Mongabay.co.id

Peringati Hari Menanam Pohon, YKL Indonesia dan KreditPlus Tanam 2.000 Bibit Mangrove di Lantebung

 

Kamaluddin mendorong perahu kecil berisi ratusan bibit mangrove. Lumpur sedalam 40 cm tak menghambat pergerakan pemuda yang merupakan ketua Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL) ini. Rekannya, Syahrul yang dikenal dengan nama Gojek beserta sejumlah rekannya yang lain turut membantu dengan perahu yang lain. Pagi itu puluhan orang dari berbagai institusi menanam mangrove di tengah guyuran hujan turun sejak subuh hari.

Kegiatan hari itu, Minggu (27/11/2022) adalah penanaman mangrove untuk memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang diperingati setiap tanggal 28 November. Mereka menanam sekitar 2.000 bibit mangrove dari jenis Api-api (Avicennia spp.) di Kawasan Ekowisata Mangrove Lantebung, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia bersama PT. KB Finansia Multi Finance (KreditPlus), melibatkan kurang lebih 50 orang dari berbagai pihak seperti perwakilan Dinas Perikanan Kota Makassar, Polsek Tamalanrea, Kelurahan Bira, Pengelola Mangrove Lantebung (Jekomala), Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL), Rangkul, Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu dan Teknologi Kelautan Universitas Hasanuddin, Anak-anak Peduli serta pihak lainnya.

Menurut Nirwan Dessibali, Direktur Eksekutif YKL Indonesia, dengan adanya kegiatan ini diharapkan akan berdampak pada perbaikan lingkungan pesisir dan laut yang tengah mengalami banyak tekanan dan keterancaman.

“Dengan semangat kolaborasi kami mengajak berbagai pihak untuk bersama-sama aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya di wilayah pesisir dan laut, serta mendukung upaya mencegah krisis iklim. Keterlibatan seluruh pihak untuk terlibat dalam pelestarian lingkungan sangat penting. Apalagi saat ini bisa dikatakan isu perubahan iklim telah salah satu isu yang menjadi pusat perhatian semua pihak di dunia khususnya di Indonesia.”

baca : Ade Saskia Ramadina, Perempuan Muda Penjaga Mangrove di Lantebung

 

Penyerahan bibit mangrove dari pihak KreditPlus dan YLK Indonesia kepada pihak Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL) yang turut membantu penanaman mangrove. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Nirwan menjelaskan ekosistem mangrove memiliki peranan penting dalam menjaga iklim di mana dapat menekan laju peningkatan konsentrasi gas rumah kaca khususnya kemampuan menyerap karbon dan menyimpan karbon dalam tanah. Mangrove dapat untuk mitigasi dan adaptasi atas risiko bencana karena perubahan iklim.

“Suhu udara yang makin panas, musim hujan dan kemarau yang tidak menentu serta cuaca ekstrem seperti badai yang belum pernah terjadi sebelumnya sudah melanda Indonesia. Tanda-tanda krisis iklim yang sudah terlihat nyata inilah yang seharusnya menyadarkan seluruh pihak untuk bersuara akan pentingnya menjaga bumi dari ancaman krisis iklim.”

Dikatakan Nirwan, kemampuan pohon untuk menyerap CO2 merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi perubahan iklim. Penyebab utama dari perubahan iklim adalah peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Selain itu mangrove memiliki manfaat sebagai sumber penghidupan masyarakat pesisir, habitat satwa. tempat pemijahan dan pembesaran alami biota perikanan, pelindung pantai, peredam angin dan ombak, suplai dan regenerasi nutrisi perairan, menjaga siklus dan kualitas air, penghasil hasil hutan kayu dan non kayu, tempat kebudayaan-spiritual dan ekowisata.

“Sayangnya, di balik peranan pentingnya untuk menjaga iklim dan manfaat lainnya, saat ini luasan mangrove semakin terdegradasi termasuk di Kota Makassar. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir mangrove di Kota Makassar menghilang lebih 80%. Bahkan di daerah pesisir selatan mangrove telah hilang,” jelas Nirwan.

Secara nasional sendiri, kondisi mangrove juga terus mengalami degradasi dan keterancaman. Berdasarkan data Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2020, total luasan hutan mangrove tersisa 2.515.943,31 hektar.

