Mongabay.co.id

Abdul Mughni, Pelestari Mangrove di Ujungpangkah Gresik

 

 

Baca sebelumnya: Banyuurip, Kawasan Ekowisata Mangrove yang Menjadi Persinggahan Burung Migran

**

 

Banyuurip Mangrove Center [BMC] merupakan satu dari tiga wilayah ekowisata mangrove yang terletak di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Kawasan ini ditetapkan Pemerintah Jawa Timur sebagai Kawasan Ekosistem Esensial [KEE] Mangrove, tahun 2020 lalu. Sebelum menjadi tujuan ekowisata, BMC merupakan tempat pelelangan ikan [TPI] dan juga lokasi pembuangan limbah cangkang kerang hijau.

Hutan mangrove di pesisir desa ini banyak yang rusak akibat ditebang, ditambah abrasi air laut skala besar pada 2005 hingga 2007. Diperkirakan, mangrove yang rusak mencapai 24 hektar.

Rusaknya mangrove tentu saja berimbas pada pendapatan nelayan, dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan kerang maupun kepiting.

Kondisi ini menggerakkan Abdul Mughni, untuk menghijaukan kembali mangrove melalui usaha pembibitan dan penanaman.

“Saya nelayan di Banyuurip. Rusaknya mangrove membuat kami kesulitan mendapatkan ikan, udang, dan lainnya. Mangrove memberi banyak manfaat, sebagai penghasil oksigen dan benteng alam penghambat tsunami,” terangnya kepada Mongabay, pertengahan November 2022.

Baca: KEE Ujung Pangkah: Antara Mangrove, Burung Migran, dan Ekonomi Masyarakat

 

Abdul Mughni, nelayan pelestari mangrove Desa Banyuurip, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Gerakan bersama yang dilakukan Mughni dengan sejumlah nelayan adalah membentuk kelompok pelestari mangrove dan lingkungan. Program pertama yang dilakukan adalah membangun kembali TPI, yang semua di rawa berupa gubug bambu berlapis terpal, menjadi bangunan permanen.

Selanjutnya, dibentuk kelompok usaha bersama [KUB] yang menyediakan peralatan tangkap nelayan, berupa toko.

“Desember 2013 berdiri Kelompok Pelestari Mangrove dan Lingkungan [KPLM] Desa Banyuurip, yang fokus utamanya pada pembibitan dan penanaman mangrove,” terangnya.

Baca: KEE Mangrove Ujung Pangkah, Lokasi Seru Melihat Burung Air

 

Pembibitan mangrove di Banyuurip Mangrove Center, Ujungpangkah, Gresik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Awal pembibitan mangrove

Awal pembibitan 2014, Pemerintah Desa Banyuurip menyediakan lahan desa seluas 150 meter persegi, cukup untuk 22.000 bibit. Pengembangan dilakukan pada 2015 menjadi 336 meter persegi, yang mampu menampung 60.000 bibit.

“Sekarang ada 17 jenis bibit, baik dari sini maupun diperoleh dari luar,” terang Mughni.

Jenis Avicennia adalah yang pertama kali dikembangkan, selanjutnya dicoba Bruguiera gymnorehiza dan Rhizophora mucronata. Pembibitan dan penanaman mangrove ini nyatanya menarik perhatian sejumlah pihak, mulai pelajar, mahasiswa, dosen, hingga instansi pemerintahan.

“Selain belajar mangrove dari buku dan media sosial.”

Terdapat dua metode penanaman, yakni langsung dan tidak. Langsung berarti menanam benih atau propagul di habitatnya. Tidak langsung, dilakukan melalui penyemaian di lahan khusus sebelum ditanam di tempatnya, dan pola ini tingkat keberhasilannya lebih tinggi.

“Bibit harus mendapat perlakuan khusus, jangan sampai dikerubuti semut atau dirusak tikus. Setiap tahun kami menyediakan 10 ribu hingga 15 ribu bibit.”

Baca juga: Kucing Bakau Terpantau di Hutan Mangrove Wonorejo, Bagaimana Perlindungan Habitatnya?

 

Bibit mangrove yang dikembangkan Abdul Mughni di Banyuurip Mangrove Center. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Buku mangrove

Sebuah buku berjudul “Praktik Proses Pembibitan Mangrove di Banyuurip dan Analisis Usahanya”, telah disusun Abdul Mughni. Buku ini diterbitkan oleh Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil [PUPUK] Surabaya, selaku pendamping Kelompok Pelestari Mangrove dan Lingkungan Desa Banyuurip.

“Harapannya, buku ini menjadi literasi semua pihak yang ingin melestarikan mangrove dengan metode pembibitan.”

Pelestarian mangrove, kata Mughni, tidak berhenti pada pembibitan dan penanaman, tapi juga merawat dan memnghijaukan mangrove yang telah ditanam.

“Banyuurip rawan abrasi, jadi tidak cukup hanya menanam tanpa menjaga. Capek kalau terus menanam. Jadi, perlu perhatian khusus dengan membuat tanggul penahan abrasi, dan ini yang kami perlukan sekarang,” tegasnya.

 

Jogging track yang dibangun di kawasan ekowisata Banyuurip Mangrove Center. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Direktur Eksekutif PUPUK Surabaya, Ike Sulistiowati, menuturkan pelestarian mangrove dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Banyuurip merupakan fokus utama yang dilakukan.

“Adanya ekowisata, secara manfaat memberi manfaat untuk masyarakat setempat. Nelayan yang memiliki perahu juga bisa memperoleh pemasukan dari pengunjung. Sementara promosi Ujungpangkah sebagai wisata mangrobe di Gresik juga terangkat.”

Untuk itu, komitmen seluruh pihak guna mewujudkan lingkungan Banyuurip yang lebih baik harus ada.

“Abdul Mughni dan rekan-rekannya yang memiliki niat baik menjaga lingkungan, harus kita apresiasi,” tandas Ike.

 

Exit mobile version