Mongabay.co.id

Tumpahan Minyak Hitam Kembali Cemari Laut Batam, Siapa Pelakunya?

 

Seketika, daun-daun Mangrove (Rhizophora) yang tumbuh subur di Pulau Lima, Kelurahan Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam berubah warna menjadi hitam pekat mengkilat. Bau oli terbakar menyengat ke rongga hidung. Bayangan-bayangan minyak hitam di permukaan laut menutupi terumbu karang yang terdapat di dasar pesisir pulau ini.

Tidak hanya itu, kelong nelayan di sekitar pulau juga tampak hitam pekat. Rumput laut yang tersangkut di tiang-tiang kelong berubah warna menjadi hitam.

“Habis semuanya, mana ada lagi ikan di laut, telur-telur udang akan mati, siapa yang mau disalahkan terhadap kerusakan ini,” ujar Mohammad Sapet (57 tahun) nelayan Pulau Buluh saat menunjukan kondisi tumpahan minyak hitam yang mencemari laut pesisir Tanjung Uncang, Kota Batam, Kamis siang, 1 Desember 2022.

Minyak hitam itu tepat berada di kawasan industri galangan kapal kawasan Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam. Tepatnya berada di sebelah barat Pulau Batam. Kasus yang sama sering terjadi setiap tahun di Batam, sampai sekarang tidak ditemukan siapa pelakunya.

 

Menelusuri Asal Minyak Hitam

Informasi tumpahan minyak itu didapatkan Sapet dari sesama nelayan, Rabu siang, 30 November 2022. Saat itu Sapet dan beberapa nelayan langsung mengunjungi lokasi tumpahan minyak.

Titik tumpahan minyak tepat berada di depan PT Pax Ocean, Tanjung Uncang. Setelah itu dalam radius beberapa meter minyak hitam tersebar ke beberapa perairan lainnya. “Pulau-pulau kecil sekitar galangan ini juga terdampak,” kata Sapet yang juga merupakan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

baca : Sudah 10 Tahun, Limbah Minyak Hitam Cemari Laut Bintan

 

Beberapa limbah minyak hitam terdapat di depan galangan kapal di Tanjung Uncang. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Sapet mengajak Mongabay Indonesia melihat langsung kondisi tumpahan minyak tersebut di laut sebelah barat Pulau Batam. Minyak hitam atau yang sering disebut sludge oil itu tidak jauh berada dari Pelabuhan Sagulung Kota Batam. Jika ditelusuri minyak hitam sudah menyebar di sepanjang perairan perjalanan kami menuju Pax Ocean dari Pelabuhan Sagulung.

Minyak hitam semakin banyak ditemukan ketika kapal Sapet mendekati dermaga PT Pax Ocean. Kawasan Tanjung Uncang merupakan kawasan industri galangan kapal. Mulai dari tempat memperbaiki kapal hingga pembuatan kapal internasional.

Minyak hitam memang menumpuk di dermaga perusahaan ini. Terlihat beberapa pekerja terus mengamati minyak-minyak hitam itu. Perusahaan juga sudah memasang jaring pembatas di sekitar dermaga agar tumpahan minyak tidak masuk ke kawasan perusahaan mereka.

Sapet mengatakan, ketika ditemukan pertama kali petugas perusahaan sedang membersihkan minyak-minyak itu. “Sekarang sudah berkurang, kemarin lebih parah lagi,” kata Sapet memperlihatkan minyak hitam itu di dermaga PT Pax Ocean.

Minyak itu tidak hanya berserakan di permukaan laut, tetapi juga membuat sampah-sampah laut di sekitar kawasan menjadi hitam. Minyak hitam ini juga tampak lengket di dinding kapal-kapal tanker yang bersandar di dermaga.

Sapet mencoba mengambil beberapa minyak hitam itu, terlihat bentuknya hitam pekat mengkilat dan kental. “Ini sangat susah dibersihkan, harus pakai bensin dulu baru bisa bersih,” ujar Sapet sambil memegang gumpalan minyak tersebut.

Jelas sekali minyak hitam ini, kata dia, sangat berbahaya untuk biota laut. Ikan bisa mati, karang rusak, pantai-pantai tercemari. Selain itu membuat tumbuhan mangrove di sekitar juga akan rusak. “Mangrove-mangrove yang baru tumbuh pasti akan mati, kalau sudah terkena ini,” katanya.

Sapet juga menunjukan minyak hitam juga lengket di akar-akar mangrove, daun mangrove, pohon perepat. “Ini sudah tebal lengketnya, bagaimana cara membersihkannya ini,” katanya.

baca juga : Nasib Nelayan Pesisir Batam Kala Hutan Mangrove Terkikis

 

Minyak hitam juga mengotori pohon-pohon yang terdapat dipesisir Pulau Batam. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Sapet berharap laut kembali bersih. Sehingga habitat di dalamnya bisa berkembang. Kejadian ini sudah berulang setiap tahunnya. Namun sampai saat ini pelaku tidak pernah ditangkap. “Ini tentu menurunkan hasil tangkapan nelayan,” katanya.

