Mongabay.co.id

Umur Lebah Madu Diperkirakan Lebih Pendek Dibandingkan 50 Tahun Lalu

Seekor lebah dari peternakan lebah madu di Bandung Bee Sanctuary (BBS) di Dago Atas, Kota Bandung, Jawa Barat. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

 

Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup dalam keluarga besar, biasa disebut koloni.

Di seluruh dunia terdapat 7 spesies jenis lebah madu, yaitu Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis koschevnikovi, Apis nigrocincta, Apis mellifera, dan Apis florea. Dari tujuh jenis tersebut, 6 jenis ada di Indonesia.

Uniknya, dalam satu koloni lebah madu, terdapat seekor lebah pemimpin, yaitu ratu [queen], ratusan lebah jantan [drone], dan puluhan ribu lebah pekerja [worker].

Hanya saja, masalahnya saat ini adalah tingkat kehilangan koloni lebah madu sangat tinggi, terutama bagi lebah madu di peternakan. Fenomena ini menarik perhatian ahli entomologi dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, Anthony Nearman dan Dennis Van Engelsdrop.

Dari penelitian mereka berjudul “Water Provisioning Increases Caged Worker Bee Lifespan and Caged Worker Bees are Living Half as Long as Observed 50 Years Ago” yang dimuat di Jurnal Scientific Report edisi 14 November 2022, menunjukkan bahwa umur individu lebah madu yang disimpan dalam lingkungan laboratorium yang terkontrol, ternyata sekitar 50% lebih pendek, dibandingkan tahun 1970-an.

“Kami mengamati bahwa rata-rata umur lebah madu yang dikurung telah menurun di Amerika  sejak tahun 1970-an, dari rata-rata 34,3 hari menjadi 17,7 hari.”

Baca: Hebatnya Lebah Madu, Bisa Pecahkan Soal Matematika

 

Homalictus hadrander, lebah dengan tubuh warna-warni. Foto: James Dorey/Flinders University

 

Dalam percobaan awal, peneliti menemukan bahwa lebah madu yang dikurung, yang diberi berbagai jenis air [deionisasi, 1% NaCl dalam deionisasi, atau keran] memiliki rentang hidup rata-rata lebih lama daripada yang tidak. Melihat hal itu, peneliti kembali melihat catatan sejarah dan menemukan hubungan antara tren ini dan penurunan jumlah rata-rata madu yang diproduksi per koloni per tahun di AS selama lima dekade terakhir.

Penurunan umur lebah madu yang dipelihara di laboratorium ini dianggap sangat penting karena dapat membantu menjelaskan mengapa terjadi hilangnya koloni dan produksi madu yang lebih rendah saat ini.

“Studi kandang laboratorium bertujuan mengukur umur rata-rata lebah madu pekerja dewasa dan etiologi penyakit lebah madu, efek produk kesehatan, dan risiko terkait paparan pestisida beserta masalah lain,” tulis peneliti.

Dalam riset ini para peneliti memodelkan efek rentang hidup yang lebih pendek. Hasilnya, sesuai dengan peningkatan hilangnya koloni dan penurunan tren produksi madu sebagaimana yang terlihat oleh peternak lebah di AS dalam beberapa dekade terakhir.

Baca: Studi: Ada Kesamaan Interaksi Lebah Madu dengan Kehidupan Sosial Manusia

 

Lebah pekerja Bumblebee. Foto: Bill Temples/Bumblebee Conservation Trust

 

Dari data peneliti, selama dekade terakhir, peternak lebah AS memang telah melaporkan tingkat kehilangan yang tinggi. Mereka kini banyak mengganti lebih koloni agar operasional tetap berjalan. Peneliti pun fokus pada penyebab stres lingkungan, penyakit, parasit, paparan pestisida, dan nutrisi.

“Sebagian besar pemahaman kita tentang umur lebah madu secara umum, didasarkan pada karya ilmuwan lebah awal,” tulis peneliti.

Pemahaman itu dibangun atas pengetahuan yang diperoleh pada tahun 1950-an, sebelum paparan selama beberapa dekade terhadap faktor-faktor yang dianggap mendorong tingkat kehilangan koloni hari ini.

Anthony Nearman kepada Sciencedaily, menjelaskan mereka mengisolasi lebah di laboratorium dari kehidupan koloni tepat sebelum mereka menjadi dewasa, untuk memperkenalkan gagasan komponen genetik.

“Jika hipotesis ini benar, akan menjadi solusi. Jika kita dapat mengisolasi beberapa faktor genetik, mungkin kita dapat membiakkan lebah madu yang berumur lebih panjang.”

Sciencedaily mencatat, penelitian ini menunjukkan penurunan keseluruhan umur lebah madu berpotensi terlepas dari tekanan lingkungan. Hal ini mengisyaratkan bahwa genetika mungkin mempengaruhi tren yang lebih luas dari tingkat penggantian koloni lebih tinggi, yang terlihat di industri perlebahan.

Baca: Pola Terbang Unik Lebah Bumblebee

 

Seekor lebah dari peternakan lebah madu di Bandung Bee Sanctuary (BBS) di Dago Atas, Kota Bandung, Jawa Barat. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Jenis kelamin dan kasta lebah madu

Mengutip laporan Britannica, ada dua jenis kelamin lebah madu, yaitu jantan dan betina, dan dua kasta pada betina, yaitu ratu dan lebah pekerja.

Lebah jantan jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Ia makan dan minum dilayani oleh lebah pekerja. Fisiknya lebih pendek dari lebah ratu dan berwarna kehitam-hitaman. Hidup lebah jantan hanya beberapa bulan saja, akan mati setelah kawin dengan lebah ratu. Ciri khas lebah jantan adalah tidak memiliki sengat.

Sedangkan lebah ratu adalah lebah spesial dalam koloni. Tugasnya bertelur dan mengatur koloni.

“Seekor ratu akan sering kawin dengan banyak lebah jantan, perilaku kawin yang dikenal sebagai poliandri,” tulis laporan tersebut.

Poliandri pada lebah untuk meningkatkan keragaman genetik dalam koloni dan dengan demikian meningkatkan kebugaran dan kelangsungan hidup koloni. Koloni yang beragam secara genetik memiliki karakteristik seperti peningkatan ukuran populasi, aktivitas mencari makan, dan persediaan makanan yang mendukung produksi ratu baru dan pembentukan koloni baru.

Baca juga: Homalictus, Lebah dengan Tubuh Warna-warni

 

Tipikal lebah. Sumber: Britannica

 

Sementara lebah pekerja, merupakan lebah betina yang tidak dapat bertelur seperti ratu, dalam satu koloni terdapat ribuan ekor lebah pekerja. Lebah ini memiliki tugas  memberi makan lebah ratu dan larva, membuat sarang, mencari nektar dan tepung sari, memproses dan menyimpan madu, serta mencari air.

Britannica juga melaporkan, koloni lebah madu rentan terhadap berbagai penyakit dan parasit. Contoh agen yang sangat menghancurkan koloni di Eropa dan Amerika Utara adalah parasit Varroa destructor dan Tropilaelaps clareae. Juga colony collapse disorder [CCD], yang pertama kali dilaporkan tahun 2006 di Amerika Serikat, menyebabkan hilangnya koloni lebah madu dalam jumlah besar.

 

Exit mobile version