Mongabay.co.id

Aceh Banjir Lagi, Perbaikan Lingkungan Harus Dilakukan

 

 

Banjir akibat meluapnya sungai, terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Aceh sejak Selasa [01/11/2022].

Kabupaten maupun kota yang terendam adalah Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan, Kota Subulussalam, dan Kota Langsa. Sementara daerah terparah adalah Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Kabupaten Aceh Tenggara menjelaskan, banjir bandang yang terjadi Selasa [01/11/2022] itu merenggut dua warga Desa Rambung Jaya, Kecamatan Darul Hasanah, yaitu Samine [55] dan anaknya Siah Indah [15] meninggal dunia

“Banjir terjadi pukul 22.00 WIB, saat itu sebagian masyarakat sudah tidur. Sumine dan anaknya terseret lumpur dan kayu. Bencana menyebabkan 189 rumah rusak yang 47 unit rusak berat dan merendam 32 desa,” ujar Kepala BPBD Aceh Tenggara, Nazmi Desky, Jumat [04/11/2022].

Baca: Awal Tahun 2022, Aceh Kembali Terendam Banjir

 

Banjir yang terjadi di Aceh Selatan, awal November 2022, menyebabkan warga harus mengungsi. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sementara, banjir di Kabupaten Aceh Tamiang menyebabkan 138 desa di 12 kecamatan terendam. Jumlah pengungsi mencapai 9.526 kepala keluarga. Akses jalan nasional Provinsi Aceh – Sumatera Utara terputus, karena air merendam badan jalan.

“Jalan putus di kawasan Seumadam, Kecamatan Kejuruan Muda. Kendaraan masyarakat dan truk pengangkut sembako dari  Medan menuju sejumlah daerah di Provinsi Aceh tidak bisa lewat,” terang Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliyana Devita pada Sabtu [05/11/2022].

Akses jalan Provinsi Aceh – Sumatera Utara melalui jalur selatan juga terputus di Desa Ladang Rimba, Kecamatan Trumon Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Genangan air sepinggang orang dewasa membuat jalanan tidak bisa dilalui.

Foto Udara: Melihat Langsung Penyebab Banjir di Aceh Utara

 

Aceh Selatan merupakan wilayah yang tak luput terendam banjir. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Di Kota Subulussalam, banjir merendam sembilan desa di tiga Kecamatan. Anak usia empat tahun, Argan, penduduk Desa Siperkas, Kecamatan Rundeng, meninggal akibat terseret arus.

“Terbawa air saat mandi di depan rumahnya pada Rabu [02/11/2022],” kata Harahap, warga setempat.

Sebelumnya, awal Oktober 2022,  banjir merendam 156 desa di 16 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara. Jumlah pengungsi akibat meluapnya sungai itu mencapai 5.2000 jiwa.

Baca juga: Perusahaan Tambang Emas Australia Beroperasi di Hutan Aceh?

 

Jalan yang terendam air menyebabkan jalur transportasi di Aceh Selatan terputus. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Hutan rusak

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh menilai, banjir yang merendam sejumlah daerah di Provinsi Aceh terjadi akibat rusaknya hutan.

“Intensitas hujan tinggi, namun karena hutan rusak maka banjir makin sering terjadi. Banjir merupakan persoalan klasik di Aceh, namun pencegahan maksimal tidak pernah dilakukan,” terang  Direktur Walhi Aceh, Ahmad Shalihin.

 

Penampakan banjir yang terjadi di Aceh Selatan. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Umumnya, kerusakan hutan terjadi karena perambahan untuk areal perkebunan dan pembalakan liar. Kondisi sejumlah sungai juga semakin rusak akibat pertambangan.

“Hutan rusak dan banjir terjadi, yang paling menderita adalah masyarakat desa. Mereka kehilangan harta dan mata pencaharian.”

Menurut Shalihin, pembenahan tata ruang harus dilakukan.

“Lemahnya penegakkan hukum terkait kejahatan lingkungan khususnya kehutanan, menyebabkan kerusakan hutan terjadi semakin masif,” ujarnya.

 

Terlihat air menggenangi permukiman warga di Aceh Selatan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Data Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan [HAkA] Aceh menunjukkan, dari Juni 2020 sampai Juli 2021, Provinsi Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 19.443 hektar. Atau, satu hektar hutan hilang setiap 27 menit.

Manager Geographic Information System [GIS] HkKA, Lukmanul Hakim mengatakan, hasil pemantauan dan analisis menunjukkan, 58 persen tutupan hutan yang hilang berada dalam kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi.

“Sementara 42 persen berada dalam areal penggunaan lain [APL].”

 

Aceh Selatan merupakan satu dari sejumlah wilayah di Aceh yang terendam banjir di awal November 2022. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Hilangnya tutupan hutan terjadi di 21 kabupaten/kota, yang umumnya akibat pembalakan liar dan perambahan.

“Tahun 2021 Aceh Tengah kehilangan 3.342 hektar tutupan hutan, Aceh Timur [1.910 hektar], Aceh Utara [1.507 hektar], Aceh Barat [1.433 hektar], Gayo Lues [1.368 hektar], Aceh Selatan [1.259 hektar], dan Bener Meriah [1.158 hektar],” ujarnya.

 

Exit mobile version