Mongabay.co.id

Inilah Burung Madu: Spesies Baru dari Kepulauan Wakatobi

 

 

Sekelompok peneliti telah mengidentifikasi beberapa spesies burung madu [sunbird] baru, yang jangkauan persebarannya membentang dari Afrika di barat dan Australia di timur, di Kepulauan tropis Wakatobi di Indonesia tengah.

Jurnal yang diterbitkan pada 25 Oktober oleh para ilmuwan dari Irlandia dan Indonesia, menggambarkan perbedaan fisik dan genetik burung madu Wakatobi [Cinnyris infrenatus] dari populasi lain yang telah diketahui.

Mereka juga menemukan bukti yang dapat memisahkan spesies yang tersebar luas dari burung madu hitam dan burung madu punggung zaitun [C. jugularis dan Leptocoma aspasia].

“Sungguh menakjubkan, masih ada spesies yang menunggu untuk ditemukan di wilayah ini, yang penting bagi biologi evolusioner sejak zaman Wallace,” menurut Fionn Ó Marcaigh, kandidat PhD di Trinity College Dublin’s School of Natural Sciences yang merupakan penulis utama studi tersebut dalam sebuah pernyataan.

Dia mengacu pada naturalis Alfred Russel Wallace, yang temuan evolusioner utamanya pada tahun 1800-an disebut sebagai Garis Wallacea, pembatas imajiner antara laut dalam dan dangkal yang menyebabkan perbedaan nyata pada spesies yang ditemukan di kedua sisi.

“Saya senang bahwa kami telah menambahkan ke daftar spesies yang diketahui dari bagian dunia yang indah. Ini adalah hal yang saya impikan ketika saya pertama kali tertarik pada bidang zoologi sejak saya masih anak-anak,” tambah Ó Marcaigh.

 

Burung madu [sunbird] Wakatobi. Foto: David J. Kelly

 

Para peneliti mengumpulkan sampel burung dalam serial ekspedisi antara 1999 dan 2017 yang melintasi Sulawesi Tenggara, antara Menui dan Kepulauan Wakatobi. Mereka kemudian mengidentifikasi ciri-ciri fisik burung seperti sayap, paruh, massa tubuh, dan kicauan. Mereka juga menganalisis DNA yang dikumpulkan dari bulu dan jaringan lalu membandingkannya dengan masing-masing sampel dan populasi burung madu lainnya.

Mereka menemukan bahwa burung madu Wakatobi memiliki divergensi genetik, seperti sayap yang lebih pendek, paruh yang lebih pendek dan tarsi yang lebih panjang daripada sunbird Sahul [C. clementiae] serta menunjukkan suara bernada lebih lambat dan lebih tinggi dengan bandwidth lebih kecil. Burung madu Wakatobi secara kategoris ditempatkan oleh para peneliti sebagai subspesies keempat di bawah burung madu punggung zaitun.

Seperti namanya, burung madu Wakatobi terbatas pada Kepulauan Wakatobi yang kecil, di lepas pantai tenggara Sulawesi yang lebih besar. Para penulis mencatat bahwa pulau-pulau kecil yang terisolasi seperti Wakatobi memiliki proses evolusi sendiri dan sering menghasilkan spesies unik, seperti yang ditemukan di Galápagos yang terkenal.

“Identifikasi burung madu Wakatobi berfungsi untuk mengingatkan kita bahwa keanekaragaman hayati ada di mana-mana,” kata David J. Kelly, peneliti di Trinity’s School of Natural Sciences, dalam pernyataan yang sama.

Para peneliti mengatakan, temuan mereka menegaskan kembali rekomendasi untuk melindungi Kepulauan Wakatobi sebagai kawasan burung endemik, terutama karena masih banyak yang belum diketahui oleh komunitas ilmiah.

Kepulauan kecil ini juga merupakan bagian dari Wallacea yang oleh banyak ilmuwan dianggap sebagai “laboratorium hidup” untuk studi evolusi dengan spesies endemik yang baru diidentifikasi secara sains dalam beberapa tahun terakhir.

Kawasan ini juga terancam oleh tekanan deforestasi akibat pembangunan yang diperkirakan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

“Hasil kerja kami telah mengidentifikasi kelompok burung pengicau yang lebih kecil di Kepulauan Wakatobi yang tampaknya telah beradaptasi dengan transisi di habitat mereka, dari semak belukar alami dan hutan menuju lahan pertanian,” kata Kelly kepada Mongabay dalam wawancara email. “Jika  habitat ini tetap ada, penggunaan herbisida dan pestisida rendah, masa depan burung-burung ini terjamin.”

“Sayangnya, penangkapan burung untuk industri sangkar semakin meningkat,” tambahnya. “Saya paham kalau burung dipelihara di rumah-rumah orang sudah biasa, tapi jumlah orang semakin banyak sedangkan jumlah burung semakin berkurang. Jika tidak ada yang berubah, perhitungannya sederhana, burung-burung itu akan menghilang.”

 

Burung madu Wakatobi. Foto: David J. Kelly

 

Selain karakter khusus dari garis keturunan Wakatobi, temuan mereka juga mendukung pemisahan populasi dari Sulawesi hingga Paparan Sahul, dengan Kepulauan Solomon diakui sebagai takson tingkat spesies, “Sahul sunbird, C. clementiae,” populasi Paparan Sunda menjadi “ornate sunbird, C. ornatus” dan burung Filipina menggunakan “C. jugularis” dan mengambil “garden sunbird” sebagai nama umum.

Sunbirds [Nectariniidae] adalah keluarga burung pengicau kecil dengan banyak bulu berwarna mencolok, yang biasanya menunjukkan berbagai keanekaragamannya. Para peneliti mencatat bahwa burung madu telah dikagumi oleh para naturalis dan seniman selama berabad-abad, dengan menggambarkan burung madu punggung zaitun dalam relief di Candi Borobudur di Jawa, yang berasal dari abad ke-8 Masehi.

 

Kepulauan Wakatobi [merah] terletak di lepas pantai di ujung tenggara Sulawesi di Indonesia timur. Nama Wakatobi adalah akronim dari empat pulau utama: Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Peta: Ewesewes/Wikimedia Commons

 

Ó Marcaigh juga mencatat bahwa burung madu Palestina [C. osea] digunakan sebagai simbol perjuangan pembebasan Palestina, sementara banyak spesies burung madu yang ditemukan di Afrika dianggap penyerbuk penting.

“Saya pikir pesan terbesar dari hasil kerja ini adalah bahwa semakin kita melihat keanekaragaman hayati, semakin kita menyadari betapa lokal keberadaannya, dengan semakin banyak spesies yang terbatas pada wilayah atau kepulauan tertentu atau bahkan pulau-pulau kecil,” kata Ó Marcaigh kepada Mongabay dalam wawancara email.

“Saya berharap, adanya spesies endemik lain yang diakui di Kepulauan Wakatobi akan memberdayakan para pelestari satwa liar setempat dalam melindungi keanekaragaman yang berharga ini,” paparnya.

 

Tulisan asli dapat dibaca pada tautan ini: Here come the sunbirds: New species from Indonesia’s Wakatobi Islands. Artikel diterjemahkan oleh Akita Verselita.

 

Exit mobile version