Tidak hanya di kawasan Tanjung Uncang. Sapet juga mendapatkan laporan minyak hitam sampai ke perairan Belakang Padang, dan Tanjung Uma Lubuk Baja. Kawasan ini terdapat di bagian utara dari lokasi tumpahan minyak yang ditemukan Sapet.

Salah seorang nelayan Belakang Padang mengeluhkan adanya tumpahan minyak tersebut. “Minyak hitam itu lengket ke perahu kami, kami tidak bisa melaut,” kata Mim salah seorang nelayan Pulau Pelampung Batam, Kamis, 1 Desember 2022.

Sapet menduga minyak hitam berawal dari kawasan galangan kapal Tanjung Uncang. Pasalnya, dikawasan ini minyak hitam lebih pekat dibandingkan daerah lain.

 

Pax Ocean Bantah Membuang Minyak Hitam

Anggota DPRD Kota Batam langsung melakukan sidak ke PT Pax Ocean menindaklanjuti laporan masyarakat terkait tumpahan minyak tersebut, Kamis pagi, 1 Desember 2022. Anggota DPRD Kota Batam, Arlon Veristo mengatakan, dugaan tumpahan minyak berasal dari PT PaxOcean, karena temuan di lapangan sludge oil tepat berada dibawah dermaga galangan kapal perusahaan tersebut.

“Memang (hasil sidak) kita temukan minyak hitam itu berserakan di laut di bawah dermaga mereka (Pax Ocean), infonya dari safety (pihak perusahan) bukan dari mereka, tetapi memang bisa saja diduga dari mereka, karena ada di dermaga mereka, diduga itu kan bisa saja,” kata Arlon saat dihubungi terpisah, Kamis, 1 Desember 2022.

Arlon melanjutkan, akan memanggil semua pihak terkait kejadian pencemaran laut tersebut. Tidak hanya pihak perusahaan, tetapi juga memanggil nelayan terdampak, KSOP, Bakamla, DLH Batam, hingga Gakkum KLHK. “Dibawah dermaga Pax Ocean memang banyak, kalau memang itu dari perusaan kita minta tutup operasional dulu, karena itu menyalahi aturan dan tidak boleh,” katanya.

Arlon mengatakan, akan menelusuri lebih lanjut dan mancari bukti sumber minyak hitam tersebut. “Karena ini sangat berdampak kepada masyarakat kecil (nelayan) dan juga merusak ekosistem laut kita,” katanya.

baca juga : Gerri D Semet, Gigih Rawat Mangrove Kampung Tua di Batam

 

Minyak hitam tampak mencemari laut di perairan Tanjung Uncang. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Bagian Health, Safety, and Environment (HSE) PT Pax Ocean Mohammad Syukri mengaku minyak hitam bukan berasal dari aktivitas perusahaan PT PaxOcean. Syukri sudah melaporkan ke KSOP dan Polair terkait tumpahan minyak tersebut. “Tumpahan oli tersebut sumbernya bukan dari Pax Ocean,” katanya melalui pesan singkat WhatsApp, Kamis, 1 Desember 2022.

Syukri mengatakan, perusahaan juga terdampak dari tumpahan minyak itu sehingga juga melakukan pembersihan. “Jadi Pax Ocean kena imbas dari oli hitam yang hanyut dari luar,” katanya.

Kepala Bidang Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Penegakan Hukum KSOP Amir Makbul mengatakan, sampai saat ini belum diketahui sumber pasti asal minyak hitam itu. “Sumber tumpahan minyak belum diketahui dan masih dilakukan pencarian siapa pelakunya,” katanya.

Amir melanjutkan, KSOP sudah mengecek langsung ke lokasi  dan melakukan upaya penanggulangan bersama instansi terkait. “Kita sudah turunkan 2 kapal Patroli KSOP bersama instansi lainnya. Penanggulangan saat ini dengan Oil Absorbent,” katanya.

Oil Absorbent adalah salah satu alat untuk mengatasi tumpahan minyak yang terdapat di laut. Alat tersebut berbentuk lembaran yang akan menyerap minyak hitam yang tumpah di laut.

Fenomena kejadian tumpahan minyak hitam di laut Kepri sudah terjadi sejak 1970-an. Tumpahan minyak kebanyakan terjadi pada akhir tahun, saat musim utara. Beberapa kali kejadian juga terjadi pada pertengahan tahun.

Daerah-daerah yang menjadi langganan tumpahan minyak adalah perairan Nongsa Batam, Desa Pengudang Kabupaten Bintan dan beberapa daerah lainnya.

 

Exit mobile version