Mongabay.co.id

Jaga Keberagaman Pangan Nusantara

 

 

 

 

Tak sedikit rumah-rumah di pulau ini di kelilingi tanaman rambat. Pulau Gili Raja, namanya, secara administrasi masuk Kabupaten Sumenep, Madura.

Saya mengunjungi rumah Sunarsu, di Desa Lombang, Kecamatan Gili Genting, Sumenep. Tanaman kratok memenuhi sekeliling rumah ini.

Sunarsu bilang, sudah jadi kebiasaan masyarakat di sana menanam jagung dan kratok (Phaseolus lunatus). Dua tanaman itu secara bergantian sesuai musim. Jagung pada musim hujan, sedang kratok pada musim kemarau.

Kalau di sini, kalau bukan kratok ya jagung, kalau bukan kratok ya jagung,” katanya, berulang menegaskan.

Tidak ada petani yang menanam padi di pulau itu. Selain kratok dan jagung, terkadang mereka menanam kara benguk (Mucuna pruriens).

 

Kratok, sejenis kacang yang jadi bahan pangan di Pulau Gili Raja, Sumenep, Madura/. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia

 

Sama seperti kratok, kara benguk juga tanaman rambat. Kara benguk biasa di pinggir lahan, pohon merambat ke pohon-pohon di pinggir lahan itu, bisa sampai 15 meter. Kalau kratok di tengah lahan.

Dia bilang, kara benguk sudah jarang ditanam serius. Meski begitu lahan Sunarsu masih ada kara benguk yang tumbuh alami, bukan sengaja ditanam.

“Kalau dulu memang berniat menanam [kara benguk], paling kalau sekarang hanya kratok,” katanya.

 

Riza ketika melakukan pengecekan terhadap stok bahan pembuat tepung mocaf. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Masa tanam sampai panen kratok antara dua sampai tiga bulan, begitu pula kara benguk. Sedikit lebih singkat daripada jagung.

Kara benguk dan kratok bukan makanan pokok masyarakat Gili Raja, beda dengan jagung. Namun ia jadi tanaman pangan penting. Masyarakat juga banyak konsumsi kratok.

Diulek pakai cobek, lalu dikasih rempah-rempah, lada, bawang putih, kunyit, lalu digoreng dengan bawang merah. Enak dibuat lauk,” kata Suni, istri Sunarsu.

Terkadang, kratok jadi campuran nasi, diurap dengan parutan kelapa menjadi bu’u’.

Untuk mengkonsumsi dua jenis biji-bijian itu perlu cara memasak tersendiri. Sebelum konsumsi harus rebus dulu, paling tidak tiga kali. Air harus diganti saat selesai rebusan pertama dan kedua karena biji-bijian itu mengandung racun. Makin kering kratok, makin lama pula merebusnya.

Kalau kara benguk tidak menyebabkan kematian, tetapi kalau kratok ini bisa menyebabkan kematian kalau salah proses,” kata Mualis, kerabat Sunarsu.

 

isang, merupakan salah satu sumber pangan. Indonesia punya kekayaan beragam jenis pisang. Foto: Sapariah Saturi/ Mongabay Indonesia

 

Dalam kepercayaannya, bila seseorang keracunan karena kratok, maka orang itu cukup menghisap atau merokok batang kratok maka akan sembuh.

Gili Raja, Sumenep, dengan masyarakat tanam jagung dan kratok sebagai bahan pangan hanya satu contoh masing-masing daerah di Indonesia, dalam komunitas masyarakat tertentu, punya keragaman pangan masing-masing yang menjadi makanan pokok. Ada banyak sumber pangan pokok di negeri ini seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian lain.

Namun, sejak puluhan tahun lalu, penyeragaman pangan dengan ‘berasisasi’ terjadi dan tepung malah dominan impor seperti terigu.

Adib Nurhadi, pengurus Devisi Pertanian, Majelis Pemberdayaan Masayarakat (MPM), Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, mengatakan, program pemerintah terkait pangan menggunakan perspektif orang Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang mengkonsumsi padi.

“Di Jawa saja sebenarnya tak semua karena di beberapa daerah yang makanan pokok, misal, dari singkong dengan gaplek dan tiwul. Kemudian ada beberapa daerah dengan jagung” katanya, belum lama ini.

Salah satu dampak ‘berasisasi’ ini, kata Adib, adalah banyak generasi muda tak tahu jenis-jenis makanan lain yang dikonsumsi di daerah-daerah lain. Pengetahuan tentang keragaman pangan berkurang.

