 1970an.

Anomali suhu udara rata-rata pada tahun 2016 disimpulkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,80 Celcius. Anomali suhu udara Indonesia pada tahun tersebut merupakan anomali tertinggi sepanjang periode pengamatan 1981-2020.

Jumlah curah hujan pada periode musim hujan tidak banyak berubah, tetapi jumlah hari hujan lebat meningkat mengakibatkan potensi bencana hidrometeorologi meningkat. Melalui pengukuran emisi saat Hari Raya Nyepi ketika aktivitas manusia jauh berkurang, BMKG juga sudah membuktikan dampaknya pada cuaca saat itu.

Rencana penurunan emisi hingga 2030 setelah meratifikasi konferensi perubahan iklim adalah 29% secara mandiri dan 41% dengan dukungan Internasional. Melalui sektor kehutanan 17,2%, sektor energi 11%, sektor pertanian 0,32%, sektor industri 0,10%, dan limbah 0,38%.

 

Exit mobile version