- Ilmuwan memperingatkan tentang kepunahan populasi serangga secara global yang saat ini sedang berlangsung.
- Laju perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan dapat mempercepat terjadinya kiamat serangga.
- Serangga adalah penyerbuk, pengontrol hama, pengelola limbah dan pengurai jasad, dan makanan bagi hewan lain. Jika serangga punah akan banyak jasad yang menumpuk dan tidak terurai.
- Sikap individu bagi masyarakat di perkotaan dapat memainkan peran penting untuk kehidupan serangga dan satwa liar lainnya.
Laju perubahan iklim semakin mengkhawatirkan. Ancaman terhadap kelestarian spesies di alam, merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Para ilmuwan menyebut, di antara kelompok hewan yang paling terkena dampak perubahan iklim adalah serangga. Bahkan, ada istilah “kiamat serangga” untuk menggambarkan fenomena ini.
Hal tersebut terungkap dalam publikasi ilmiah di Journal Ecological Monographs [November, 2022], tentang peringatan para ilmuwan akan kepunahan populasi serangga secara global yang saat ini sedang berlangsung.
Riset berjudul “Scientists’ warning on climate change and insects” yang ditulis oleh Harvey J.A. et al, itu mengingatkan kepada kita semua bahwa jika tidak ada tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, maka secara drastis serangga akan berkurang.
“Kami berpendapat, hasil terpenting dari perubahan iklim adalah populasi serangga menjadi tidak stabil dan bahkan seluruh populasi spesiesnya dapat punah. Kecuali, mereka mengubah distribusi geografisnya atau menyesuaikan pola aktivitas spasial dan temporal serta fenologi musiman dengan kondisi iklim baru,” tulis Harvey dan kolega.
Baca: Ini Robber Fly, Serangga Predator yang Ditakuti
Laju penurunan populasi serangga juga sudah diperingatkan oleh LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] yang kini telah dileburkan dalam BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional]. Keselamatan Bumi terancam jika serangga punah, karena peran serangga sangat vital dalam ekosistem.
“Mereka adalah penyerbuk, pengontrol hama, pengelola limbah dan pengurai jasad. Selain itu, serangga adalah makanan bagi hewan lain. Jadi bayangkan jika serangga punah akan banyak jasad yang menumpuk dan tidak terurai,” ungkap Djunijanti Peggie, peneliti bidang Entomologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Menurut dia, penyebab utama menurunnya populasi serangga adalah akibat alih fungsi lahan, perubahan iklim, penggunaan pestisida dan pupuk sintetis.
“Serta adanya faktor biologis termasuk patogen dan spesies invasif.”
Baca: Jika Serangga Menghilang, Malapetaka Besar Menanti Bumi
Harvey J.A. et al, dalam publikasinya pun menjelaskan, paparan suhu tinggi memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serangga. Misalnya, terjadi pengurangan ukuran tubuh, dampak negatif pada kesuburan, penyebaran, yang semuanya dapat mengurangi ketahanan mereka dalam menghadapi perubahan iklim dan dalam skenario terburuk adalah dapat menyebabkan keruntuhan populasi serangga.
“Dampak yang dihasilkan juga adalah potensi buruk pada stabilitas dan fungsi ekosistem, dan selanjutnya penyediaan layanan ekosistem kita,” ujar para peneliti.
Baca: Berapakah Jumlah Seluruh Semut di Planet Bumi?
Perilaku individu bisa selamatkan serangga
Dari publikasi itu para ilmuwan mengatakan, meskipun tindakan paling berdampak adalah tindakan yang harus dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan, namun keputusan yang dibuat pada skala lebih kecil oleh individu masih dapat memberikan perbedaan besar bagi konservasi serangga.
“Ini sangat relevan dalam konteks iklim ekstrim. Kebanyakan orang tinggal di kota, yang karena kurangnya sumber daya utama dan habitat yang sesuai dapat menjadi tempat yang tidak bersahabat bagi banyak organisme.”
Para ilmuwan memberi rekomendasi seperti sikap individu dapat memainkan peran penting dalam membuat kota lebih cocok untuk kehidupan serangga dan satwa liar lainnya.
“Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, terdapat solusi yang umumnya tidak memiliki biaya mahal. Tempat yang baik untuk memulainya adalah taman atau balkon rumah.”
Baca juga: Riset: Kanibalisme Terjadi pada Sesama “Bayi” Tawon
Berikutnya, berkebun ramah serangga dapat mengurangi jejak karbon individu dan meningkatkan imbalan dalam bentuk kelimpahan bunga yang begitu bernmanfaat bagi serangga. Menurut para peneliti tersebut, taman ramah serangga adalah taman yang juga indah.
Penggunaan pestisida harus dihindari sama sekali karena menjadi ancaman serangga. Menabur campuran bunga liar asli, bahkan dalam pot, dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar keanekaragaman serangga lokal.
“Kita semua dapat membuat perbedaan untuk pelestarian keanekaragaman serangga, khususnya di perkotaan, melalui pilihan yang kita ambil,” tulis para ilmuwan.