Mongabay.co.id

Kala Penanganan Lemah, Batang Arau jadi ‘Tong Sampah’

 

 

Kota Padang darurat penanganan sampah. Per hari kota ini bisa produksi sampah sampai 800 ton. Aliran sungai yang paling merana karena jadi ‘tong sampah’ adalah Batang Arau. Sampah-sampah hanyut atau bertumpuk di tepian sungai seakan jadi pemandangan biasa.

Ini juga sejalan dengan temuan riset Walhi Sumatera Barat soal sampah di Batang Arau. Kajian itu menyebutkan, produksi sampah Kota Padang bisa menutupi seluruh Kantor Gubernur Sumatera Barat atau lebih dari satu lapangan bola tiap 10 hari.

Batang Arau merupakan aliran sungai yang membentang dari Bukit Barisan hingga Muara Kota Padang, tempat berlabuh kapal-kapal dari Mentawai dan sebaliknya.

Sungai ini berhilir di Muaro Kota Padang. Kapal-kapal dagang dan nelayan berlabuh di sana. Oktober lalu Walhi mengadakan diskusi terfokus soal hasil riset mereka.

Dalam catatan Walhi Sumbar per Desember 2021, Kota Padang produksi sampah sampai 800 ton per hari.  Sekitar 70% berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa pengolahan. Sedangkan fasilitas dan penanganan sampah tidak mencukupi.

“Ini berarti dalam sehari satu orang Kota Padang menghasilkan sampah 0,22 kg dan 75% merupakan sampah organik. Potensi timbulan sampah per hari mencapai 1.940 meter kubik,” kata Andre Bustamar, Kepala Divisi Riset Walhi Sumbar.

Jumlah itu, katanya, dapat menutupi GOR H Agus Salim dengan ketinggian sampah satu meter dalam 10 hari saja.

 

Sampah plastik yang menumpuk di tepian Batang Arau, Kota Padang. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Selain itu,  hanya ada 181 bak sampah tersebar di 139 titik di seluruh kota padang. Ini hanya mampu menampung 1.050 meter kubik sampah per harinya. Ada selisih 890,85 meter  kubik yang tidak terkelola baik.

“Berdasarkan audit badan pemeriksa keuangan pada 2019,  Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang  kekurangan 59 bak sampah,” kata Andre.

Berdasarkan survei Michell Rohman dan tim kepada 100 orang yang tinggal di sekitar Batang memperlihatkan,  respon masyarakat soal sampah jadi masalah paling mendesak untuk diselesaikan.

Andre mengatakan, pengelolaan sampah dan limbah di Kota Padang lemah hingga sungai, badan sungai, muara dan lautan jadi korban.

“Sungai dan anak sungai serta gorong-gorong penuh sampah dan bau. Tempat-tempat itu jadi saluran buangan sampah dan limbah,” katanya.

Batang Arau,  merupakan satu sungai terbesar di Kota Padang. Sungai ini melewati pertambangan kapur, industri pengolahan karet, pemukiman hingga pelabuhan. Sebagai sungai terbesar di Kota Padang tetapi paling tercemar.

Walhi Sumbar dalam penelitian menemukan, sumber dan timbulan sampah atau limbah di sepanjang Batang Arau ada 44 titik mengarah ke sungai.  Sebanyak,  148 timbulan sampah di tepian sungai dan dua tambang pasir di sungai.

Selanjutnya,  ada kepadatan bangunan dan populasi  tinggi di daerah hilir berpengaruh terhadap sumbangan sampah dan limbah ke Batang Arau. Kondisi ini diperparah hanya ada lima TPS di hulu.

“Di Muaro Padang juga tak berbeda jauh. Hanya ada 10 TPS,” kata Andre.

 

Muara batang Arau. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Selanjutnya,  ada 11 kelurahan sekitar Batang Arau tidak menerima layanan pengelolaan sampah.

“Potensi pencemaran sangat mengkhawatirkan. Terutama di Kecamatan Padang Timur, Padang Barat dan Padang Selatan. Hampir semua kelurahan di tiga kecamatan itu punya potensi pencemaran tinggi dan sangat tinggi,” katanya.

Andre mengatakan,  timbulan sampah dan limbah serta potensi pencemaran yangtinggi ini adalah cerminan pengelolaan sampah buruk di Padang.

Dewi,  warga Kota Padang yang ikut dikskusi mengatakan, seharusnya semua Ketua RT berkoordinasi dalam menangani sampah ini.

Herman, dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Padang bilang, terganggu karena limbah-limbah ini. Banyak ikan menghilang dan lokasi mencari ikan pun makin jauh. Dalam satu baskom ikan sering didapati setengahnya sampah.

Mahyeldi,Gubernur Sumbar  mengatakan, penanganan masalah sampah bisa disinergikan dengan program pemerintah daerah terutama untuk Kota Padang. “Sungai ini juga kewenangan pusat dan provinsi jadi nanti bisa disinergikan hingga ada percepatan dalam penyelesaian masalah ini,” katanya.

Dia bilang, akan buat peta jalan guna memulihkan Batang Arau. “Mulai dari kebijakan strategis atau penyiapan masyarakat dan juga bagaimana sinergi kita dan bagaimana sampah yang sudah ada ini bisa kita minimalisir,” katanya.

 

Sungai Batang Arau yang tercemar sampah plastik khususnya sampah rumah tangga. Foto: Vinolia/Mongabay Indonesia

 

Tuntutan komunitas

Gerakan Sungai Bersih Kota Padang juga menyampaikan tuntutan pada pemerintah karena melihat kondisi Batang Arau makin mengkhawatirkan. Mereka juga merespon temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara yang menyatakan setiap 100 liter air Batang Arau ada 420 partikel mikroplastik.

Gerakan ini berkolaborasi dengan Koalisi Masyarakat Peduli Batang Arau (KMPBA). Ada tujuh tuntutan yang mereka sampaikan  Juni lalu. Pertama, mendesak pemerintah untuk memulihkan Batang Arau secara total dari hulu, tengah dan hilir termasuk pengerukan dan mengangkat sampah-sampah atau membersihkan Batang Arau dari sampah dalam waktu cepat.

Kedua, mendesak pemerintah penegakan hukum konsisten terhadap pihak-pihak yang membuang sampah termasuk limbah pabrik, industri bengkel, rumah sakit dan sejenisnya. Baik limbah cairan, padat atau pun gas secara sembarangan.

Ketiga,mendesak pemerintah meminta pertanggungjawaban produsen atau perusahaan atas sampah yang mereka hasilkan yang ikut mencemari Batang Arau.

Keempat, mendesak pemerintah melibatkan sekolah dan guru-guru serta tenaga kependidikan dalam praktik pembangunan jiwa anak didik agar tidak membuang sampah sembarangan. Termasuk tak membuang sampah ke Batang Arau dan drainase sekitar.

Kelima,mendesak pemerintah memaksimalkan sosialisasi penyelamatan Batang Arau dengan melarang masyarakat membuang sampah ke Batang Arau.

Keenam, mengimbau komunitas, lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi melakukan edukasi terhadap masyarakat dalam menjaga Batang Arau. Ketujuh, mengimbau tokoh-tokoh agama, pemangku adat, bundo kanduang dan lain-lain ikut menyosialisasikan larangan membuang sampah ke ekosistem Batang Arau.

Delapan, KMPBA akan menyusun agenda detail penyelamatan Batang Arau dan akan menjaga keberlanjutan gerakan penyelamatan Batang Arau.

 

 

*******

 

 

Exit mobile version