“Dari angka tersebut, hanya 31,34 persen hutan mangrove dalam kondisi baik, sementara sisanya sebanyak 15,64 persen berada dalam kondisi sedang, dan 13,92 dalam kondisi rusak.”

baca juga : Kolaborasi Jaga Iklim, Puluhan Komunitas Makassar Tanam Mangrove di Lantebung

 

Penanaman sekitar 2000 bibit dari jenis Api-api (Avicennia spp.) melibatkan berbagai pihak memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia di kawasan ekowisata Lantebung Makassar. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Dengan semua situasi tersebut, Nirwan menilai komitmen dan keterlibatan swasta untuk turut peduli pada perbaikan ekosistem mangrove sangat penting dan harus terus didorong untuk berkontribusi lebih besar lagi di masa yang akan datang.

“Keterlibatan swasta menjadi sangat penting, yang menunjukkan bahwa tanggung jawab untuk lingkungan khususnya mangrove bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, aktivis dan pemerhati mangrove, namun seluruh pihak di planet ini,” jelas Nirwan.

Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) sendiri diselenggarakan setiap tahun berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2008. Keppres ini juga menetapkan bulan Desember sebagai Bulan Menanam Pohon Nasional (BMPN). Pencanangan HMPI dan BMPN dimaksudkan untuk memberikan kesadaran dan kepedulian kepada masyarakat tentang pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan melalui penanaman pohon.

“HMPI dirayakan setiap tahunnya dengan kesadaran bahwa pohon mempunyai peran yang sangat penting bagi makhluk hidup, menjaga suhu bumi tetap dingin, menyerap karbon dan menyaring polusi udara. Pohon juga memitigasi bencana alam dengan mengatur cuaca, menstabilkan tanah, melindungi tanaman, dan mengurangi peluang penyebaran patogen antara hewan dan manusia,” jelas Nirwan.

Abdul Wahid Muchtar, Regional Manager KreditPlus, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari  tanggung jawab sosial lingkungan dengan memberikan dukungan terhadap kegiatan penerapan keuangan berkelanjutan.

Menurutnya, ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang mengalami dampak akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove adalah dengan melakukan rehabilitasi.

“Kepedulian terhadap lingkungan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian lingkungan laut dan pesisir dengan penanaman 2.000 pohon mangrove,” ujar Wahid.

Wahid menambahkan, melalui kegiatan ini KreditPlus yang selama ini dikenal selain sebagai perusahaan jasa pembiayaan memiliki kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.

baca juga : Tanam Mangrove di Maros, Luhut Tegaskan Pentingnya Rehabilitasi Mangrove untuk Masa Depan

 

Kawasan ekowisata Lantebung merupakan benteng terakhir mangrove di Kota Makassar diharapkan bisa berkontribusi pada RTH Makassar yang baru terpenuhi sekitar 8 persen. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Evi Aprialty, Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar, menyambut baik keterlibatan swasta dalam kegiatan penyelamatan lingkungan, khususnya rehabilitasi mangrove.

“Atas nama pemerintah Kota Makassar kami menyampaikan banyak terima kasih, Lantebung sebagai kawasan ekowisata merupakan salah satu unggulan pemerintah kota untuk dikembangkan,” jelas Evi.

Evi berharap kawasan mangrove Lantebung terus bisa lestari dan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dan lingkungan. Pihaknya akan mendorong pemanfaatan mangrove berkelanjutan.

“Saat ini sudah ada kegiatan wisata, selanjutnya mari kita dorong sama-sama untuk pengembangan produk UMKM seperti olahan pangan,” jelas Evi.

 

Dukungan untuk RTH Makassar

Menurut Nirwan, penanaman mangrove di Lantebung sebagai benteng terakhir mangrove di Kota Makassar diharapkan turut memberikan kontribusi untuk penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup kota Makassar tahun 2021, RTH di Kota Makassar baru seluas 8 persen dari luas daratan kurang lebih 175,77 Kilometer per segi, sehingga masih dibutuhkan 22 persen lagi RTH.

RTH di Kota Makassar hanya terdapat di kawasan Taman Macan, Universitas Hasanuddin, Kantor Gubernur Sulsel dan Waduk Hertasning, sementara untuk area pesisir, hanya ada kawasan mangrove di Lantebung dan Untia.

Dalam Petunjuk Teknis Penanaman Spesies Pohon Penyerap Polutan Udara yang diterbitkan oleh KLHK tahun 2015 disebutkan bahwa 1 hektar RTH yang dipenuhi pohon besar termasuk mangrove, dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen (O2) untuk 1.500 penduduk per hari dan menyerap 2,5 ton karbon dioksida (CO2) per tahun.

“Upaya pengelolaan mangrove sebagai kawasan ruang terbuka hijau dan penyimpan stok karbon selama ini masih belum maksimal, padahal Makassar butuh ruang terbuka hijau sebagai kawasan penyuplai oksigen dan penyerap CO2.”

 

Exit mobile version