Mongabay.co.id

Banjir dan Longsor, Tanda Peringatan Kerusakan Daerah Hulu di Bali

 

Gede Artana memandang nanar puluhan are sawahnya yang terkubur material pasir dan batu dari kaki Gunung Agung, 9 November 2022 di desanya, Geriana Kauh, Duda Utara, Kabupaten Karangasem, Bali.

Pemandangan kontras terlihat sejauh mata memandang. Sebagian area terendam material pasir dan batu, sedangkan sisanya sawah dengan padi menguning siap panen. Sungai pun sudah tak nampak, karena tertutup ribuan meter kubik material yang terbawa air bah pada 17-18 Oktober 2022 lalu. Sebuah rumah pun penuh material dan sudah ditinggalkan penghuninya. Jejak tersisa hanya sepetak tanaman cabai besar yang sudah siap panen. Layu karena mati sebelum sempat dipanen karena hempasan air bah penuh batu dan pasir.

Artana berharap material di sawahnya bisa diangkut alat berat agar ia dan petani penggarap lain bisa mengolah tanah lagi. Apalagi sebentar lagi mulai musim tanam padi masa atau padi tahun, jenis padi lokal Bali yang berperan penting bagi tradisi dan ritual desanya.

Desa ini memiliki tradisi sakral sebagai rasa syukur terbebas dari hama dan gagal panen, yakni Sanghyang Jaran dan Sanghyang Dedari. Tarian sakral yang akan bermakna dalam, penghormatan pada sang Dewi Sri, dewi sumber kehidupan dari spirit pertanian.

Sejumlah warga pun merasa daerah aliran sungai (DAS) sudah berubah karena sejumlah penyebab. Ni Nyoman Turun, kerabat Artana menyebut sejumlah kemungkinan penyebab seperti adanya pembuatan jembatan di salah satu DAS, pemukiman yang mendekat DAS, dan penyempitan untuk aktivitas lain. Keluarga ini merasa syok dengan dampak hujan deras tahun ini. Di sisi lain mereka bersyukur, karena di desa tetangga ada dua warga yang meninggal tersapu air bah.

Sampai 30 Oktober 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat sedikitnya sembilan warga menjadi korban dari bencana yang disebut akibat curah hujan tinggi itu. Di Kabupaten Karangasem ditemukan 131 titik lokasi kejadian di Kecamatan Abang, Kecamatan Bebandem, Kecamatan Karangasem, Kecamatan Kubu, Kecamatan Manggis, Kecamatan Rendang, Kecamatan Selat, dan Kecamatan Sidemen. Menimbulkan 3 korban jiwa dan kerugian diperkirakan hampir Rp25 milyar.

baca : Bencana Longsor dan Banjir di Bali, Sedikitnya 6 Meninggal

 

Rumah warga di hilir Bilokpoh, Jembrana, Bali, yang hancur kena banjir bandang. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Peringatan dari hulu juga terlihat di Kabupaten Jembrana. Daerah yang memiliki hutan lindung terluas di Bali. Puluhan rumah terkubur material kayu hutan dan lumpur di kawasan hulu DAS Bilokpoh, Penyaringan.

Salah satu warga yang kehilangan rumahnya karena terkubur kayu gelondongan adalah I Gusti Ayu Sri Wahyuni. Pada 17 Oktober jelang tengah malam, ia sudah melihat air bah dari hulu sungai sudah setinggi jembatan. Ia segera mengevakuasi diri bersama kedua orang tua di rumah dan warga sekitarnya. Rumah terkubur kayu di sekitarnya sedikitnya 6 KK. “Saya tidak mengira sebesar ini. Tidak ada yang bisa diselamatkan,” ia menoleh ke atap rumahnya, satu-satunya bagian yang terlihat.

Bencana banjir bandang yang diingatnya sekitar tiga kali, air memang masuk rumah, tapi tahun ini berbeda dengan gelombang air membawa ribuan kayu. Sampai dua minggu setelah peristiwa, kayu-kayu ini masih kesulitan dikeruk alat berat.

Keluarga yang juga masih berjuang membersihkan rumah karena terendam lumpur hampir satu meter di rumahnya adalah Desak Martini di Banjar Melaya Tengah, Desa Melaya.

Ia ingat pada Senin (18/10/2022) dini hari rumahnya dan puluhan rumah warga lain dihantam air penuh lumpur dan batang pisang. “Tumben biasanya hanya banjir biasa sekarang air setinggi bahu dan lumpur 1 meter,” katanya sambil menggendong bayinya, Komang yang berusia 3 bulan. Akibat rumahnya masih rusak, ia batal menghelat upacara agama tiga bulanan anaknya. Ia menduga air bah dan tanah ini akibat hutan yang kini ditumbuhi pohon pisang.

baca juga : Usai Degradasi, Terbitlah Hutan Belajar Desa

 

Rumah yang tertimbun kayu dari hulu hutan di Jembrana, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Di Kabupaten Jembrana, tercatat banjir di 5 titik sungai menyebabkan 3.955 rumah terendam dengan 50 titik banjir tersebar di sebagian kecamatan. Di Kecamatan Mendoyo misalnya, terdapat 17 titik lokasi kejadian dengan jumlah KK terdampak 888, menimbulkan 1 korban jiwa. Infrastruktur rusak lain adalah 7 unit jembatan, 6 saluran irigasi dan sungai, dan 15 ruas jalan.