 

Momala, jagung lokal Gorontalo yang berwarna ungu. Varietas ini tidak banyak ditemukan, hanya di wilayah tertentu di Gorontalo. Foto: Anie Annisa/Mongabay Indonesia

 

Kemandirian tanaman pangan pun menjadi makin berkurang, terutama varietas lokal. Misal, benih jagung, penyediaan bibit jagung pemerintah atau perusahaan adalah jagung hibrida untuk meningkatkan kuantitas hasil panen. Sejatinya, jagung hibrida untuk pakan ternak.

“Belum lagi misal, umbi-umbian. Ssekarang jadi makanan langka, eksotis, bahkan harga mahal, padahal (dulu) tidak seperti itu.”

Awalnya, masyarakat tertentu menanam tanaman pangan untuk kebutuhan ketahanan pangan keluarga, bukan pasar karena itu makanan pokok.

Mereka menyimpan hasil panen di lumbung-lumbung sampai jangka waktu tertentu sebagai cadangan pangan keluarga sampai musim berikutnya.

Hal itulah, kata Adib, yang menyebabkan bahan makanan itu tidak bisa dihargai sekadar satu kilogram berapa rupiah, meskipun secara ekonomi sangat mungkin dijual bila ada kelebihan.

“Tetapi pada awalnya, makanan pokok itu makanan yang bisa mencukupi, yang bisa mencukupi satu keluarga, hingga nilainya itu bisa jadi tidak ternilai.”

Menurut Adib, gerakan yang perlu digalakkan sekarang bukan sekadar menanam juga pengenalan berbagai jenis tanaman makanan serta ketersediaannya. Problem ketidaktersediaan berbagai jenis tanaman pangan karena sudah tidak dikenal di tengah-tengah masyarakat.

Orang bisa menjual apapun untuk mendapatkan makanan, tetapi terkadang di saat sama, petani tidak mendapatkan hasil layak dari hasil pertanian karena ongkos produksi dan hasil tidak seimbang.

“Pada intinya, bagaimana satu keluarga itu mempunyai pemahaman bahwa ada begitu banyak diservikasi jenis makanan yang bisa dijadikan makanan pokok,” katanya.

 

Labu kuning yang sering kita sebun waluh juga bisa jadi sumber pangan pokok. Foto: Pixabay/suju-foto/Public Domain

 

Kemandirian pangan

Adib mengatakan, perlu perencanaan skala kecil, menengah, dan besar dalam merespon masalah-masalah pangan.

Dalam skala kecil, perlu ada pengenalan berbagai jenis pangan lokal kepada generasi muda seperti berbagai varietas umbi-umbian dan biji-bijian, lebih-lebih di tingkat keluarga.

Ada begitu banyak varietas pangan lokal. Itu bisa dilakukan lewat berbagai cara, misal, lewat media sosial atau media massa. Perlu juga membeli untuk konsumsi.

Sekarang berbagai resep untuk memasak berbagai makanan mudah dijumpai, tak perlu khawatir masalah resep atau mengolah berbagai bahan makanan lokal itu.

Masyarakat Indonesia, malah banyak konsumsi tepung terigu yang terbuat dari gandum dan 100% impor, antara lain dari Ukraina. “Bayangkan saja, perang terjadi baru dua negara saja sudah mengganggu pasokan komoditas itu hingga kita perlu substitusi.”

 

Kara benguk yang jadi bahan pangan warga Pulau Gili Raja di Sumenep. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia

 

Indonesia, begitu kaya sumber yang bisa jadi pengganti terigu, seperti tepung mocaf dari singkong. Ada tepung sagu, sorgum, porang, aren, beras, jagung, dan banyak sumber tepung yang lain.

Adib bilang, mocaf lebih sehat dari tepung terigu,bebas gluten dan rendah gula. Ia bisa menjadi pengganti terigu.

Dalam skala menengah, perlu dorongan bagi para pegiat pangan maupun pegiat lingkungan untuk memikirkan kembali soal kedaulatan pangan keluarga.

Dalam skala besar, Adib menyebutkan perlu gerakan kedaulatan pangan lokal agar jadi perhatian negara. “Siapapun pemimpinnya, rezimnya, perlu memperhatikan kedaulatan pangan ini.”

 

Sagu, salah satu pangan pokok di Papua. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

*******

 

Exit mobile version