Kepala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Barat, Agus Sugiyanto mengatakan ada banyak tantangan di hutan. Ia menyangsikan kayu-kayu yang terbawa ke hilir di Sungai Bilokpoh itu semuanya hasil ilegal logging. Kemungkinannya adalah vegetasi pohon yang sudah lapuk dan terhantam air bah. Menurutnya warga desa di daerah hulu sungai saat ini sudah mau memperbaiki hutan.

Selain itu jembatan Bilokpoh juga dinilai pendek, harus ditinggikan. Agar air sungai bisa lebih leluasa ke muara. “Curah hujan tinggi dan DAS ‘diperkosa’. Harus dinormalisasi dengan bendungan dan pengerukan,” katanya, saat bertemu di dalam Hutan Belajar, Desa Yehembang Kauh.

Hutan Belajar adalah salah satu upaya pemberdayaan warga yang berkebun dalam hutan dan edukasi ke generasi muda tentang manfaat hutan. Tujuan lain adalah mengurangi perambahan hutan dengan mengajak warga menanam kembali pohon-pohon besar dan endemik seperti kwanitan.

Mongabay Indonesia sudah mengulas tentang penyebab banjir bandang sebelumnya di Jembrana pad beberapa tulisan, antara lain tulisan ini dan tulisan ini. Melihat main besarnya dampak dari kerusakan di hulu dan DAS tahun ini yang dipicu curah hujan tinggi, perlu upaya yang lebih cepat dan jangka panjang untuk merehabilitasinya.

baca juga : Memantau Tutupan Hutan Bali, Mencegah Bencana Terulang Lagi

 

DAS Bilokpoh di Jembrana, Bali, yang membawa banjir bandang dengan ribuan batang kayu. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Agus Sugiyanto juga berharap koordinasi untuk perbaikan hutan di Jembrana lewat Sabha Wana Kerthi, yang mempertemukan lintas sektor bisa segera direalisasikan. Menurutnya karakter kawasan penangkap air hujan di Jembrana berbeda dengan kabupaten lain. Jembrana hanya punya hutan dan sungai, tidak ada danau untuk menampung air hujan.

Ia berharap 12 ribuan hektar hutan bisa dikembalikan. Dengan skema Kelompok Tani Hutan (KTH) saat ini baru 5000an hektar. Skema KTH atau hutan desa ini memberi kesempatan warga bisa memanfaatkan hutan di area pemanfaatan namun dengan beberapa syarat seperti menambah tanaman tuwuh atau usia panjang dan tidak menambah luasan ngawen atau perambahan jadi kebun.

Ia menyebut ada 2 kasus ilegal logging tahun tahun ini yang ditangkap yakni penebang Sonokeling ddengan barang bukti 1 truk. Ia mengatakan kejadian ini diketahui dari adanya sepeda motor bawa 5 batang kayu, namun yang ditangkap 1 orang saja di Desa Belimbing Sari. Sementara kasus lain di Tukad Daya ada 1 truk mengangkut 20 batang kayu, namun kasusnya belum tuntas. “Tidak membuat jera, alasan mereka tidak tahu itu hutan,” kata Agus. Ia meyakini ada broker kayu.

Pasca bencana banjir bandang ini, ia mengatakan tim penegakan hukum sektor hutan dari Surabaya sudah ambil video drone di hutan Penyaringan, hulu sungai Bilokpoh. Menurutnya hutan baik-baik saja hanya ada beberapa titik longsor.

Menurutnya harus dimitigasi dengan penanganan DAS. “Kalau curah hujan tinggi, akan ada bencana lagi,” sebutnya.

baca juga : Mengingat Banjir Bandang, Menengok Hutan Jembrana [1]

 

Sawah tertimbun pasir dan batu dari kaki gunung agung di Desa Geriana Kauh, Karangasem, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Titik lokasi terbanyak lainnya di Kabupaten Tabanan, daerah pertanian, lumbang padi Bali dan palawija. Sedikitnya 220 titik tersebar di hampir semua kecamatan, dengan 4 korban meninggal. Misalnya di Kecamatan Marga, terdapat 76 titik lokasi kejadian, dan Kecamatan Marga 76 kejadian.

Bencana longsor dan banjir tahun ini terjadi di semua kabupaten dan kota di Bali. Termasuk daerah wisata. Misalnya di Ubud, ada beberapa titik longsor dan banjir yang membuat hotel dan kawasan pusat parkir tergenang. Ada juga sekolah di dekat Puri Ubud yang temboknya ambrol, beberapa ruas jalan raya utama penuh lumpur. Titik terbanyak di Gianyar adalah Kecamatan Payangan dengan 11 titik lokasi.

Pekan ini pemerintah sedang berkonsentrasi pada perhelatan KTT G20 yang dihelat di Nusa Dua, Bali selatan. Pemprov Bali sudah mengeluarkan surat edaran pembatasan kegiatan masyarakat selama puncak KTT berlangsung pada 15-17 November ini. Siswa dan pekerja di Badung dan Denpasar Selatan diminta belajar dan bekerja dari rumah. Salah satu topik KTT negara-negara penguasa ekonomi dunia ini adalah kebijakan lingkungan melalui transisi energi yang lebih bersih.

Di sisi lain, jejak bencana ekologi masih nampak di sejumlah kabupaten di Bali. Sebuah peringatan nyata untuk segera bertindak.

 

Exit mobile version